Timbal Pb Kandungan Logam Berat pada Daging Anadara inflata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kandungan Logam Berat pada Daging Anadara inflata

4.1.1 Timbal Pb

Kerang mendapatkan makanan dengan menjaring filter feed jasad-jasad renik terutama plankton nabati antara hewani, sehingga apabila lingkungan tempat kerang tersebut tercemar logam berat, maka pada tubuh kerang akan terakumulasi logam berat dalam jumlah tinggi, terlihat pada tabel di bawah ini Tabel 4.1 Tabel 4.1. Hasil Analisa Kandungan Logam Pb pada Daging Kerang Bulu Anadara inflata Kandungan logam Pb ppm No Stasiun U1 U2 U3 Rata-rata±SD 1 2 3 ST1 ST2 ST3 0,0250 0,0078 0,0040 0,0174 0,0059 0,0021 0,0136 0,0059 0,0002 0,0187±0,0058 a 0,0065±0,0011 b 0,0021±0,0019 b Keterangan: SD = Standart deviasi, Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kelompok perlakuan lajur yang sama berbeda tidak signifikan pada taraf uji 5 huruf kecil dan berdasarkan uji Benferroni. Pada tabel di atas dapat dilihat kadar Pb daging Anadara inflata rata-rata 0,0021-0,0187 ppm, kadar Pb rata-rata tertinggi dijumpai pada stasiun I yaitu 0,0187 ppm, berbeda nyata dengan stasiun II 0,0065 ppm dan stasiun III 0,0021 ppm, sedangkan antara stasiun II dan III tidak berbeda nyata. Tingginya kandungan logam berat pb pada daging Anadara inflata di stasiun I dibandingkan dengan stasiun II dan III kemungkinan letak lokasi stasiun I lebih dekat dengan pelabuhan kapal-kapal Universitas Sumatera Utara bongkar muat, kapal ikan, pabrik-pabrik, dan galangan kapal serta pemukiman penduduk. Selain itu, di sepanjang hulu sungai juga terdapat banyak pabrik industri dan lahan pertanian, memungkinkan adanya limbah buangan air yang di buang ke sungai terbawa air sungai dan berakhir di muara sungai dan menjadi tempat berkumpulnya zat-zat cemaran yang dibawa oleh aliran sungai tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rochyatun dan Rozak, 2007 penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya karena tidak dapat dihancurkan oleh organisme di lingkungan dan terakumulasi ke lingkungan terutama mengendap di perairan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara absorbsi dan kombinasi. Selanjutnya menurut Suprapti, 2008 banyaknya kandungan Pb ini disebabkan oleh sifat dari kerang bulu Anadara inflata termasuk hewan sedentari yang hidupnya relatif menetap di dasar perairan dan merupakan hewan deposit feeder, sehingga mampu mengakumulasi logam berat Pb yang terdapat di lokasi tersebut. Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan pada lokasi yang sama ditemukan timbal Pb pada daging Anadara inflata sebesar 0,7086-1,4387 ugg ppb, Afrizal, 2000, sedangkan pada kerang darah Anadara granulosa ditemukan kandungan logam berat Timbal Pb sebesar 0,186 ppb Murtini et al., 2004. Namun bila dibandingkan dengan penelitian yang sama di lokasi yang berbeda yakni di perairan Belawan kandungan Pb Anadara inflata 0,1625 ppm dan kerang darah sebesar 0,2798 ppm Siagian, 2004, selanjutnya penelitian kandungan logam berat Pb pada mollusca jenis siput laut Telescopium telescopium di perairan Dumai, Universitas Sumatera Utara Amin et al., 2004 diperoleh hasil 1,73-10,78 ugg, jauh lebih tinggi dari perairan muara Sungai Asahan. Walaupun demikian keadaan di atas memberi petunjuk bahwa muara Sungai Asahan tercemar logam berat Timbal Pb yang terakumulasi dalam daging kerang bulu Anadara inflata tersebut. Kandungan logam Pb yang terendah, terdapat di stasiun III sebesar 0,0021 ppm, lokasi ini 5 mil dari lepas pantai, dari besarnya jumlah kandungan logam Pb pada daging kerang bulu Anadara inflata di stasiun III sudah mengarah ke laut diduga adanya pengaruh turbulen dan arus laut yang sangat mempengaruhi pemekatan, pengenceran dan penyebaran logam di perairan muara tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi adalah pasang surut air laut masuk ke muara dan bergerak ke tepi sehingga logam banyak menuju kearah tepi atau mendekati pantai, sedangkan pada saat surut pergerakan air laut banyak terdapat di tengah atau di muara yang menyababkan logam-logam berat juga berada di tengah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Karimah et al., 2002 bahwa yang mempengaruhi fluktuasi kadar logam berat timbal dalam sampel selain pasang surut air laut, interaksi logam timbal dengan semua senyawa kimia lain, adukan turbulensi dan arus laut juga dipengaruhi oleh lingkungan dan musim yang tidak menentu. Kontaminasi logam Pb lebih besar diduga adanya pembuangan limbah industri yang mengandung Pb lebih besar serta terjadi pengendapan di dasar perairan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh saeni, 1989 dalam Bahri, 2003 Timbal Pb masuk ke perairan melalui pengendapan, jatuhnya debu yang mengandung Pb tetraetil, erosi limah industri. Selanjutnya Bryan, 1976 dalam Bahri, Universitas Sumatera Utara 2003 menyatakan bahwa pengendapan logam berat Pb di perairan terjadi karena adanya anion klorida dan hidroksil yang membentuk PbCl + , PbCl 2, PbOH + dan ada kemungkinan lain yaitu adanya H 2 S sehingga Pb akan mengendap karena senyawa sulfida sukar larut. Dari data kandungan logam Pb yang diperoleh rata-rata 0,0021 ppm – 0,00187 ppm pada daging kerang bulu Anadara inflata menunjukkan bahwa kadar logam Pb tersebut belum melebihi batas yang ditetapkan yaitu 2 ppm untuk logam Pb sesuai keputusan dirjen Pom No.03725BSKVII89, Supriyanto et al., 2007. Selanjutnya menurut Australia Health and Medical Research Counsil kandung Pb maksimum dalam makanan laut 2 ug Pbg Afrizal, 2000.Walaupun kandungan logam berat Pb pada daging kerang bulu Anadara inflata masih layak dikonsumsi, namun keberadaannya dapat mempengaruhi biota dan manusia yang berinteraksi di wilayah tersebut. Jika timbal Pb masuk ke dalam tubuh manusia melebihi batas ambang yang ditentukan akan mengakibatkan keracunan akut atau kronis Palar, 2008. Menurut Nybaken 1992 logam berat merupakan salah satu bahan kimia beracun yang dapat memasuki ekosistem bahari. Bahan-bahan kimia ini seringkali memasuki rantai makanan di laut dan mempengaruhi pada hewan-hewan, serta dari waktu ke waktu dapat berpindah-pindah dari sumbernya, keaadaan tersebut menyebabkan sulit sekali untuk memperkecil pengaruh bahan kimia tersebut, terutama apabila pengaruh terulang kembali pada tahun-tahun berikutnya. Beberapa biota laut tertentu juga dapat mempengaruhi toksik sebagai unsur kimia karena memiliki kemmampuan untuk mengakumulasi zat tersebut ditubuhnya jauh melebihi yang terkandung di perairan sekitarnya. Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Cadmium Cd

Dokumen yang terkait

Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

0 59 69

Analisis Logam Berat Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Cromium (Cr), Ferrum (Fe), Nikel (Ni), Zinkum (Zn) Pada Sedimen Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 89 98

Pemanfaatan kerang hijau, Perna viridis Linn. sebagai bioindikator pencemaran logam timbal(Pb) di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta

1 5 27

Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, dan Hg) pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) di Perairan Kronjo dan Cituis, Kabupaten Tangerang

0 4 30

PENCEMARAN LOGAM BERAT TIMBAL PB DI UDAR

0 0 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Sungai - Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

2 21 16

Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

1 7 15

DEPURASI KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA KERANG BULU (Anadara antiquata) DENGAN FILTER YANG BERBEDA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 83

POTENSI PENGGUNAAN CANGKANG KERANG SEBAGAI FILTER DALAM PROSES DEPURASI TERHADAP KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA KERANG BULU (Anadara antiquata)

0 0 87

Korelasi Ukuran Dengan Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadara Antiquata) di Pelabuhan Potere Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 73