bentuk  yang  dipimpin  oleh  guru  atau  diarahkan  oleh  guru. Cooperative  Learning
adalah  solusi  ideal  terhadap  masalah menyediakan  kesempatan  berinteraksi  secara  kooperatif  dan  tidak
dangkal kepada siswa dari latar belakang etnik yang berbeda Slavin, dalam Hosnan, 2014.
Berdasarkan beberapa pengertian cooperative learning di atas, dapat  diambil  kesimpulan  bahwa cooperative  learning adalah
pembelajaran  yang  melatih  siswa  untuk  bekerja  dalam  kelompok- kelompok  kecil  yang  terdiri  dari  4  sampai  6  siswa  dan  bersifat
heterogen. Cooperative  Learning menekankan  kerjasama  dalam kelompok,  keberhasilan  kerja  kelompok  sangat  dipengaruhi  oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
2.4.1.2 Unsur-Unsur Cooperative Learning
Roger  dan  Johnson  dalam  Hosnan,  2014  mengatakan  bahwa tidak  semua  kerja  kelompok  dapat  dianggap cooperative  learning.
Untuk  mencapai  hasilyang  maksimal,  6  unsur  model  pembelajaran gotong  royong  hatus  diterapkan  dalam  pembelajaran  adalah  sebagai
berikut: 1. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan  kelompok  sangat  tergantung  pada  usaha setiap
anggotanya. Dalam
cooperative learning,
guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling
ketergantungan  satu  sama  lain.  Saling  ketergantungan  tersebut dapat  dicapai  melalui:  1  saling  ketergantungan  pencapaian
tujuan,  2  saling  ketergantungan  dalam  menyelesaikan pekerjaan,  3  ketergantungan  bahan  atau  sumber  untuk
menyelesaikan pekerjaan, 4 saling ketergantungan peran. 2. Interaksi tatap muka
Setiap  kelompok  harus  diberikan  kesempatan  untuk bertatap  muka  dan  berdiskusi.  Kegiatan  interaksi  ini  akan
membuat  para  siswa  untuk  membentuk  sinergi  yang menguntungkan  semua  anggota.  Inti  dari  sinergi  ini  adalah
menghargai  perbedaan,  memanfaatkan  kelebihan,  dan  mengisi kekurangan masing-masing. Para anggota kelompok perlu diberi
kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
Interaksi  tatap  muka  menuntut  para  siswa  dalam kelompok  dapat  bertatap  muka  sehingga  mereka  dapat
melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengans esama  siswa  yang  memungkinkan  para  siswa  dapat  menjadi
sumber belajar. 3. Akuntabilitas individual
Meskipun cooperative learning diwujudkan dalam kerja kelompok,  tetapi  penilaian dalam  rangka  mengetahui  tingkat
penguasaan  siswa  terhadap  suatu  materi  pelajaran  dilakukan
secara individual. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar  semua  anggotanya,  oleh  karena  itu  tiap  anggota  harus
memberikan  kontribusi  yang  maksimal  demi  keberhasilan kelompok.  Penilaian  kelompok  yang  didasarkan  atas  rata-rata
penguasaan  semua  anggota  kelompok  secara  individu  inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.
4. Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi Melalui
cooperative  learning dapat  menimbulkan
keterampilan  menjalin  antarpribadi.  Hal  ini  dikarenakan  dalam cooperative  learning menekankan  aspek  tenggang  rasa,  sikap
sopan  terhadap  teman,  berani  mempertahankan  pikiran  logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lainya.
5. Komunikasi antaranggota Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan
berbagai  keterampilan  berkomunikasi.  Sebelum  menugaskan siswa  dalam  kelompok,  pengajar  perlu  mengajarkan  cara-cara
berkomunikasi.  Keberhasilan  suatu  kelompok  juga  dipengaruhi kesediaan  para  anggotanya  untuk  saling  mendengarkan  dan
mengutarakan pendapat mereka. 6. Evaluasi proses kelompok
Pengajar  perlu  menjadwalkan  waktu  khusus  bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil
kerjasama  mereka  agar  selanjutnya  bisa  bekerjasama  dengan
lebih efektif. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja  kelompok,  melainkan bisa  diadakan  selang  beberapa
waktu  setelah  beberapa  kali  pembelajar  terlibat  dalam  kegiatan pembelajaran cooperative learning.
2.4.1.3 Tujuan Cooperative Learning