2.2 Kasus Pencemaran Logam Berat Di Indonesia
Teluk Buyat, terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi pembuangan limbah tailing lumpur sisa penghancuran batu tambang milik PT.
Newmont Minahasa Raya NMR. Sejak tahun 1996, perusahaan asal Denver, AS, tersebut membuang sebanyak 2.000 ton limbah tailing ke dasar perairan Teluk Buyat
setiap harinya. Sejumlah ikan ditemui memiliki benjolan semacam tumor dan mengandung cairan kental berwarna hitam dan lendir berwarna kuning keemasan.
Fenomena serupa ditemukan pula pada sejumlah penduduk Buyat, dimana mereka memiliki benjol-benjol di leher, payudara, betis, pergelangan, pantat dan kepala.
Sejumlah laporan penelitian telah dikeluarkan oleh berbagai pihak sejak 1999 hingga 2004. Penelitian-penelitian ini dilakukan sebagai respon atas pengaduan
masyarakat nelayan setempat yang menyaksikan sejumlah ikan mati mendadak, menghilangnya beberapa jenis ikan, serta keluhan kesehatan pada masyarakat. Dari
laporan-laporan penelitian tersebut, ditemukan kesamaan pola penyebaran logam- logam berat seperti Arsen As, Antimon Sb, dan Merkuri Hg dan Mangan Mn,
dimana konsentrasi tertinggi logam berbahaya tersebut ditemukan di sekitar lokasi pembuangan tailing Newmont.
Hal ini mengindikasikan bahwa pembuangan tailing Newmont di Teluk Buyat merupakan sumber pencemaran sejumlah logam berbahaya. Namun demikian,
sejumlah Menteri, diantaranya Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim, mengeluarkan pernyataan bahwa Teluk Buyat tidak tercemar. Menteri Kesehatan
Achmad Sujudi bahkan mengatakan seolah-olah penyakit yang diderita oleh masyarakat Teluk Buyat adalah penyakit kulit dan akibat kekurangan gizi.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Pencemaran Logam Berat Pada Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering mapun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat
laut seperti pasang surut,dan pembebasan air asin sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat
seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun yang disebabkan oleh
kegiatan manusia seperti pencemaran Dahuri et al,.1996. Jadi wilayah pesisir merupan ekosistem yang paling rawan terkena dampak kegiatan manusia. Menurut
Sutamiharja et al, 1982, dalam Zubayr 2009, faktor-faktor penyebab pencemaran adalah :
1. Erosi dan sedimentasi yang disebabkan oleh rusaknya hutan di daerah hulu sungai yang bermuara ke laut serta penggalian pasir dan kerikil di sungai-sungai
tersebut. 2. Limbah pertanian berupa sisa pestisida dan pupuk yang digunakan dalam usaha
peningkatan produksi pertanian yang masuk ke dalam sistem perairan dan akhirnya sampai keperairan laut.
3. Air selokan dari kota yang mengandung berbagai bahan, yang kemudian masuk melalui sungai dan bermuara keperairan.
4. Permasalahan yang pokok dari aktivitas perminyakan yang dapat menimbulkan pencemaran adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Masalah operasional berupa ceceran minyak dan buangan secara kontinyu; pembuangan air bekas pencucian tanki dan kapal.
b. Masalah kecelakaan berupa gangguan transortasi seperti pecahnya pipa-pipa penyalur tanki penimbunan, kandasnya kapal tanki, dan tumpahan minyak
yang berasal dari kegiatan di pelabuhan. 5. Pembangkit listrik tenaga uap PLTU, berupa air panas yang berasal dari air
pendingin yang dibuang ke perairan sehingga akan meningkatkan suhu perairan, akibat pembuangan air panas tersebut akan menimbulkan masalah lingkungan
terutama bagi organisme akuatik yang hidup di sekitar perairan tersebut. 6. Industri, peningkatan jumlah industri yang pesat disamping memberi dampak
positif terhadap peningkatan perekonomian penduduk, juga menimbulkan masalah terhadap lingkungan, akibat limbah yang di hasilkan oleh industri.
Logam berat masuk kedalam perairan melalui air hujan, aliran air permukaan, erosi korofikasi batuan mineral, dan berbagai kegiatan manusia seperti aktivitas
industri, pertambangan, pengolahan atau penggunaan logam dan bahan yang mengandung logam. Kelarutan logam berat dalam air bisa berubah menjadi lebih
tinggi atau lebih rendah, tergantung kondisi lingkungan perairan. Pada perairan yang kekurangan oksigen akibat tingginya konsentrasi bahan organik, kelarutan beberapa
jenis logam, seperti Zn, Cd, Pb dan Hg, semakin rendah dan lebih mudah mengendap. Logam berat yang masuk ke sistem perairan baik di sungai maupun lautan akan
dipindahkan dari badan airnya melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan absorbsi oleh organisme-organisme perairan Bryan, 1976 dalam Zubayr, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perairan, logam berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut dan tidak terlarut. Logam berat terlarut adalah logam yang membentuk komplek dengan
senyawa organik dan anorganik, sedangkan logam berat yang tidak terlarut merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan senyawa kelompok metal
yang teradsorbsi pada partikel-partikel yang tersuspensi Razak, 1980 dalam Zubayr 2009. Masuknya logam berat ke dalam tubuh organisme perairan dapat melalui
rantai makanan dan difusi melalui kulit dan insang selanjutnya di dalam tubuh biota perairan akanterjadi bioakumulasi dan biomagnifikasi logam berat hal ini
mengakibatkan “factor concentrate” rasio konsentrasi logam berat dalam tubuh organisme dan konsentrasi dalam badan air semakin meningkat Hutagalung et al.,
1999 dalam Zubayr, 2009. Secara alamiah logam berat terdapat dalam laut namun kadarnya sangat rendah,
yaitu berkisar 10
-5
-10
-2
ppm. Dalam kondisi alamiah ini logam berat dibutuhkan organisme hidup untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya Philips, 1980
dalam Hutagalung, 1997. Bahkan kadar logam berat yang rendah dalam suatu perairan dapat menyababkan berbagai organisme yang hidup didalamnya menderita
defisiensi Bryan, 1976 dalam Hutagalung, 1991. Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan estuaria merupakan suatu proses yang erat hubunganya dengan
penggunaan logam tersebut oleh manusia. Pada air laut di lautan lepas kontaminasi logam berat biasanya terjadi secara langsung dari atmosfer atau karena tumpahan
minyak dari kapal tanker yang melaluinya. Sedangkan di daerah sekitar pantai kontaminasi logam kebanyakan berasal dari mulut sungai yang terkontaminasi oleh
limbah buangan industri atau pertimbangan Darmono,1995 dalam Afrizal 2000.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Kadar Normal dan Kadar Maksimum Logam Berat yang Masuk
ke Lingkungan Laut
Kadar ppm Unsur
Normal A Maksimum B
Cadmium CD Timah hitam Pb
Tembaga Cu Seng Zn
0.0003 0.00011
0.002 0.002
0.05 0.01
0.05 0.1
Keterangan : A Waldichuk,1974 B Environmental Protection Agency EPA,1973 dalam
Hutagalung,1991. Menurut Lhacher dan Goldstein 1996 dalam Bahri 2003, logam berat secara
alami berasal dari proses geologi secara alami, pertambangan dan aktivitas industri. Selanjutnya Clark 1986 dalam Bahri 2003 membagi logam untuk kepentingan
Biologi dalam tiga kelompok yaitu : 1. Logam ringan seperti natrium, kalium, kalsium dan sebagainya, biasanya di
angkut sebagai kation aktif di dalam larutan encer. 2. Logam transisi seperti besi, tembaga, kobal dan mangan, diperlukan dalam
konsentrasi yang tinggi 3. Logam berat dan metalloid raksa, timah hitam, selenium dan arsen umumnya
tidak diperlukan dalam kegiatan metabolism dan dapat menjadi bahan yang beracun pada sel dan organisme tertentu walaupun pada konsentrasi rendah.
Logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas, lebih besar dari 5 gram cm
-3
mempunyai nomor atom lebih besar dari 21 dan terdapat pada bagian tengah dari faktor unsur-unsur periodik Bahri, 2003. Diketahui ada 18 logam berat
sebagai bahan pencemar, tetapi ada beberapa yang bersifat esensial untuk kehidupan
Universitas Sumatera Utara
organisme, misalnya Cu dan Zn tetapi dalam jumlah berlebih dapat bersifat racun bagi organisme Bryan, 1976;Valke dan Walker, 1970 dalam Afrizal 2000. Dalam
kenyataannya logam berat Cd dan Pb juga sangat berbahaya bagi kehidupan organisme walaupun dalam konsentrasi yang sangat rendah.
Logam berat ini mempunyai sifat “Biomagnifikasi” artinya dapat berakumulasi dalam jaringan organisme dan melalui rantai makanan akhirnya membahayakan
kehidupan manusia Dahuri, 2003. Logam yang berbahaya dapat menyebabkan toksin dan bersifat agak permanen dan mempunyai waktu paruh yang lama adalah
CadmiumCd, PlumbumPb dan air raksa Palar, 2008.
2.4 Sumber Logam Berat Pb dan Cd di Perairan Timbal Pb dan persenyawaan dapat berada di dalam badan perairan secara
alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Menurut Palar, 2008 Pb dapat masuk ke badan perairan melalui penkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan,
di samping itu proses porosifikasi dalam bantuan mineral akibat hempasan ombak dan angin, juga merupakan salah satu jalur sumber Pb yang akan masuk kedalam
badan perairan. Timbal Pb yang masuk kedalam perairan sebagai dampak dari aktifitas kehidupan manusia ada berbagai macam bentuk, diantaranya adalah air
buangan limbah dari industri yang berkaitan dengan Pb, air buangan dari pertambangan biji timah hitam dan buangan sisa industri baterai. Buangan-buangan
tersebut akan jatuh pada jalur-jalur perairan seperti anak-anak sungai dan kemdian akan di bawa terus menuju lautan. Umumnya jalur buangan dari bahan sisa
Universitas Sumatera Utara
perindustrian yang menggunakan Pb akan merusak tata lingkungan perairan yang di masukinya menjadikan sungai dan alurnya tercemar.
Logam kadmium Cd mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam. Penggunaan Cd yang paling utama adalah sebagai stabiliser penyeimbang dan
pewarna plastik dan elektroplating penyepuhpelapisan logam. Selain itu di gunakan pula penyolderan dan pencampuran logam serta indusri baterai. Akumulasinya dalam
air tanah antara lain diakibatkan oleh kegiatan elektroplating pelapisan emas dan perak, pengerjaan bahan-bahan dengan menggunakan pigmenzat warna lainnya,
tekstil dan industri kimia Darmono, 1995. Selanjutnya Palar, 2008 logam cadmium dan bermacam-macam bentuk persenyawaan dapat masuk kelingkungan,
terutama seali merupakan efek samping dari aktivitas yang dilakukan manusia. Boleh dikatakan bahwa semua industri yang melibatkan Cd dalam proses opreasional
industrinya menjadi sumber pencemaran Cd. Logam Cd membawa sifat racun yang sangat merugikan bagi bagi semua organisme hidup, bahkan juga sangat berbahaya
untuk manusia. Dalam badan perairan, kelarutan Cd dalam konsentrasi tertentu dapat
membunuh biota perairan. Secara sederhana dapat diketahui bahwa kandungan logam Cd akan dapat dijumpai di daerah-daerah penimbunan sampah dan aliran air hujan,
selain dalam air buangan. Penelitian yang pernah dilakukan untuk mengetahui sumber dari beberapa logam berat Cd dalam perairan Teluk New York, dimana hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa sumber Cd dalam badan perairan yang dikontribusi dari air limbah industri sangat sedikit, 0,6 dari total kandungan Cd yang ada,
Universitas Sumatera Utara
Jumlah yang paling besar dikontribusi oleh limbah padat yaitu 82 Palar, 2008. Selanjutnya Warlina, 2004 bahan buangan padat adalah bahan buangan yang
berbentuk padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah, buangan tersebut bila dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan,
pengendapan ataupun pembentukan koloidal.
2.5 Bioindikator Pencemaran Logam Berat