dengan tumbuhnya rambut disekitar kemaluan dan pertumbuhan tinggi badan yang pesat.
“Saya bilangin “itu malu ada rambutnya…” oh Nc udah tumbuh rambut kemaluannya ya?
Iya…” W. S1. 06.02.07. 29.
“Ya kalau fisik sih, kayaknya sama ya sama anak lainnya..normallah dia, liat aja badannya udah segede gitu.
Udah tinggi, besar lagi.” W. S1. 06.02.07. 30 .
B. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi yang paling nampak dari Nc menurut subjek adalah emosi marahnya. Bila Nc merasa
sangat marah karena tidak bisa menerima apa yang dikatakan oleh subjek, maka ia akan berteriak-teriak dan
membenturkan kepalanya ke dinding. Subjek akan membiarkan saja perbuatan anaknya itu, karena Nc akan
berhenti sendiri bila merasa kesakitan.
“Yang paling keliatan itu kalau dia marah, biasanya kan dia langsung ngamuk, teriak-teriak gitu, gak peduli deh dia
orang lain denger apa enggak. Trus kalau udah bener-bener marah, biasanya karena gal cocok sama saya dia jedot-jedotin
kepalanya ke tembok, tapi saya biarin aja nanti kalau dia sakit kan dia berhenti sendiri.” W. S1. 06.02.07. 63 .
Menurut subjek, anaknya mampu memahami simbol ekspresi dari dirinya terutama ekspresi marah dan
tidak suka terhadap tindakan Nc. Subjek sering melihat Nc dengan tatapan marah dan anaknya akan langsung
mengetahui bahwa ibunya tidak menyukai perbuatannya dan langsung mengatakan sendiri “tidak boleh”. Subjek juga
menceritakan bahwa anaknya mengatakan menyayanginya bila ditanya apakah Nc sayang terhadap subjek.
“Dia itu kalau saya pelototin dia ngerti tuh…itu berarti gak saya bolehin, biasanya dia langsung bilang sendiri
“tidak boleh ya…tidak boleh…”Kayaknya dia ngerti kalau saya marah, saya gak suka, itu ngerti dia. Kadang kalau saya tanyain
“Nc sayang gak sama mama…?” nanti dia bilang “sayang ya…sayang…” W. S1. 06.02.07. 64 .
C. Perkembangan Kognitif
Dalam perkembangan kognitifnya, subjek menjelaskan bahwa anaknya sudah mampu memahami dan
merespon instruksi, perintah serta informasi yang diberikan olehnya. Subjek memang mengharuskan Nc untuk mampu
melakukan apa yang ia perintahkan. Walaupun untuk itu dibutuhkan waktu yang cukup lama karena harus
mengulangi instruksi, perintah ataupun informasi tersebut berkali-kali. Selain itu subjek mengatakan bahwa untuk
dapat membuat anaknya mau menuruti apa yang ia perintahkan, subjek harus tidak sedang dalam kondisi marah
dan melihat juga bagaimana kondisi suasana hati anaknya tersebut. Pada dasarnya anak subjek mampu memahami dan
merespon apa yang diperintahkan kepadanya bila orang tersebut mau bersabar dan mengetahui suasana hatinya.
“Dia harus mampu ngerjain apa yang saya suruh, kalau saya suruh ini ya dia harus mampu ngerjain. Kalau gak
ngerti saya bilang pelan-pelan…”ayo tadi mama suruh apa?” Diulangin lagi, tapi biasanya dia bisa kok. Tapi harus super
sabar ya.” W. S1. 06.02.07. 31.
“Jadi jangan harap sekali dibilangin langsung oke langsung gak dibikin-bikin, tetap aja kalau eror-nya lagi dateng
ya dibikin lagi. Ya seperti itu ya..kalau dibilangin terus-terusan juga dia marah.” W. S1. 06.02.07. 34.
“Nc itu ya…kalau kita bilangnya gak sambil marah- marah trus kita ulang-ulang pasti dia mau nurutin. Tapi kalau
kita udah marah-marah trus dia juga lagi gak mood wah…pasti dia ngamuk. Tapi pada dasarnya ya dia itu gak masalah kalau
dikasih tau, dia pasti ngerti tuh.” W. S1. 06.02.07. 35.
D. Perkembangan Sosial