mendapatkan penjelasan mengenai kekerasan seksual. Peneliti juga menawarkan kepada mereka yang tidak terpilih bila mereka mempunyai
pertanyaan tentang kekerasan seksual dan rujukan proses pemulihan kekerasan. Sembilan penyintas yang terpilih ditawari untuk terlibat lebih
lanjut dan menandatangani informed consent. Wawancara lanjutan dilaksanakan kepada sembilan perempuan tersebut untuk menentukan tingkat
keberdayaan. Lima perempuan penyintas kemudian dipilih oleh peneliti.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Data narasi didapat dari wawancara mendalam semi terstruktur secara personal. Penelitian ini berusaha mempertimbangkan faktor sosial yang ada
karena analisa terhadap narasi tidak boleh melupakan faktor sosial partisipan agar tetap berada di dalam konteks Riessman, 2003.
Wawancara semi terstruktur digunakan untuk mendapatkan cerita secara personal. Dua pertanyaan utama yang ditanyakan kepada partisipan adalah
kisah hidup penyintas yang akan menyingkap narasi identitasnya dan pengalaman kekerasan seksual yang dialami oleh partisipan tetapi bukan
secara kronologis melainkan mengikuti alur cerita partisipan.
F. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
Peneliti melaksanakan beberapa tahapan penelitian narasi untuk mengumpulkan data, yaitu:
1. Peneliti mencari dan menentukan partisipan yang mengalami kekerasan
seksual dan bersedia membagikannya kepada peneliti secara personal. Penentuan partisipan juga melibatkan pengamatan yang berfungsi untuk
menentukan tingkat keberdayaan partisipan. 2.
Pembahasan dan penandatanganan informed consent. Informed consent berisi identitas peneliti, tujuan penelitian, partisipan penelitian, metode
pengambilan data, hak dan kewajiban partisipan, metode penyimpanan data, kerahasiaan data, tanggung jawab peneliti, dan penanggung jawab
penelitian. Peneliti tidak bertanya mengenai detil kekerasan seksual. Peneliti juga membicarakan bahwa partisipan berhak membicarakan
apapun yang diinginkan sebanyak atau sesedikit yang partisipan inginkan sejauh partisipan merasa nyaman. Partisipan juga berhak menghentikan
wawancara bila merasa tidak menginginkannya lagi atau merasa tidak nyaman.
3. Melakukan wawancara dengan masing-masing partisipan. Wawancara
dilakukan sesuai dengan prosedur wawancara penyintas perkosaan menurut Campbell, Adams, Wasco, Ahrens, dan Sefl 2009 agar efek
wawancara tersebut membantu pemulihan. Meskipun partisipan adalah penyintas yang telah selesai penanganan kasusnya, telah bercerita
mengenai masalahnya lebih dari dua kali, dan tidak ditanyai mengenai detil kekerasan seksual yang dialaminya, serta sesuai panduan wawancara
yang memulihkan, pada akhir wawancara peneliti tetap bertanya kepada partisipan mengenai pengalaman wawancara dan ada tidaknya dampak
dari wawancara. Bila terdapat efek negatif maka akan dibicarakan dengan konselor atau kelompok pendukung masing-masing partisipan.
4. Membuat transkrip narasi.
5. Melakukan member checking agar frase-frase yang diolah maknanya, yang
diperoleh dari wawancara, tidak meleset dari pemaknaan personal partisipan.
G. METODE ANALISIS DATA