Kekhasan narasi perempuan penyintas kekerasan seksual

manusia merekonstruksi kenyataan. Freer, et. al. 2010 menyatakan bahwa narasi menyediakan tempat bagi individu untuk memberi makna secara adaptif bagi kekerasan interpersonal, sekaligus cara untuk mengalami koherensi narasi agar tetap merasakan kesejahteraan mental mental well being. Tema dalam narasi memprediksi perkembangan diri yang optimal yang terlihat dalam gabungan kedewasaan dan kepuasan hidup Pals, 2006. Kejadian yang sebenarnya bukanlah hal yang terpenting bagi individu dan kesejahteraannya, yang penting adalah bagaimana kejadian tersebut dimaknai secara personal dalam konstruksi narasi individu tersebut Tuval-Mashiach, et. al. 2004. Pengalaman yang sulit, yang merupakan tantangan bagi identitas dan aspek tak terelakkan dari kedewasaan, adalah bagian yang sangat penting dalam narasi yang akan memperlihatkan bagaimana seseorang berkembang dalam hidupnya Pals, 2006.

2. Kekhasan narasi perempuan penyintas kekerasan seksual

Penelitian Draucker 2003 pada para penyintas kekerasan seksual menemukan bahwa penyintas kekerasan seksual mempunyai tema narasi yang khas, yaitu kisah pemberontakan, pembebasan, tempat aman, kebangkitan, determinasi, dan menjadi penyelamat bagi orang lain. Kisah pemberontakan terjadi ketika korban tidak lagi mau menerima perlakuan yang tidak adil yang dialaminya. Pembebasan terjadi ketika korban melepaskan diri dari penderitaan dan batasan yang diterima saat berada dalam relasi yang tidak sehat. Tempat aman adalah pengalaman perempuan penyintas yang mempunyai aktivitas atau tempat dia berlindung dari dunia yang menindasnya. Kebangkitan adalah perasaan kembali kepada “hidup”, sering berupa perasaan spiritual. Determinasi terjadi ketika penyintas mampu mencapai sebuah prestasi. Pengalaman menjadi penyelamat bagi orang lain terjadi ketika penyintas merasa mampu membantu korban lain untuk keluar dari penderitaannya. Penelitian Draucker ini bertujuan untuk menunjukkan tema narasi yang khas pada penyintas tetapi tidak menunjukkan seberapa jauh mereka telah mengalami pemulihan. Sehingga penelitian ini tidak melihat pemulihan sebagai syarat kekhasan tema narasi. Syarat kekhasan narasi tersebut didapat dari pengalaman kekerasan seksual. Sehingga karena pemulihan bukan syarat maka tema narasi penelitian Draucker tersebut tidak dapat menunjukkan kekhasan tema narasi sebagai akibat dari pemulihan. Selain itu konteks tempat narasi penyintas juga tidak dijelaskan dalam penelitian Draucker. Tidak menghargai diri adalah sifat kaum tertindas yang berasal dari internalisasi pendapat para penindas tentang diri mereka. Hampir tidak pernah mereka menyadari bahwa mereka sebenarnya juga “mengetahui” sesuatu Freire, 2000. Ketidakberdayaan adalah salah satu tema narasi yang sangat sering terlihat digunakan oleh para penyintas. Keterpecahan diri dan ketidaksadaran bahwa kekerasan yang mereka alami adalah hal yang abnormal juga sering ditemukan sebagai tema narasi penyintas kekerasan Freer, et. al., 2010. Keterpecahan ini dapat berupa perasaan bahwa hidupnya hancur dan berubah ke arah yang buruk sesudah mengalami kekerasan, menghindari ingatan akan adanya trauma secara perilaku penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, melukai diri sendiri dan keinginan ata percobaan bunuh diri dan psikologis disosiasi, mematirasakan diri sendiri, dan melupakan serta mengingkari pernah terjadi kekerasan. Penelitian Freer tersebut serupa dengan penelitian Draucker 2010 yang tidak meletakkan syarat pemulihan sebagai salah satu syarat kekhasan narasi. Syarat kekhasan narasi adalah pengalaman traumatik. Metode penelitian Freer yang menyelidiki koherensi narasi tetapi tidak menelisik tema yang muncul pada penyintas tidak dapat memperlihatkan bagaimana tema narasi tertentu bisa menyebabkan koherensi. Sedangkan penelitian Anderson dan Hiersteiner 2008 mulai meneliti pemulihan sebagai syarat kekhasan narasi. Pemaknaan oleh penyintas mempunyai pengaruh penting dalam pemulihan individu yang mengalami kekerasan seksual Anderson Hiersteiner, 2008. Akan tetapi pnelitian ini belum menunjukkan tahapan yang dijalani oleh penyintas dalam pemulihan. Kekhasan narasi terlihat dari perbedaan struktur dan content terlihat dari latar narasi, plot, karakter, scene, images, dan tema McAdams, 2008. Plot dan titik tempat narasi individu berubah arah belum dipaparkan oleh penelitian Anderson dan Hiersteiner. Tidak semua tema yang khas penyintas akan dapat membantu penyintas berjalan menuju pemulihan. Jalan menuju pemulihan melibatkan koherensi, stabilitas sekaligus perubahan tema McAdams, 2008; Pals, 2006; McLean Fourier, 2008. Narasi yang membantu tersebut harus ditemukan oleh penyintas bila ia ingin pulih. Pulih bagi penyintas artinya perubahan dari kisah hidup yang penuh dengan masalah menjadi kisah yang berdasar pada kekuatan Anderson Hiersteiner, 2008 dan mampu membuat perubahan yang fundamental atas hidup mereka Draucker, 2003. Pulih juga berciri semakin kecilnya dampak negatif kekerasan bagi penyintas.

3. Narasi dan reviktimisasi