Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab 1 ini peneliti akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi yang digunakan sehari- hari dalam kehidupan. Pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar SD sangat berperan penting dalam mengembangkan bahasa seseorang dalam berkomunikasi. Komuniukasi yang terjalin melalui bahasa Indonesia antara lain dalam mengungkapkan perasaan, ide, ataupun gagasan. Semakin seseorang dapat mengungkapkan perasaan, ide, ataupun gagasan dengan baik, maka semakin tinggi tingkat kemampuan dalam menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sendiri memiliki empat kriteria penilaian yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan menulis. Kriteria-kriteria ini sangat berkaitan erat dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dewasa ini menyimak menjadi permasalahan umum yang sering dialami siswa kususnya pada siswa sekolah dasar. Banyak siswa yang masih kesulitan dalam pembelajaran khususnya pada aspek menyimak. Kemampuan menyimak merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Peneliti akan membahas kemampuan menyimak. Kemampuan adalah kesanggupan dan kecakapan melakukan sesuatu KBBI, 1990:552, 2 sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang- lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan Tarigan, 2008:31. Menyimak dalam pembelajaran bahasa Indonesia sangatlah berperan besar. Penilaian dalam menyimak sendiripun memiliki standar Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Kemampuan menyimak adalah kesanggupan mendengar dan menangkap lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk menangkap informasi, menangkap isi, serta memahami komunikasi yang telah disampaikan. Kemampuan menyimak yang peneliti temukan pada pelaksanaan pembelajaran kurang mendapat perhatian. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas 3B, SD Negeri Denggung pada hari Rabu, 2 September pukul 12.30 WIB. Hasil wawancara yang didapat yaitu siswa kelas 3B mengalami kesulitan dalam hal menyimak. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan guru kelas kurang diperhatikan olah siswa sehingga penulis menyimpulkan bahwa minat belajar siswa kelas 3B kurang. Minat adalah rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu obyek Surya 2004:121. Minat dalam pembelajaran sangat dibutuhkan karena tanpa adanya minat siswa tidak akan memberikan perhatian di dalam pembelajaran, jika minat siswa dalam pelajaran menyimak tinggi maka diharapkan hasil belajar dalam pelajaran tersebut akan memuaskan. 3 Peneliti melakukan observasi di kelas 3B SD Negeri Denggung pada 3 September 2014 pukul 09.30 WIB untuk melihat proses pengajaran guru dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan materi “Menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan kalimat yang runtut dan mudah dipahami”. Hasil yang diperoleh adalah banyak siswa yang kurang tertarik dengan pengajaran guru yang hanya menggunakan model pembelajaran tradisional sehingga siswa kurang memperhatikan guru. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, hasil yang diperoleh adalah rata-rata menyimak siswa hanya 64,82 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM adalah 75. Berdasarkan data nilai rata-rata pada aspek menyimak kelas 3B SD Negeri Denggung, hanya 5 siswa 17,86 yang nilainnya di atas KKM, dan 23 siswa 82,14 nilainya masih dibawah KKM. Dari masalah yang terjadi di atas, diperlukan pengajaran dengan model pembelajaran yang kreatif, sehingga dapat menarik minat siswa dalam belajar terutama dalam menyimak pada pelajaran bahasa Indonesia. Salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran menyimak dalam pelajaran bahasa Indonesia adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Sugiyanto 2010:13 model pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan pembelajaran kooperatif ini mengutamakan kerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model 4 pembelajaran yang mengarah pada kerjasama dan ketercapaian tujuan belajar adalah tipe jigsaw. Jigsaw sendiri dibagi menjadi tiga tipe yaitu tipe jigsaw I, tipe jigsaw II, dan tipe jigsaw III. Peneliti memilih tipe jigsaw II karena tipe ini dapat mengembangkan kemampuan menyimak siswa dan juga dapat mengembangkan kerjasama dengan siswa lain. Tipe ini juga cocok untuk mengajarkan pembelajaran dalam bentuk cerita atau teks. Dengan latar belakang masalah di atas, peneliti memutuskan untuk menggunakan tipe jigsaw II karena lebih tertarik untuk mengembangkan kemampuan menyimak dengan model pembelajaran kooperatf tipe jigsaw II. Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka peneliti merumuskan judul penelitian “Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Siswa Kelas 3B SDN Denggung Tahun Pelajaran 20142015”.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok

0 6 189

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating exchange (RTE) terhadap minat belajar matematika siswa

3 51 76

Upaya peningkatan kreativitas belajar biologi siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

0 7 116

Peningkatan minat belajar PAI siswa dengan penerapan model pembelajaran tuntas di Kelas V SDN Cukanggalih II Kec. Curug Kab. Tangerang Tahun pelajaran 2013 / 2014

0 12 110

Penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

11 55 158

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

Upaya meningkatkan motivasi, kreativitas, dan prestasi belajar IPA dengan implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

0 0 7

Upaya meningkatkan motivasi, kreativitas, dan prestasi belajar IPA dengan implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

0 0 5