Analisis Pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiviness (OEE) Sebagai Dasar Implementasi Total Productive Maintenance (TPM) (Studi Kasus di PT INALUM Batu Bara Sumatera Utara)

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis

6.1.1 Analisis Perhitungan Overall Equipment Effektiviness OEE

Analisa perhitungan Overall Equipment Effectiveness di PT INALUM dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan Casting Machine No.2 selama bulan April 2013 - Maret 2014. Adapun ukuran yang akan ditetapkan perusahaan adalah sebagai berikut: • Availability lebih besar dari 95 • Performancy efficiency lebih besar dari 95 • Rate of quality production lebih besar dari 99 • Nilai Overall Equipment Effectiveness OEE lebih besar dari 85 Dari hasil penelitian diperoleh nilai availability Casting Machine No.2 selama bulan April 2013 - Maret 2014 berada diantara 89,26 sampai 90,13. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat availability Casting Machine No.2 masih berada dibawah 95. Rendahnya nilai availability diakibatkan oleh tingginya downtime pada Casting Machine No.2. Pada faktor performancy efficiency Casting Machine No.2 selama bulan April 2013 - Maret 2014 berada diantara 47,26 sampai 59,50. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat performancy efficiency Casting Machine No.2 masih berada dibawah 95. Rendahnya nilai performancy efficiency diakibatkan oleh Universitas Sumatera Utara rendahnya jumlah produksi yang diproses akibat kerusakan pada Casting Machine No.2. Pada faktor rate of quality product Casting Machine No.2 selama bulan April 2013 - Maret 2014 berada diantara 99.64 sampai 99,75. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat rate of quality product efficiency Casting Machine No.2 sudah mencapai standart yang ditentukan yaitu sebesar 99. Pengukuran Overall Equipment Effectiveness OEE ini merupakan kombinasi dari faktor waktu, kualitas pengoperasian mesin dan kecepatan produksi dari Casting Machine No.2 yang digunakan. Berdasarkan pada pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka diperoleh nilai Overall Equipment Effectiveness OEE sebagai berikut: Tabel 6.1 Perhitungan Overall Equipment Effectiveness OEE Casting Machine No.2 Periode April 2013 – Maret 2014 Tahun Bulan availability performance efficiency Rate of quality product OEE 2013 April 89.88 57.31 99.67 51.34 Mei 89.56 52.57 99.64 46.92 Juni 89.57 59.50 99.64 53.10 Juli 89.26 52.23 99.69 46.48 Agustus 90.06 58.12 99.74 52.21 September 90.02 47.26 99.70 42.41 Oktober 89.86 56.25 99.75 50.42 November 89.40 53.11 99.74 47.36 Desember 89.81 55.50 99.72 49.71 2014 Januari 90.13 57.07 99.73 51.29 Februari 89.39 50.86 99.66 45.31 Maret 90.02 53.47 99.71 48.00 Sumber : Hasil Pengolahan Data Universitas Sumatera Utara Dari tabel tersebut didapatkan gambaran bahwa secara total pencapaian Overall Equipment Effectiveness OEE masih jauh atau rendah dari target yang ada ≥85 . Nilai Overall Equipment Effectiveness OEE terendah berada di periode September 2013 yaitu sebesar 42,41 dan nilai tertinggi pada periode Juni 2013 yaitu sebesar 53,10. Nilai Overall Equipment Effectiveness OEE pada setiap periode dari April 2013 – Maret 2014 kurang dari 85 dimana komposisi performancy efficiency rata – rata lebih rendah dibandingkan dari faktor lainnya. Karena hubungan yang berbanding lurus antara faktor utama dengan Overall Equipment Effectiveness OEE, dimana jika nilai faktor utama rendah maka akan menyebabkan pencapaian Overall Equipment Effectiveness OEE pun akan rendah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada mesin casting no.2 untuk produksi batangan aluminium ingot yang menyebabkan rendahnya pencapaian Overall Equipment Effectiveness OEE adalah performancy effectiviness dimana waktu yang tersedia untuk kegiatan manufaktur tidak dimanfaatkan secara efektif dan efesien.

6.1.2 Analisis Perhitungan OEE Six Big Losses

Analisis perhitungan OEE six big losses dilakukan agar perusahaan mengetahui faktor apa saja dari keenam faktor six big losses yang memberikan kontribusi terbesar dan berakibat pada efektifitas penggunaan Casting Machine No.2 maka dilakukan analisa terhadap OEE six big losses, sehingga didapat Universitas Sumatera Utara prioritas utama untuk perbaikan efektifitas Casting Machine No.2. Berikut persentase faktor six big loses dari casting machine no.2 pada periode April 2013 – Maret 2014 dapat dilihat pada tabel 6.2 adalah Tabel 6.2 Persentase Faktor Six Big Losses mesin Casting No.2 Periode April 2013 – Maret 2014 No Six Big Losses Total Time Loss jam Persentase Persentase Kumulatif 1 Reduced Speed Loss 2396,78 78,89 78,89 2 Equipment failure loss 397,51 13,08 91.97 3 IdlingMinor Stoppages 133 4,38 96.35 4 SetupAdj. Loss 102,40 3,37 99.72 5 YieldScrap Loss 4,32 0,14 99.86 6 Rework Loss 4,28 0,14 100.00 Total 3038,29 Sumber:Pengolahan Data Dari tabel 6.2 Casting Machine No.2 terlihat bahwa faktor Reduced Speed Loss merupakan faktor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap rendahnya efisiensi mesin dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Faktor Reduced Speed Loss mengakibatkan pemakaian waktu yang tidak efisien sebesar 78,89.

6.1.3 Analisa Diagram Sebab Akibat

Sebelum dilakukan langkah-langkah perbaikan, maka terlebih dahulu harus dilakukan analisa terhadap faktor yang memberikan kontribusi terbesar penyebab rendahnya efisiensi Casting Machine No.2 yaitu Reduced Speed Loss. Analisa dilakukan dengan menggunakan Cause and Effect Diagram atau diagram Sebab Akibat. Melalui alat ini dapat diketahui penyebab-penyebab tingginya nilai faktor Reduced Speed Loss tersebut secara rinci, dimulai dari faktor-faktor Universitas Sumatera Utara utamanya hingga faktor-faktor yang lebih kecil. Dengan demikian langkah- langkah perbaikan dapat dilakukan secara bertahap berdasarkan faktor-faktor penyebab tersebut. Faktor-faktor penyebab dari Reduced Speed Loss dapat dilihat dalam diagram sebab akibat pada gambar 6.1 sebagai berikut Mesin Lingkungan Manusia Material Reduced Speed Loss Mesin rusak dan berhenti Water jacket bocor dan sumbat Umur mesin tua dan aus Chain conveyor rusak Komponen tidak berfungsi Arm hammering lepas Mould retak Kurang konsentrasi Kelelahan Penyortiran yang tidak baik Metal menyangkut Dross menggumpal Mesin kotor Sisa scrap Tumpahan oli Kadar Fe tinggi Gambar 6.1 Diagram Sebab Akibat Reduced Speed Loss Faktor penyebab Reduced Speed Loss adalah sebagai berikut: a. Manusiaoperator − Kurang konsentrasi akibat kelelahan dan kejenuhan saat bekerja karena memerlukan tingkat ketelitian tinggi ataupun karena jumlah jam kerja yang berlebih dari batas normal 8 jam dan suhu tinggi yang terjadi akibat radiasi dari aluminium cair dengan tingkat suhu kurang lebih 720°C menyebabkan area kerja menjadi sangat panas sehingga menjadi tidak kondusif bagi para operator Nilai Ambang Batas tertinggi iklim kerja 30°C. Universitas Sumatera Utara b. Mesinperalatan − Mesin berhenti secara tiba-tiba karena umur mesin yang sudah tua yaitu berumur 29 tahun umur pakaiekonomis mesin ±20 tahun mengakibatkan mesin sering terjadi gangguan sehingga menghambat kelancaran produksi, seperti arm hammering patah, water jacket bocor, mould retak, chain conveyor rusak dan lain- lain. c. Lingkungan − Tingkat kebersihan mesin kurang baik, terlihat masih banyaknya sisa scrap dan tumpahan oli yang tercecer disekitar mesin casting no.2 yang dapat mengakibatkan tersangkutnya jalannya mesin. d. Material − Bahan baku sering menyangkut di mesin karena dross menggumpal dan metal menyangkut akibat tindakan penyortiran tidak dilakukan dengan baik. − Tingginya kadar Fe dalam molten sehingga menyebabkan turunnya kecepatan mesin.

6.2 Pembahasan

Dokumen yang terkait

Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

12 167 136

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Pembangkit Listriktenaga Gas Gt 2.1 Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness

29 159 132

Studi Aplikasi Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness Di PT. Rolimex Kimia Nusa Mas

1 37 117

Study Peningkatan Overall Equipment Effectiveness Melalui Penerapan Total Productive Maintenance Di PTPN IV PKS Pasir Mandoge

19 90 160

Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para

2 46 124

Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) di PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM)

14 83 95

Penerapan Overall Equipment Effectiveness (Oee) Dalam Implementasi Total Productive Maintenance (TPM) (Studi Kasus di Pabrik Gula PT. “Y”.)

1 2 7

BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiviness (OEE) Sebagai Dasar Implementasi Total Productive Maintenance (TPM) (Studi Kasus di PT INALUM Batu Bara Sumatera Utara)

0 1 71

BAB I PENDAHULUAN - Pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiviness (OEE) Sebagai Dasar Implementasi Total Productive Maintenance (TPM) (Studi Kasus di PT INALUM Batu Bara Sumatera Utara)

0 0 8

Pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiviness (OEE) Sebagai Dasar Implementasi Total Productive Maintenance (TPM) (Studi Kasus di PT INALUM Batu Bara Sumatera Utara)

0 0 17