B. Perkembangan Emosi
Subjek menjelaskan bahwa perubahan emosi terjadi ketika anaknya memasuki usia remaja. Os menjadi
sering marah karena hal-hal yang sepele dan ekspresi emosi tersebut cenderung merusak. Padahal sampai umur sebelas
tahun, Os cenderung menghindari perselisihan dan menarik diri bila ia diledek oleh anak-anak lain. Subjek menceritakan
bahwa Os pernah merusak dan membakar barang-barang rumah yang tidak disukainya dan berlanjut dengan subjek
memukul anaknya itu. Akhirnya Os melarikan diri dengan naik bus yang lewat dan subjek memastikan bahwa anaknya
itu tidak membayar bus karena tidak membawa uang.
“Ketika masuk usia remaja itu, dia jadi temperamen, emosinya tinggi, bisa jadi marah karna hal yang sepele. Padahal
sampai umur 11tahun itu dia kalau diledek sama anak-anak kecil gitu biasanya dia menghindar bentrokan atau menarik diri.
Pernah waktu itu dia merusak, bantingin dan bakarin barang- barang di rumah yang gak dia sukai. Sampai akhirnya saya mukul
dia itu, dia marah lari naik bus sendiri, gak bayar kan gak bawa uang.” W. S2. 06.03.07. 80.
Subjek memahami bahwa anak autis tidak memiliki kemampuan untuk empati dan simpati, tidak
seperti anak-anak normal lainnya. Subjek menjelaskan bahwa anaknya kesulitan memahami simbol-simbol perasaan
orang lain. Hal ini terjadi ketika anaknya menyuruh orang- orang yang ada di bus untuk berdiri karena bus telah penuh
dan dia ingin duduk. Os tidak menyadari bahwa orang tersebut marah dan ia hanya duduk dengan tenang. Namun
setelah dijelaskan bahwa Os harus berdiri bila bus telah penuh, dia pun tidak lagi menyuruh orang untuk berdiri.
“Kalau anak normal kan punya simpati dan empati ya, kalau anak autis mana punya. Mereka gak bisa ngerti perasaan-
perasaan orang lain.” W. S2. 06.03.07. 81. “Pernah dulu waktu dia naik bus, kalau busnya penuh,
ya dia nyuruh orang berdiri supaya dia bisa duduk. Orang itu marah ya mana dia ngerti. Tapi setelah dikasih tau kalau busnya
penuh Os harus berdiri, sekarang dia berdiri.” W. S2. 06.03.07. 82.
Hal lain juga terjadi pada Os anak subjek, bila ia
merasa bersalah. Subjek mengatakan bahwa anaknya akan meminta maaf padanya bila diberitahu bahwa tindakan yang
dilakukannya telah menyusahkan banyak orang dan diminta untuk tidak mengulanginya. Hal ini seperti menimbulkan
perasaan bersalah pada dirinya dan akan membuatnya mengatakan maaf pada subjek.
“Tapi kalau misalnya dia merasa membuat orang lain gak senang, trus kalau dia merasa bersalah, dikasih tau kalau
tindakannya dia itu membuat semua orang susah, jangan diulangi, dia pasti bilang minta maaf “iya, Os minta maaf..” gitu.
Dan ini sering terjadi ya…” W. S2. 06.03.07. 83.
C. Perkembangan Kognitif