makna kejadian dilihat dari perspektif individu yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut Poerwandari, 1998:64.
Dalam penelitian ini hal yang diobservasi yaitu kondisi individu autistik. Faktor-faktor perilaku yang diungkap pada kondisi individu autistik
ini meliputi gangguan-gangguan yang dialami dan perilaku mereka yang berkaitan dengan seksualitas.
Tabel II Pedoman Observasi Kondisi Individu Autistik
No Aspek-aspek yang diungkap
Deskripsi
1. Gangguan pada anak. Hal ini untuk melihat bagaimana gangguan-gangguan yang dialami oleh
anak autis tersebut, karena akan berpengaruh pada metode yang digunakan orang tua untuk memberikan
pendidikan seksualitas. 1.
Gangguan komunikasi 2.
Gangguan interaksi sosial 3.
Gangguan perilaku 2.
Perilaku anak. Hal ini untuk melihat bagaimana perilaku seks anak, karena perilaku ini akan
berpengaruh pada cara orang tua memberikan pendidikan seksualitas.
1. Perilaku anak terhadap lawan
jenis 2.
Perilaku seks anak
E. Metode analisis data
Pengolahan atau analisis data didapat dimulai dengan organisasi data dan koding. Highlen dan Finley dalam Porewandari, 1998:87-90 mengatakan
bahwa organisasi data bertujuan untuk : 1.
Memperoleh kualitas data yang baik. 2.
Mendokumentasikan analisis yang dilakukan. 3.
Menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian.
Organisasi data dilakukan untuk memudahkan peneliti dan pihak lain dalam memeriksa ketepatan langkah-langkah yang telah diambil dan data yang
telah ada tidak akan tercampur aduk. Organisasi data memungkinkan data tersusun dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin Poerwandari,
1998:87. Langkah selanjutnya yang juga penting sebelum melakukan analisis
adalah koding. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat
memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Dengan melakukan koding ini diharapkan peneliti nantinya dapat menemukan makna dari data
yang dikumpulkan Poerwandari, 1998:89. Langkah awal koding adalah menyusun verbatim atau catatan lapangan
dan membuat kolom kosong disebelah kiri dan kanan untuk menuliskan kode atau catatan tertentu. Langkah selanjutnya adalah pemberian nomor pada
transkrip atau catatan lapangan. Langkah ketiga adalah pemberian nama pada masing-masing berkas dengan menggunakan kode tertentu. Poerwandari
1998: 89 menjelaskan bahwa banyak peneliti yang memberikan usulan tentang prosedur dalam koding yang tidak sepenuhnya sama. Hal ini tidak
menjadi masalah karena pada akhirnya peneliti adalah pihak yang berhak dan bertanggungjawab dalam memilih cara melakukan koding yang dianggapnya
paling efektif bagi data yang diperolehnya. Setelah melakukan organisasi data dan koding, maka peneliti mulai
melakukan analisis data. Smith dalam Poerwandari, 1998:90 menjelaskan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk analisis data yaitu sebagai berikut:
1. Membaca transkrip untuk mendapatkan pemahaman tentang suatu masalah
dan menuliskan interpretasi sementara yang muncul pada bagian yang kosong.
2. Menuliskan tema atau kata kunci yang dapat ditangkap yang
mencerminkan isi dari teks tersebut pada bagian atau sisi lain yang kosong.
3. Mendaftar tema-tema yang muncul pada lembar lain dan mencari
hubungan-hubungan diantara tema-tema tersebut. 4.
Menyusun daftar tema-tema atau kategori-kategori sehingga menampilkan pola hubungan antar kategori bukan lagi sebagai kasus tunggal cross
cases.
F. Pemeriksaan keabsahan Data