Aku layak untuk bahagia Memang aku bersalah, tapi ia pelaku juga bersalah Plot narasi

terdekatnya tidak bersedia mempengakuan keberadaannya karena “persediaan” dukungan yang dimilikinya sudah habis. Meskipun Misa tidak merasa bersalah atas kekerasan seksual yang dialaminya, Misa tetap merasakan ketidakberhargaan sebagai konsekuensi hilangnya keperawanan. Misa tidak merasa bersalah karena pengetahuan yang cukup mengenai hal tersebut.

c. Plot narasi

Menurut Misa hidupnya “biasa-biasa aja”. Juga ketika hidupnya sejak kecil melibatkan perkosaan dan penelantaran oleh keluarganya. Meskipun Misa tahu ada yang masalah dalam hidupnya tetapi ia tidak dapat menunjuk masalah awal yang terjadi. Bahkan ketika Misa mengakui bahwa ia mempunyai banyak kesulitan karena masalah yang dihadapinya dan bahwa ia tidak mampu menyelesaikannya, Misa tetap terus “bersahabat” dengan semua yang menjadikan hidupnya “berat” Misa mempunyai narasi yang stabil. Misa mengawali, mengisi, dan mengakhiri narasinya dengan masalah. Meskipun Misa belum yakin bahwa ia dapat melampaui masalahnya dan menemukan kebahagiaan, Misa tetap mempunyai harapan untuk mampu menemukan jalan keluar serta terus berusaha mencarinya.

4. Tan, tingkat keberdayaan keempat

a. Aku layak untuk bahagia

Tan merasa dapat bisa melakukan sesuatu untuk mendapatkan haknya, meskipun Tan merasa apa yang terjadi pada dirinya adalah salahnya. Karena Tan merasa layak untuk bahagia maka ia berusaha mengubah keadaan dengan cara meminta haknya yang sesuai dengan narasi dominan dari pelaku. Tema pemberontakan dan pembebasan ada dalam kisah Tan ini. tema yang khas penyintas menurut temuan Draucker 2003.

b. Memang aku bersalah, tapi ia pelaku juga bersalah

Meskipun Tan merasa bersalah, atas kekerasan seksual yang dialaminya tetapi dia juga merasa bahwa pelaku ikut ambil bagian dalam kesalahan tersebut. Bahwa pelaku memaksakan hubungan seksual tersebut. Kesadaran Tan bahwa ia mengalami kekerasan seksual dan keinginannya untuk bahagia mendorongnya untuk mencari keadilan. Meskipun kebahagian dan keadilan yang tersirat dalam narasinya adalah yang sesuai dengan narasi dominan bukan hasil konstruksinya sendiri akan kebahagiaan. Sehingga rasa bahwa dirinya adalah agen atas hidupnya sendiri tidak kuat. Kesadaran Tan tentang kekerasan seksual yang dialaminya juga membantu Tan mengerti bahwa pelaku mempunyai andil dalam kekerasan seksual tersebut. Hal ini menyebabkan Tan tidak merasa sepenuhnya bersalah atas kekerasan seksual yang menimpanya.

c. Plot narasi

Tan memulai dan memenuhi kisahnya dari masalah. Bersamaan dengan berkembangnya narasi, Tan menggambarkan keinginannya untuk melampauui semua masalahnya dan menemukan kebahagiaan serta usaha Tan mencapainya. Akan tetapi, dalam plotnya, Tan menyatakan bahwa kebahagiaannya tidak tergantung pada dirinya sebagai agen atas hidup tapi dari kemauan orang lain untuk “membantunya”. Narasi Tan stabil. Tan mempunyai masalah lalu ia berusaha menanganinya. Ada yang berubah dari kondisi yang ia hadapi tetapi ada bagian dari masalah tersebut yang tetap tinggal. Perubahan kondisi tersebut membuat masalahnya jadi lebih bisa diterima meskipun tidak pernah seluruhnya tuntas. Tan merasa tidak sepenuhnya selalu bermasalah tetapi juga tidak pernah menang dari masalah. Tan tidak belajar dari masalah sebelumnya untuk menghindari masalah yang sama. Hanya ketika masalah tersebut datang ia berusaha menghadapinya.

5. Teta, tingkat keberdayaan kelima