Minyak Biji Delima Nanoemulsi

Mekanisme pembentukan nanoemulsi bergantung pada kemampuan surfaktan dalam menstabilkan tegangan antarmuka yang terjadi akibat difusi spontan saat pencampuran dua fase. Surfaktan akan bekerja dengan melingkupi partikel obat dalam fase minyak dan mendorong terbentuknya partikel dengan ukuran droplet yang lebih kecil. Penambahan konsentrasi surfaktan akan semakin menurunkan ukuran droplet namun semakin memerlukan waktu emulsifikasi yang lebih lama pula Zhao et al., 2009. Penggunaan surfaktan saja tidak cukup untuk menurunkan tegangan antarmuka secara optimum. Oleh karena itu, dilakukan penambahan kosurfaktan untuk menurunkan lebih lanjut tegangan antarmuka antara fase minyak dan air Resende, Correa, Oliveira, and Scarpa, 2008. Kosurfaktan berperan dalam membantu kelarutan zat terlarut dalam medium dispers dengan meningkatkan fleksibilitas lapisan di sekitar area droplet dan menurunkan energi bebas permukaan sehingga stabilitas lebih dapat dipertahankan Azeem et al., 2009. Kosurfaktan dapat berupa molekul ampifilik rantai pendek yang dapat menurunkan tegangan antarmuka Azeem et al., 2009.

D. Sifat Fisik Nanoemulsi

Karakteristik sifat fisik nanoemulsi dapat diketahui dengan beberapa pengujian, diantaranya organoleptis yang meliputi warna, bau, kejernihan, homogenitas, dan pemisahan fase, tipe nanoemulsi, pengukuran pH, persen transmitan, turbiditas, viskositas, serta ukuran droplet.

1. Uji organoleptis

Pengujian organoleptis adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Evaluasi organoleptis sediaan nanoemulsi dilakukan dengan mengamati warna, bau, kejernihan, homogenitas, dan pemisahan fase Lawrence and Ress, 2000. Nanoemulsi yang stabil ditandai dengan tidak terjadinya pemisahan fase, jernih, homogen, dan tidak berbau tengik.

2. Uji tipe nanoemulsi

Tipe nanoemulsi yang terbentuk dapat diketahui dengan melakukan pengenceran atau dilution test. Prinsip uji ini ialah dengan mengencerkan sistem yang terbentuk dengan fase minyak atau fase airnya. Terdapat tiga tipe emulsi yakni tipe emulsi minyak dalam air MA, tipe emulsi air dalam minyak AM, dan tipe emulsi ganda MAM dan AMA. Nanoemulsi memiliki tipe MA apabila sistem terlarut dalam fase airnya, sedangkan tipe AM apabila sistem terlarut dalam fase minyaknya. Metode pengujian lainnya ialah dengan uji konduktivitas di mana air sebagai medium dispers memiliki konduktivitas yang lebih besar dibandingkan minyak, sehingga akan dapat menghantarkan arus listrik. Metode pewarnaan juga dapat digunakan untuk mengetahui tipe nanoemulsi. Prinsip metode ini ialah dengan menggunakan pewarna larut air dan pewarna larut minyak untuk melihat kelarutan pewarna tersebut dalam medium dispers Troy, 2006.

3. Uji pH

Sediaan nanoemulsi yang ditujukan untuk pemakaian secara topikal harus didesain agar tidak menimbulkan iritasi. Oleh karena itu, pH sediaan harus berada pada pH 4-6 yang merupakan pH kulit Ali and Yosipovitch, 2013.

4. Uji persen transmitan

Pengujian persen transmitan dilakukan untuk mengukur kejernihan nanoemulsi yang terbentuk. Pengukuran persen transmitan merupakan salah satu faktor penting dalam melihat sifat fisik nanoemulsi yang terbentuk. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 650 nm dan menggunakan aquadest sebagai blanko. Jika hasil persen transmitan sampel mendekati persen transmitan aquadest yakni 100, maka sampel tersebut memiliki kejernihan atau transparansi yang mirip dengan air Thakkar, Nangesh, Parmar, and Patel, 2011.

5. Uji turbiditas

Pengujian turbiditas dilakukan untuk mengukur kekeruhan nanoemulsi yang terbentuk. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 502 nm dan menggunakan aquadest sebagai blanko. Nanoemulsi memiliki penampakan jernih apabila nilai turbiditas kurang dari 1 Cho, Kim, Bae, and Mok, 2008.