Padatan Tersuspensi Total TSS Kandungan Organik Substrat KO Substrat

disebabkan oleh tingginya kandungan organik dan anorganik yang berasal dari buangan limbah yang berasal dari aktivitas di darat dan limbah pembersihan kapal yang menyebabkan peningkatan sedimentasi dan kekeruhan air. Sedangkan pada stasiun pengamatan III tingkat kecerahan air paling tinggi yaitu sebesar 1,35 m. Tingginya tingkat kecerahan air di kawasan ini adalah karena sedikitnya zat-zat yang tersuspensi. Ini menunjukkan kisaran kecerahan pada ketiga lokasi pengamatan masih tinggi alami jika dibandingkan dengan penelitian yang sama di lokasi yang berbeda yaitu pada perairan Pantai Labu nilai penetrasi yang diperoleh berkisar 3,5 cm-12,6 cm Sembiring, 2008 sedangkan di Sungai Tabaniao Kabupaten Tanah Laut sebesar 15,00-17,5 cm Halang, 2007. Menurut APHA 1974, Davis dan Cornwell 1991 dalam Halang 2007, kecerahan air yang kurang disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut misalnya lumpur dan pasir halus, maupun bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Dibanding dengan KepMenLHNo.512004 tentang baku mutu air untuk biota laut nilai kecerahan yaitu alami. Dari nilai kecerahan perairan pada lokasi pengamatan masih baik dan dapat menunjang kehidupan organisme perairan.

4.5.3 Padatan Tersuspensi Total TSS

Padatan tersuspensi total Total Suspended Solid adalah bahan-bahan tersuspensi diameter 1m yang bertahan pada saringan millipore dengan diameter Universitas Sumatera Utara pori 0,45 m, TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad renik yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke dalam air Effedi, 2003. Pada Tabel 4.16 dapat kita lihat nilai padatan tersuspensi rata-rata 62-65 mgL,dari gambar di atas tampak bahwa nilai padatan tersuspensi yang terukur masih di bawah baku mutu air laut yang diperbolehkan untuk keperluan biota laut KepMen LH, 2004 yaitu 80 mgl. Sedangkan menurut PP.No.822001 tentang Baku Mutu Air Laut untuk biota laut nilai padatan tersuspensi total TSS pada ketiga stasiun pengamatan masih berada di bawah baku mutu air kelas C yaitu 400 mgl. Ini menunjukkan bahwa perairan muara Sungai Asahan dalam kondisi baik dan mendukung kehidupan organisme perairan.

4.5.4 Kandungan Organik Substrat KO Substrat

Kadungan bahan organik menggambarkan tipe substrat dan kandungan bahan nutrisi di dalam perairan. Tipe substratnya berbeda-beda seperti pasir, lumpur dan tanah liat Boyl, 1989; Fast dan Lester, 1992 dalam Sembiring, 2008. Nilai kandungan bahan organik pada ketiga stasiun penelitian tertinggi berkisar antara 1,1852 -1,7944. Kandungan nilai tertinggi di stasiun I dan yang terendah di stasiun III. Tingginya kandungan organik pada lokasi I selain lebih dekat ke pemukiman juga pada bagian sebelah kanan muara terdapat hutan mangrove, diduga kandungan substrat organik pada lokasi tersebut berasal dari guguran daun bakau, juga karena ada pengendapan sedimen dan pasokan air daratan. Sedangkan kandungan substrat organik yang terendah terdapat di stasiun III, keadaan ini Universitas Sumatera Utara disebabkan karena kondisi lingkungan dipengaruhi oleh pukulan ombak dan arus. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hari 1999 tinggi rendahnya kandungan organik berhubungan dengan pengendapan sedimen dari pasokan air daratan serta kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh pukulan ombak dan arus cendrung mempunyai kandungan organik rendah. Selanjutnya menurut Dody, 1998 tingginya kandungan lumpur dan liat pada suatu stasiun pengamatan akan dibarengi pula dengan meningkatnya kandungan bahan organik total substratnya. Sebagai biota penyaring, Anadara inflata cenderung memilih lokasi yang tenang dengan kandungan bahan organik total pada substratnya yang relatif tinggi. Kriteria tinggi rendahnya kandungan organik substrat berdasarkan persentase adalah sebagai berikut : 1 = sangat rendah, 1 - 2 =2,01 - 3 = sedang 3,01 -5 = tinggi dan 5,01 sangat tinggi Djaenuddin et al., 1994 dalam Sembiring, 2008

4.5.5 Tipe Substrat

Dokumen yang terkait

Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

0 59 69

Analisis Logam Berat Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Cromium (Cr), Ferrum (Fe), Nikel (Ni), Zinkum (Zn) Pada Sedimen Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 89 98

Pemanfaatan kerang hijau, Perna viridis Linn. sebagai bioindikator pencemaran logam timbal(Pb) di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta

1 5 27

Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, dan Hg) pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) di Perairan Kronjo dan Cituis, Kabupaten Tangerang

0 4 30

PENCEMARAN LOGAM BERAT TIMBAL PB DI UDAR

0 0 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Sungai - Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

2 21 16

Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

1 7 15

DEPURASI KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA KERANG BULU (Anadara antiquata) DENGAN FILTER YANG BERBEDA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 83

POTENSI PENGGUNAAN CANGKANG KERANG SEBAGAI FILTER DALAM PROSES DEPURASI TERHADAP KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA KERANG BULU (Anadara antiquata)

0 0 87

Korelasi Ukuran Dengan Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadara Antiquata) di Pelabuhan Potere Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 73