Penyintas Dampak Kekerasan Seksual

n. Perkosaan adalah serangan yang diarahkan pada bagian seksual dan seksualitas seseorang dengan menggunakan organ seksual penis ke organ seksual vagina, anus atau mulut, atau dengan menggunakan bagian tubuh lainnya yang bukan organ seksual atau pun benda-benda lainnya. Serangan itu dilakukan dengan kekerasan, dengan ancaman kekerasan ataupun dengan pemaksaan sehingga mengakibatkan rasa takut akan kekerasan, di bawah paksaan, penahanan, tekanan psikologis atau penyalahgunaan kekuasaan atau dengan mengambil kesempatan dari lingkungan yang koersif, atau serangan atas seseorang yang tidak mampu memberikan persetujuan yang sesungguhnya. Perkosaan menurut APA 2007 adalah penetrasi seksual yang dipaksakan dan tidak diinginkan oleh individu yang mengalami. Empat jenis kekerasan yang paling banyak dilaporkan pada Komnas Perempuan tahun 2012 adalah perkosaan dan pencabulan 1620, percobaan perkosaan 8, pelecehan seksual 118, dan perdagangan manusia untuk tujuan seksual 403.

3. Penyintas

Penyintas adalah orang yang bertahan hidup KBBI, 2011 setelah terjadinya sebuah peristiwa Webster’s Comprehensive Dictionary, 1996. Menurut APA 2007 penyintas adalah orang yang bertahan hidup dan mempunyai ciri hidup tertentu sesudah sembuh dari penyakit yang mematikan atau sesudah mengalami pengalaman hidup yang traumatis. Jurnal Perempuan 2011 mengartikan penyintas sebagai orang yang selamat dari peristiwa yang mungkin dapat membuat nyawa melayang atau sangat berbahaya. Kekerasan seksual termasuk dalam peristiwa yang sangat berbahaya karena dapat membuat korbannya trauma dan mengalami guncangan psikologis yang cukup besar, sebagaimana seseorang yang mengalami bencana.

4. Dampak Kekerasan Seksual

Banyak penelitian telah dilakukan untuk melihat dan menelaah dampak kekerasan seksual pada penyintas. Tiga dampak psikologis yang utama adalah gangguan kesehatan mental, intergenerational transmission of violence penularan kekerasan antar generasi, dan reviktimisasi. Psikopatologi atau gangguan kesehatan mental adalah akibat paling umum pada korban kekerasan seksual Molnar, Buka, Kessler, 2001; Walker, 1989; Mullen, Martin, Anderson, Romans, Peterherbison, 1993; Nash, Hulsey, Sexton, Harralson, Lambert, 1993; Putnam, 2003. Posttraumatic Stress Disorder dan depresi paling banyak ditemukan di antara penyintas misalnya Bargai, et. al., 2007; Browne Finkelhor, 1986; Deblinger, Mannarino, Cohen, Runyon, Steer, 2011; Hopton Huta, 2013; Molnar, et. al., 2001; Putnam, 2003; Smucker, Dancu, Foa, Niederee, 1995. Finkelhor Browne 1985 menyatakan traumatic sexualization, perasaan dikhianati, stigmatisasi, dan ketidakberdayaan adalah inti dari dampak kekerasan seksual. Traumatic sexualization adalah proses ketika seksualitas anak termasuk perasaan dan perilaku seksual dibentuk secara tidak patut dan tidak benar secara perkembangan dan secara hubungan interpersonal akibat dari kekerasan seksual. Penyalahgunaan substansi juga terlihat sebagai dampak kekerasan seksual Browne Finkelhor, 1986; Molnar, et. al. 2001; Mullen, et. al. 1993; Putnam, 2003. Disosiasi tertangkap dalam beberapa penelitian misalnya Briere Runtz, 1987; Nash, et. al. 1993. Briere dan Runtz 1987 dan Browne dan Finkelhor 1986 melaporkan adanya masalah gangguan seksual dan maladjustment seksual pada penyintas. Briere dan Runtz 1987 menemukan gangguan tidur, ketegangan, kemarahan, dan reviktimisasi kemungkinan korban kembali mengalami kekerasan serta disalahkan atas kekerasan yang terjadi padanya terlihat sebagai dampak kekerasan seksual. Browne dan Finkelhor 1986 melaporkan ketakutan, kecemasan, depresi, permusuhan, agresi, perilaku yang merusak diri sendiri, perasaan terisolasi dan stigma, self-esteem yang rendah, dan kesulitan mempercayai orang lain terlihat pada para penyintas. Kecenderungan bunuh diri juga terekam oleh Briere dan Runtz 1987 dan Mullen, et. al. 1993. Molnar, et. al. 2001 menyatakan bahwa gangguan suasana hati dan kecemasan juga termasuk dampak kekerasan seksual. Intergenerational transmission of violence dapat berupa kerentanan pada perempuan dan kerentanan untuk menjadi pelaku pada laki-laki yang pernah menyaksikan atau mengalami kekerasan dalam keluarga Alexander, Moore, Alexander III, 1991; Widom, 1989. Dampak yang lain adalah reviktimisasi. Reviktimisasi adalah akibat jangka panjang yang sering dialami oleh perempuan penyintas kekerasan berbasis gender, terutama bila mereka mengalami kekerasan ketika masa anak-anak Fiorillo, Papa, and Follette, 2013; Littleton Grills-Taquechel, 2011; Matlow DePrince, 2013; Messman-Moore Long, 2000; Widom, Czaja, and Dutton, 2008. Reviktimisasi adalah kekerasan yang kembali dialami oleh perempuan penyintas kekerasan seksual.

5. Faktor yang Mempengaruhi Kekerasan Seksual Terhadap