Karakteristik Utama A. Gangguan Komunikasi

“inilkan kakak kamu, teman-teman kamu gak tau tentang kakak kamu, kamu yang beri pengertian, jelaskan kakakku ini autis, autis itu gini- gini…”. Akhirnya ya dia bisa.” W. S2. 06.03.07. 8. “Ya sejauh ini karena ada proses ya, selama ini kami kan biasa makan sama-sama, akhirnya mereka mengerti. Justru saya menggunakan adik-adiknya, saya punya tiga anak cowok dan satu perempuan, itu mereka saya gunakan untuk mengajar Os.” W. S2. 06.03.07. 9.

2. Karakteristik Utama A. Gangguan Komunikasi

Menurut subjek anaknya mengalami gangguan berkomunikasi. Os memang mampu berbicara tapi kata-kata yang diucapkannya kurang jelas dan temponya cepat sehingga sulit untuk dipahami. Selain itu dia juga, subjek juga menjelaskan bahwa anaknya memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap suara, sehingga ketika mendengar orang yang banyak bicara, suara yang keras dan nada yang tinggi, maka Os akan menutup telinganya. Karena hal itulah untuk berkomunikasi dengan anaknya, subjek tidak menggunakan banyak kata dan pelan-pelan dalam mengucapkannya. “Os itu sebenarnya bisa bicara sedikit-sedikit tapi iramanya cepat dan kurang jelas.” W. S2. 06.03.07. 13. “Jadi anak autis itu kan memang sebetulnya kan dia bisa berkomunikasi, tapi dia juga tidak senang kalau talkactive, makanya kemarin kalau ada gurunya yang terlalu cerewet dan nada yang katakan sakit, tidak suka dia, dia akan langsung tutup telinganya.” W. S2. 06.03.07. 14. Subjek menjelaskan bahwa bila ingin berkomunikasi secara lisan dengan anaknya, harus mengurangi perkataan. Akan lebih efektif bila berbicara dengan pelan-pelan dan tidak banyak atau sedikit. Hal ini dilakukan subjek karena Os tidak menyukai mendengar orang banyak bicara atau saling berbicara seperti layaknya orang biasa. “Komunikasi itukan pengen omong-omong, tapi dia itu sulit, dilain pihak tidak suka dia banyak bicara, omong-omong itu dia tidak suka.” W. S2. 06.03.07. 12. “Jadi mengurangi perkataan, karena don’t talk to much, don’t fast. Jadi kalau memang mau ngomong, jangan terlalu banyak dan jangan cepat. Sedikit dan pelan-pelan” W. S2. 06.03.07. 19. Os memiliki kemampuan untuk menulis dengan baik, sehingga subjek menggunakan cara ini juga untuk berkomunikasi dengan anaknya. Subjek meminta anaknya menuliskan apa yang dia inginkan baik di kertas maupun di komputer, karena Os juga mampu mengetik di komputer. Cara ini dirasa subjek sangat efektif untuk berkomunikasi dengan anaknya terutama ketika anaknya sedang dalam kondisi marah. Subjek akan meminta Os untuk menuliskan alasan kenapa dia marah karena kalau ditanya secara lisan Os akan semakin marah. “Saya bilang “coba tulis” dia tulis. Kalau dia mau apa saya suruh dia untuk tulis, dia ketik itu apa. Walaupun bahasa Indonesianya masih kacau, subjek, predikat dan sebagainya itu. tapi secara kata-kata bisa dia, kata-perkata itu utuh.” W. S2. 06.03.07. 15. “Kalau Os computer ya bisa, menulis juga bagus tulisannya. Ini salah satu cara untuk menutupi kekurangannya. Bukan berarti dia tidak bisa berkreativitas berbahasa, buktinya pake computer bisa.” W. S2. 06.03.07.17. “Kalau dia marah biasanya kami tulis, hari ini marah kenapa…nanti dia tulis kenapanya. Karena kalau ditanya langsung dia marah.” W. S2. 06.03.07.18. Hal unik lain yang terjadi pada Os adalah kebenciannya terhadap kata “tidak” dan “jangan”. Subjek mengatakan bahwa tidak bisa mengatakan kedua kata itu secara langsung kepada Os untuk melarang anaknya itu, karena anaknya akan marah bila dilarang dengan menggunakan kata itu. Cara yang diambil subjek untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengatakan “tidak…” atau “jangan…” kepada saudara perempuan Os. Dengan menggunakan perantara orang lain dan lawan jenis ini Os akan mengerti dan tidak melakukan apa yang dilarang. “Os itu paling tidak suka dengan kata “jangan” dan “tidak”, paling tidak suka. Jangan sekali-sekali bilang “jangan” atau “tidak” dan untuk anak autis umumnya jangan mengatakan kata-kata kasar.” W. S2. 06.03.07.11. “Untuk menggunakan kata “jangan” jangan langsung ke Os tapi lewat orang lain. Jadi dengan metode secara tidak langsung untuk mengkritik dia, itu adalah cara yang efektif. Dan metode lain itu pake lawan jenis, nah lawan jenisnya dia itu ya adik perempuannya itu.” W. S2. 06.03.07. 16.

B. Gangguan Interaksi Sosial

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan

22 131 71

Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis

3 100 107

KETERBUKAAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA REMAJA DENGAN ORANG TUA MENGENAI PENDIDIKAN SEKS (Studi pada Remaja dan Orang Tua di Perumahan Batumas Pandaan)

0 31 56

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok Dalam Membentuk perilakunya Di Kota Cimahi)

0 5 1

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol Dalam Membentuk Perilakunya di Kota Bandung)

0 15 73

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok Dalam Membentuk perilakunya Di Kota Cimahi)

0 3 1

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Resiliensi Pada Warakawuri Yang Berperan Sebagai Orang Tua Tunggal dan Memiliki Anak Remaja di Kota Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Derajat Resiliensi Pada Warakawuri Yang Berperan Sebagai Orang Tua Tunggal dan Memilik

0 0 107

Kampanye untuk Orang Tua Para Remaja Mengenai Gap Generasi Orang Tua dengan Generasi Anak Remaja Masa Kini.

1 1 15

Studi Deskriptif Mengenai Metode Sosialisasi Nilai Seksual yang Dilakukan oleh Orang Tua dan Perilaku Seksual Remaja di SMA X Bandung.

0 0 1

Studi deskriptif mengenai pendidikan seksualitas oleh orang tua pada individu autistik remaja - USD Repository

0 2 269