Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

kelembaban pada saat freeze-thaw cycle, serta jumlah minyak biji delima, Tween 80, PEG 400, dan aquadest yang digunakan dalam formula. d. Variabel pengacau tidak terkendali. Variabel pengacau tidak terkendali pada penelitian ini adalah suhu dan kelembaban ruangan saat pembuatan dan pengujian nanoemulsi.

2. Definisi operasional

a. Minyak biji delima. Minyak biji delima berasal dari biji tanaman delima Punica granatum L. yang diperoleh melalui ekstraksi cold pressing. b. Nanoemulsi. Nanoemulsi ialah suatu sistem penghantaran obat dengan rata-rata ukuran droplet 100 nm yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang distabilkan oleh kombinasi surfaktan dan kosurfaktan. c. Surfaktan. Surfaktan ialah molekul yang terdiri atas gugus hidrofilik dan hidrofobik yang dapat menyatukan campuran antara air dan minyak. Dalam penelitian ini digunakan Tween 80 sebagai surfaktan dengan konsentrasi sebesar 16 ww. d. Kosurfaktan. Kosurfaktan berperan dalam membantu surfaktan meningkatkan kelarutan zat terlarut dalam medium dispers dengan meningkatkan fleksibilitas lapisan di sekitar area droplet. Dalam penelitian ini digunakan PEG 400 sebagai kosurfaktan dengan konsentrasi sebesar 8 ww. e. Sifat fisik. Sifat fisik merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas sediaan nanoemulsi secara fisik yang meliputi organoleptis, tipe nanoemulsi, pH, ukuran droplet, turbiditas, viskositas, serta persen transmitan. Sifat fisik yang baik pada nanoemulsi ditandai dengan penampakan yang jernih, tidak terjadinya pemisahan fase, memiliki tipe nanoemulsi MA, memiliki pH pada rentang pH kulit yakni 4 – 6, ukuran droplet 100 nm, turbiditas dibawah 1, serta persen transmitan yang mendekati 100. f. Stabilitas fisik. Stabilitas fisik adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui tingkat kestabilan sediaan nanoemulsi dengan membandingkan hasil evaluasi sifat fisik nanoemulsi sebelum dan sesudah melewati uji sentrifugasi dan tiga siklus dalam uji freeze-thaw. Stabilitas fisik baik apabila sesudah uji stabilitas nanoemulsi memiliki penampakan yang jernih, tidak mengalami pemisahan fase, memiliki tipe nanoemulsi MA, memiliki pH pada rentang pH kulit yakni 4 – 6, ukuran droplet 100 nm, turbiditas dibawah 1, serta persen transmitan yang mendekati 100.

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak biji delima PT. Eteris Nusantara, virgin coconut oil VCO Kualitas Teknis, PT. Tekun Jaya, medium-chain triglycerides MCT oil, Tween 80 Kualitas Farmasetik, PT. Brataco Chemika, PEG 400 Kualitas Farmasetik, PT. Brataco Chemika dan aquadest.

D. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas Pyrex, botol kaca, homogenizer Ultra-Turrax, sonicator Elmasonic S10H, sentrifugator Hettich-Eba 8S, magnetic stirrer, hotplate stirrer Heidolph MR2002, neraca analitik OHAUS, pH meter SI Analytic, viskometer Merlin VR, particle size analyzer tipe dynamic light scattering Horiba SZ-100, spektrofotometer UV-Vis Shimadzu 1240, freezer Samsung, dan climatic chamber Memmert.

E. Tata Cara Penelitian

1. Formulasi nanoemulsi minyak biji delima

a. Formula nanoemulsi. Formula acuan yang digunakan dalam pembuatan nanoemulsi minyak biji delima dapat dilihat pada Tabel II. Tabel II. Formula acuan nanoemulsi Bahan Fungsi Formula ww Virgin coconut oil Fase minyak

3 Tween 80

Surfaktan 16 PEG 400 Kosurfaktan 8 Aquadest Fase air 73 Suciati et al., 2014 Berdasarkan formula pada Tabel II dilakukan modifikasi sehingga dihasilkan dua formula yang memiliki perbedaan pada fase minyak yang digunakan, serta dilakukan penambahan zat aktif minyak biji delima. Formula modifikasi yang dihasilkan tertera pada Tabel III.