masalah tersebut tidak penting. Sekarang ia berusaha memenangkan pertempuran yang lain. Bahwa ia kalah dalam pertempuran mengenai
kekerasan seksual tersebut tidak menjadi masalah baginya. Hal tersebut bukanlah masalah penting bila pertempuran tersebut tidak
membuatnya tak berharga. Hal tersebut menjadi masalah karena ia merasa buruk karena pengalaman itu dan ketidakbaikan tersebut tidak
pernah hilang. Jadi kemenangan apapun di tempat lain tidak akan mengembalikan
ketidakberhargaannnya sebagai
perempuan. Keberhargaannya sebagai perempuan penting dalam kasus ini karena
gender adalah salah satu identitas inti manusia. Jadi Coral tidak tidak pernah melampaui masalahnya tetapi tidak pula tenggelam dalam
masalah tersebut.
3. Misa, tingkat keberdayaan ketiga
a. Pengalamanku tabu maka aku tidak berharga
Misa juga mengatakan ketika ia menyadari bahwa ia telah kehilangan
keperawanannya karena
kekerasan seksual
yang dialaminya, ia menjadi merasa tidak berharga
“Dan mulai saat itu, gimana sih mbak, perempuan yang merasa wis ora perawan meneh njuk jadi, saya merasa
saat itu saya njuk jadi kurang menghargai diri saya sendiri.”
b. Penyangkalan pengalaman
Misa menyangkal
pengalamannya lewat
mematirasakan perasaannya. Misa terbiasa untuk mati rasa maka lama kelamaan ia
merasa bahwa hidupnya tanpa rasa, tanpa gairah. “saya tu kayak orang tu kayak nggak punya
dorongan gitu lho. Kayak kayak kayak debu aja ditiup ke kanan gitu ke kiri gitu, nggak ada passionnya. Itu nggak tau
karena kejadian itu ato mungkin karena ada kejadian- kejadian lain. Itu prosesnya kan dari kecil sampe sekarang
kan saya merasa banyak yang saya alamin gitu lho.”
Misa memisahkan pengalamannya d ari rasa yang “seharusnya”
ia rasakan. Misa juga menyangkal pengalamannya ketika akibat dari pengalamannya adalah kebutuhan didukung. Misa menyangkal
kebutuhannya didukung dengan “memendam semua sendiri” dan “bersahabat dengan semua yang tidak mengenakkan”
Penyangkalan pengalaman yang dilakukan oleh Misa disebabkan
oleh kepercayaan yang dipegangnya bahwa ia sebagai perempuan tidak berharga karena pengalamannya yang tabu. Ketika pengalamannya
tersebut menyebabkannya membutuhkan dukungan dari orang lain, ia menganggap bahwa dirinya tidak pantas mencari dan mendapat dukungan
karena itu ia “memendam” semua hal tersebut sendiri, karena semua dukungan sudah diberikan kepada yang lebih berhak yaitu kakak dan
adiknya. Misa tidak lagi bisa mengharapkan “sisa” dukungan dari ibunya. Hal ini semakin menguatkan ketidakberhargaan Misa karena bahkan orang
terdekatnya tidak bersedia mempengakuan keberadaannya karena “persediaan” dukungan yang dimilikinya sudah habis.
Meskipun Misa tidak merasa bersalah atas kekerasan seksual yang dialaminya, Misa tetap merasakan ketidakberhargaan sebagai konsekuensi
hilangnya keperawanan. Misa tidak merasa bersalah karena pengetahuan yang cukup mengenai hal tersebut.
c. Plot narasi