hubungan antar individu yang rumit, harus melalui strategi salah satunya dengan saat-saat belajar yang tidak disengaja.
Dari ketiga subjek diketahui bahwa anak mereka tidak pernah mengalami pelecehan seksual. Hal ini terjadi karena ketiga
subjek berusaha melindungi anak mereka dengan mengawasi mereka, selalu memantau mereka dan tidak membiarkan mereka
pergi sendiri ataupun melepas mereka dengan orang lain yang tidak dikenal dengan baik. Subjek kedua menjelaskan bahwa pelcehan
seksual tidak terjadi karena semua sudah teratur dan Os sendiri sudah memahami konsep tentang boleh dan tidak boleh sehingga ia
bisa menghindari hal tersebut.
2.2. Masalah yang Dihadapi Orang Tua Dalam Memberikan Pendidikan Seksualitas
Ketiga subjek memiliki masalah-masalah yang berbeda dalam memberikan pendidikan seksualitas pada anak mereka.
Subjek pertama mengatakan bahwa ia mengalami kesulitan mengatasi perilaku anaknya yang sering tempertantrum atau
mengamuk bila dilarang. Untuk itu subjek menggunakan cara dengan berpura-pura akan memukul Nc sehingga Nc akan lebih
tenang dan mau mendengarkan subjek. Kesulitan untuk mengetahui kondisi dan situasi anak
merupakan masalah yang dihadapi subjek kedua dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memberikan pendidikan bagi anaknya. Subjek sulit memahami kondisi anak untuk dapat masuk dalam dunianya. Untuk mengatasi
hal ini subjek berusaha memahami apa yang disukai dan tidak disukai oleh anaknya sehingga ia akan lebih mudah untuk masuk
dalam dunia anaknya. Puspita 2005:3 menegaskan bahwa untuk memberikan
pendidikan bagi anak pengamatan merupakan hal yang sangat penting. Orang tua adalah pihak yang penting untuk mengobservasi
anak. Banyak hal yang harus diamati oleh orang tua seperti kebiasaan anak, perilaku yang sering muncul, apa yang menjadi
kesukaan anak, bagaimana anak mencerna informasi dan melihat respon anak terhadap informasi maupun instruksi yang diberikan
orang tua. Subjek ketiga lebih memiliki masalah pada cara praktis
seperti ketika mengajarkan Dd untuk memakai BH. Dd sering melepasnya karena merasa risih dan subjek merasa tidak tega untuk
memaksa anaknya. Perasaan risih terhadap pakaian bisa jadi disebabkan karena Dd termasuk anak yang memiliki touch
sensitivity dimana anak memiliki kepekaan terhadap sentuhan ringan ataupun sentuhan dalam. masalah kepekaan yang berlebihan
biasanya terwujud dalam masalah perilaku termasuk pakaian Puspita, 2005:2 . Hal ini terlihat juga dari perilaku menghindar
bila Dd diberi sentuhan fisik. Subjek ketiga juga menceritakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahwa Dd tidak mau bila dipeluk oleh orang yang tidak dia kenal dengan baik.
Untuk mengatasi masalah ini subjek bekerja sama dengan gurunya untuk membantu Dd mengatasi hal tersebut karena
menurut subjek Dd lebih menurut pada gurunya. Ketika menstruasi Dd tidak mau membersihkan pembalut bekas pakai, karena merasa
jijik. Akhirnya subjek sendiri yang membersihkan pembalut bekas pakai Dd.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis dari penelitian tentang pendidikan seksualitas oleh orang tua pada individu autistik remaja, maka hasil dari
penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Perkembangan seksualitas pada individu autistik remaja, pada dasarnya dipengaruhi oleh perkembangan fisik, emosi, kognisi dan sosialnya.
2. Pada dasarnya individu autistik memiliki perkembangan fisik yang
normal, sama seperti remaja normal lainnya. Mereka juga memasuki masa pubertas dengan segala perubahan fisik seperti mengalami mimpi basah
untuk laki-laki dan menstruasi untuk perempuan. Selain itu mereka juga menunjukkan pertumbuhan seksual sekunder.
3. Perilaku seksual anak autis, dalam hal ini rasa tertarik mereka terhadap
lawan jenis sebenarnya tidak mengalami gangguan, mereka juga bisa merasa tertarik terhadap lawan jenis. Hanya saja ekspresi yang mereka
tunjukkan mencerminkan adanya ketidakmatangan perkembangan emosi, kognitif dan sosial mereka.
4. Individu autistik remaja dapat merasa tertarik pada lawan jenis dengan
ciri-ciri tertentu. Cara mengekspresikan ketertarikan tersebut sangat unik pada setiap anak, tergantung pada gangguan yang mereka alami dan
perkembangan mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI