Subjek 3 Dinamika Hasil Analisis dan Observasi 1. Subjek 1

memahami apa yang disukai dan tidak disukai anaknya, sehingga mempermudah subjek untuk masuk dalam dunia Os. Os belum pernah mengalami pelecehan seksual, menurut subjek hal ini tidak terjadi karena Os telah mengerti tentang konsep boleh dan tidak boleh, boleh dipegang dan tidak boleh sehingga ia tahu bagaimana seharusnya orang lain memperlakukan dirinya. Selain itu subjek menjelaskan bahwa hal ini tidak terjadi karena semua sudah terstruktur dan teratur sesuai dengan yang telah diajarkan kepada Os.

3. Subjek 3

Sampai dengan usia tiga tahun, Dd mengalami kemunduran dalam perkembangannya. Ia tidak lagi mampu bicara dan menjadi hiperaktif sehingga sulit untuk diatur. Setelah menemui seorang psikiater, barulah subjek mengetahui bahwa anaknya mengalami autisme. Subjek merasa sedih dengan kondisi Dd, dan tidak mengira akan memiliki anak seperti Dd. Hal ini terjadi karena subjek membandingkan dirinya dengan saudaranya yang lain, baru dirinyalah yang mengalami hal seperti ini. Dengan berjalannya waktu, kondisi Dd semakin menunjukkan peningkatan dan tidak merepotkan seperti dulu lagi, sehingga subjek sudah mampu menerima keadaan Dd. Begitu juga dengan keluarga yang lain, awalnya mereka sempat mengalami kebingungan dengan Dd, tapi akhirnya mereka bisa menerima Dd dengan autismenya. Dalam hal berkomunikasi, subjek menjelaskan bahwa Dd sanggup bicara hanya saja kata-kata yang dikeluarkannya sedikit, sangat terbatas dan tidak lancar. Ketika Dd berbicara yang terdengar adalah seperti orang bergumam, karena intonasinya datar dan tidak jelas apa yang ia katakan. Dd juga mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dua arah, ia tidak akan bicara bila tidak ditanya atau bahkan tidak akan menjawab bila ditanya oleh orang lain. Namun Dd mampu mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya selama ia telah mengerti konsep dari perintah tersebut. Dd nampak sekali tidak menghiraukan kehadiran orang lain disekitarnya. Ia terkesan acuh dan tidak ingin berinteraksi dengan orang lain. Subjek juga menjelaskan bahwa Dd lebih banyak menghabiskan waktunya didalam kamar daripada berkumpul bersama orang lain. Ketika kegiatan bermain bersama di sekolah, Dd hanya mengikuti perintah gurunya selebihnya dia akan duduk dengan tenang tanpa memperdulikan teman-temannya yang lain. Walaupun demikian ia mampu berkontak mata dan menoleh bila ada orang yang memanggilnya. Dd termasuk individu autistik yang tidak menyukai sentuhan fisik. Ia nampak menghindar dan mengeluarkan suara seperti mengerang bila ada orang yang ingin menyentuhnya. Menurut subjek, Dd hanya mau dipeluk oleh orang yang sudah dikenalnya dengan baik seperti ibu, ayah atau kakaknya. Dd mempunyai perilaku khusus yang sampai saat ini masih dilakukannya yaitu menggoyang-goyangkan benda, seperti gantungan baju PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan dahan pohon. Ketika di sekolah Dd memang tampak tenang bahkan cenderung pasif, tapi ada saat ketika ia senang sekali menggoyang- goyangkan kepalanya dan tersenyum terus-menerus. Selain itu Dd memiliki kebiasaan untuk menutup telinga bila mendengar lagu yang tidak ia sukai ketika berada ditempat umum. Menurut subjek Dd memang memiliki kesenangan tersendiri terhadap lagu. Sampai saat ini mempertahankan rutinitas dan bersikap kaku masih melekat pada diri Dd, bahkan subjek menyebutnya dengan sebutan robot. Ketika di sekolah Dd selalu mengerjakan dan mengatakan hal yang sama terus-menerus dan sudah menjadi rutinitasnya. Subjek menceritakan bahwa anaknya memiliki kebiasaan untuk menyalakan dan mematikan lampu pada jam-jam yang sama setiap harinya. Saat ini Dd telah berusia empat belas tahun dan telah mendapat menarche ketika berusia dua belas tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Dd memiliki perkembangan fisik yang normal seperti remaja perempuan yang lain. Dd juga menunjukkan pertumbuhan payudara dan tinggi badan yang pesat. Terkait dengan menstruasi yang dialami Dd setiap bulannya, subjek mengajarkan Dd untuk memakai pembalut. Pendidikan ini dilakukan oleh subjek dan dibantu oleh gurunya selama tiga bulan sejak sebelum Dd mendapatkan menstruasi pertama kali. Proses pengajaran ini dilakukan secara bertahap yaitu pertama dengan menggunakan pembalut yang tipis kemudian pembalut yang tebal. Untuk cara memakai pembalut, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI subjek menceritakan bahwa terjadi proses belajar dengan meniru yang tidak disengaja oleh guru Dd. Saat itu Dd mandi bersama dengan gurunya ketika gurunya mendapat menstruasi dan memakai pembalut didepan Dd, hal itulah yang ditiru oleh Dd. Kesulitan yang dialami subjek berkaitan dengan menstruasi yang dialami Dd adalah rasa jijik Dd terhadap pembalut bekas ia pakai sehingga ia tidak mau membersihkannya. Dd sering terlihat ingin muntah bila melihat darah yang ada dipembalut. Karena itulah akhirnya subjek sendiri yang membersihkan pembalut bekas Dd pakai. Pertumbuhan payudara yang dialami Dd sebagai bagian dari pertumbuhan seksual sekunder, membuat Dd harus menggunakan BH untuk menutupi payudaranya. Untuk itu, subjek juga mengajari Dd memakai BH, hal ini dilakukan dengan bantuan gurunya. Sejak awal subjek sudah membiasakan anaknya untuk memakai kaus dalam, dan ketika payudaranya mulai menunjukkan pertumbuhan, subjek memakaikan miniset pada anaknya. Sampai akhirnya subjek memakaikan BH pada anaknya. Subjek juga mengalami kesulitan ketika menyuruh anaknya memakai BH, karena Dd sering menolak dan melepasnya. Subjek sendiri merasa tidak tega bila harus memaksa anaknya untuk memakai. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, subjek bekerja sama dengan gurunya karena Dd lebih menurut pada gurunya. Ketika memasuki masa pubertas, subjek tetap melihat anaknya mengalami kesulitan untuk mengungkapkan perasaannya. Dd hanya menghafal ekspresi perasaan yang diajarkan di sekolah seperti menangis berarti sedih, tanpa mengetahui maknanya. Hal ini mungkin terjadi karena kecenderungan Dd yang bersikap kaku, dan terpola sehingga ia mampu menghafal tanpa mengetahui maknanya. Kesulitan yang dialami Dd membuat ia juga mengalami kesulitan untuk memahami perasaan orang lain. Dd memiliki keterbatasan dalam menangkap informasi dan hanya mampu memahami instruksi singkat yang telah ia pahami konsepnya, seperti “ambil kacamata”. Untuk memberikan instruksi diperlukan konsistensi dalam menggunakan kata-kata, misalnya di rumah digunakan kata “tidak” maka di sekolah juga harus menggunakan kata tersebut. Terkait dengan hal tersebut, subjek tidak memberikan pendidikan seksualitas pada Dd tentang bagian tubuh mana yang boleh dan tidak boleh dipegang orang lain, karena ia yakin anaknya akan sulit memahami hal tersebut. Sebagai gantinya subjek yang melakukan pengkondisian pada orang-orang disekitar anaknya untuk menjaga Dd dan memperlakukan dia secara baik dan sopan. Ketika di sekolah pun subjek meminta guru Dd untuk menjaganya dari teman-teman sekolahnya yang semuanya adalah laki-laki. Di usia remaja ini , Dd tetap tidak menunjukkan minat yang positif terhadap orang lain maupun lawan jenisnya. Dd tetap terkesan acuh dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tidak memiliki keingingan untuk berinteraksi. Namun subjek memperhatikan bahwa anaknya mulai menyukai acara sinetron di televisi yang kebanyakan menampilkan remaja-remaja seusia Dd. Sering kali subjek melihat anaknya sedang menonton salah satu stasiun TV yang banyak menayangkan acara-acara yang bertema remaja. Keacuhannya terhadap orang lain juga terlihat terhadap lawan jenis. Ketika di sekolah Dd terkesan acuh terhadap semua teman sekolahnya yang kebetulan laki-laki semua. Dd tidak menunjukkan minat maupun ketertarikannya terhadap mereka. Lain halnya bila di televisi, subjek memperhatikan anaknya betah duduk berlama-lama didepan televisi bila acaranya menayangkan laki-laki yang tampan seperti acara pertandingan bola yang banyak terdapat laki-laki tampan. Kebiasaan Dd yang hanya tinggal di rumah, dan tidak pernah keluar rumah untuk bermain dengan orang-orang disekitar rumahnya, merupakan hal yang dikondisikan subjek agar anaknya tidak lepas dari pengawasannya. Hal ini dilakukan subjek untuk menghindarkan Dd dari pelecehan seksual. Subjek selalu mengawasi dan menemani anaknya selama ia berada diluar rumah, dan ketika berada di rumah subjek akan mengunci pintu rumahnya dan membiarkan anaknya melakukan kegiatan didalam rumah. Subjek merasa anaknya tidak pernah melakukan perilaku yang dianggap kurang sesuai dengan norma. Menurut subjek hal ini tidak akan terjadi selama tidak ada orang yang mengajari atau ditiru oleh anaknya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Subjek juga membiasakan anaknya untuk memakai dan melepas pakaian didalam kamar, sehingga Dd sudah terbiasa untuk tidak telanjang didepan orang lain. Menurut subjek, anaknya tidak akan mengenal hal-hal yang berkaitan dengan seks selama anaknya tidak pernah merasakan atau melihat hal-hal tersebut. Subjek sangat menjaga anaknya agar tidak memiliki kebutuhan akan seks sehingga tidak melakukan hal tersebut. Cara yang dilakukan subjek adalah dengan mencari kamar lain bila ingin melakukan hubungan seks dengan suaminya. Saat ini Dd memang tidur dengan subjek dan suaminya, dan subjek tidak ingin anaknya melihat hal tersebut.

D. Pembahasan 1. Perkembangan Seksualitas Individu Autistik Remaja

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan

22 131 71

Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis

3 100 107

KETERBUKAAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA REMAJA DENGAN ORANG TUA MENGENAI PENDIDIKAN SEKS (Studi pada Remaja dan Orang Tua di Perumahan Batumas Pandaan)

0 31 56

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok Dalam Membentuk perilakunya Di Kota Cimahi)

0 5 1

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol Dalam Membentuk Perilakunya di Kota Bandung)

0 15 73

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok Dalam Membentuk perilakunya Di Kota Cimahi)

0 3 1

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Resiliensi Pada Warakawuri Yang Berperan Sebagai Orang Tua Tunggal dan Memiliki Anak Remaja di Kota Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Derajat Resiliensi Pada Warakawuri Yang Berperan Sebagai Orang Tua Tunggal dan Memilik

0 0 107

Kampanye untuk Orang Tua Para Remaja Mengenai Gap Generasi Orang Tua dengan Generasi Anak Remaja Masa Kini.

1 1 15

Studi Deskriptif Mengenai Metode Sosialisasi Nilai Seksual yang Dilakukan oleh Orang Tua dan Perilaku Seksual Remaja di SMA X Bandung.

0 0 1

Studi deskriptif mengenai pendidikan seksualitas oleh orang tua pada individu autistik remaja - USD Repository

0 2 269