Nia mempunyai narasi yang regresif. Nia merasa selalu menderita dan kalah dari masalah apapun yang ia hadapi. Apapun masalahnya,
menyerah kalah adalah hasil akhirnya. Nia memulai narasinya dengan “kekalahannya” dalam keluarga, bahwa ia diperlakukan secara tidak
adil dalam keluarga. Masalah demi masalah kemudian menderanya dan ia selalu kalah. Akhirnya yang bisa ia lakukan adalah menerima
apapun yang diberikan oleh hidup kepadanya dalam kata- kata “ya
udah, biarin ” karena “yang penting” situasinya sudah bisa ia terima.
Hidup adalah litani kekalahan bagi Nia.
2. Coral, tingkat kedua keberdayaan
a. Penyangkalan pengalaman
Coral mengatakan bahwa masa SMAnya adalah masa yang “nggak banget” baginya, tetapi Coral tidak menjelaskan atau menyebut
dengan jelas mengapa. Hanya ketika ditanya tentang masa tersebut baru Coral bercerita itupun ditutup dengan kata, “tapi sekarang udah
nggak papa sih ”. Coral juga mengatakan bahwa pada awal kuliah dia
merasa senang tetapi di akhir wawancara ia menambahkan bahwa awal masa kuliah ia pernah merasa sangat “jatuh dan terpukul” karena
mungkin efek samping dari kekerasan seksual yang dialaminya. Coral mengatakan dia hanya ingin melupakan pengalamannya tersebut ketika
ia menyetujui saran kakaknya untuk melanjutkan saja hidupnya. Coral
juga menyangkal pengalamannya ketika tidak menerima bahwa pengalamannya tidak menyenangkan.
“Trus masuk-masuk kuliah gini seneng tu lho karena aku kan dari Jakarta trus ke Jogja, jadi kan dapet
suasana baru tu lho. Jadinya seneng aja waktu kuliah tu semangat, tapi memang masih suka kebayang-bayang gitu
kan, dulu. Pengalaman-pengalaman waktu SMA kematian ayahnya masih kebayang. Tapi ya lebih ke senengnya aja
sih ya, soalnya dapet temen baru trus suasananya baru banget kan, jadi ya udah, jadi fine-fine aja. Trus lebih
termotivasi sih, waktu kuliah ini. Jadi lebih banyak pencapaian yang aku bisa capai di kuliah ini dibandingkan
dengan yang lain gitu.
Aku waktu kuliah tu ngerasa drop banget itu lho waktu Dodi ninggalin aku, terus aku tu jadi kayak nggak
punya siapa-siapa. Karena bener-bener oh gila ya orang yang aku sayang aja, dia ninggalin aku, mungkin karena
masalah ini. Terus aku cerita sama kakakku gitu, yang cowok. Terus kakakku cuman bilang , aku cerita panjang
lebar kakakku cuman “Iya, aku udah tau kok” katanya kayak gitu. Ya udah sekarang yang bisa kamu lakuin cuma
belajar aja, kuliah yang bener. Waktu itu tu aku kayak ngedrop banget, aku tu butuh sosok yang bisa nanganin aku
gitu lho, aku cerita ke bu Asih, ini ceritanya kayak gini gini, terus aku nangis, maksudnya aku nggak tau apa yang harus
kulakuin itu lho. Maksudnya semua orang kayaknya nggak ada yang mbelan aku, terus ada satu Dodi yang tau cerita
semua, tapi dia malah pergi ninggalin aku. Kayaknya ya ampun kayaknya dunia ini hina banget
gitu kan.”
1
b. Itu salahku