Validitas Internal Validitas Eksternal

Sejalan dengan pengertian diatas, Lincoln dan Guba dalam Poerwandari, 1998:115 menerangkan bahwa validitas digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah benar yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sebenarnya ada dalam kenyataan dan sejauh mana hasil penelitian dapat diterapkan dalam kelompok lain. Berdasarkan pengertian tersebut validitas terdiri atas dua jenis, yaitu validitas internal dan validitas eksternal.

1.1. Validitas Internal

Validitas internal adalah cara untuk mengukur apakah instrumen yang digunakan mampu mengukur variabel yang sesungguhnya ingin diukur. Bila instrumen yang digunakan sudah dianggap valid dan dapat mengukur variabel yang ingin diukur maka dengan sendirinya pernyataan peneliti dan hasil penelitian tersebut dapat dipercaya Tjundjing, 2004:342. Tjundjing 2004:355 menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, validitas internal diukur dengan melibatkan partisipan sebagai pihak yang mengakui bahwa simpulan yang dihasilkan oleh peneliti adalah benar. Hal ini disampaikan melalui pemaparan bahwa hasil penelitian tersebut dinilai dapat dipercaya dari sudut pandang partisipan penelitian. Dengan kata lain validitas internal menggambarkan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada partisipan. Langkah-langkah yang diusahakan untuk mencapai hasil penelitian yang dapat dipercaya adalah sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Melakukan triangulasi, menunjukkan kesepakatan dan persamaan pemahaman serta mengurangi bias dengan berusaha mencari kesesuaian Cresswell, dalam Tjundjing, 2004:357. Cara yang dapat dilakukan adalah: 1. Menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda, sehingga dapat membandingkan hasilnya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara dan observasi sehingga dapat membandingkan data hasil wawancara dan data hasil pengamatan. 2. Membandingkan keadaan subjek pada waktu yang berbeda. Peneliti melakukan wawancara atau observasi pada waktu yang berbeda-beda. b. Melakukan member validation yaitu kesesuaian dan persetujuan subjek terhadap simpulan dan penilaian peneliti Tjundjing, 2004:353. Poerwandari memberi istilah validasi komunikatif untuk metode ini, yaitu melakukan konfirmasi kembali data dan analisisnya pada subjek tersebut. Tujuan member validation adalah agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan Nasution, 1988:117-118.

1.2. Validitas Eksternal

Validitas eksternal mengacu pada sejauh mana hasil penelitian tersebut dapat diterapkan pada kelompok lain. Hal ini berkaitan dengan generalisasi, yaitu sejauh mana hasil penelitian masih dianggap relevan dan dapat diterapkan pada kasus-kasus lain Meltzoff, dalam Tjundjing, 2004:347. Pada penelitian kualitatif sulit untuk mencapai validitas eksternal, karena pengambilan sampel pada penelitian kualitatif tidak didasarkan pada teori probabilitas namun melalui pengambilan sampel secara teoritis. Prosedur pengambilan sampel diarahkan pada subjek yang ditentukan oleh peneliti, sesuai dengan pemahaman terhadap variabel yang diteliti. Oleh karena itu generalisasi dilakukan pada kasus-kasus yang menunjukkan kesamaan konteks, bukan dalam kerangka prinsip acak atau random. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan generalisasi adalah konteks yang relevan untuk menerapkan hasil penelitian dan kesamaan setting di mana penelitian dilakukan poerwandari, 1998:121-122. Lewis dan Ritchie dalam Tjundjing, 2004:347 mengungkapkan salah satu bentuk generalisasi pada penelitian kualitatif adalah representational generalization. Generalisasi ini tidak menilai apakah peneliti ingin memperluas penjelasan berdasarkan hasil penelitian, namun peneliti menunjukkan bahwa penelitian tersebut adalah perwakilan yang memadai dari fenomena yang ingin diteliti. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti memberikan deskripsi terinci tentang proses mencapai hasil penelitian dan menunjukkan alur berpikir sehingga dapat menghasilkan kategori atau tema seperti yang dilaporkan peneliti. Dengan demikian pembaca dapat melihat keserasian dan kesesuaian situasi dengan situasi yang dihadapi.

2. Reliabilitas

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan

22 131 71

Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis

3 100 107

KETERBUKAAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA REMAJA DENGAN ORANG TUA MENGENAI PENDIDIKAN SEKS (Studi pada Remaja dan Orang Tua di Perumahan Batumas Pandaan)

0 31 56

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok Dalam Membentuk perilakunya Di Kota Cimahi)

0 5 1

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol Dalam Membentuk Perilakunya di Kota Bandung)

0 15 73

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok Dalam Membentuk perilakunya Di Kota Cimahi)

0 3 1

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Resiliensi Pada Warakawuri Yang Berperan Sebagai Orang Tua Tunggal dan Memiliki Anak Remaja di Kota Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Derajat Resiliensi Pada Warakawuri Yang Berperan Sebagai Orang Tua Tunggal dan Memilik

0 0 107

Kampanye untuk Orang Tua Para Remaja Mengenai Gap Generasi Orang Tua dengan Generasi Anak Remaja Masa Kini.

1 1 15

Studi Deskriptif Mengenai Metode Sosialisasi Nilai Seksual yang Dilakukan oleh Orang Tua dan Perilaku Seksual Remaja di SMA X Bandung.

0 0 1

Studi deskriptif mengenai pendidikan seksualitas oleh orang tua pada individu autistik remaja - USD Repository

0 2 269