Kandungan Logam Berat Dalam Sedimen Di Perairan Muara Sungai

peluruhan mineral logam secara alami, proses geologis yang terdapat di perairan maupun yang berasal dari limbah berbegai kegiatan baik di laut maupun di darat belum berpengaruh terhadap fluktuasi kadar logam berat. Dari tabel di atas dapat dilihat nilai status mutu air laut adalah tercemar ringan yang berarti kualitas air laut di perairan ini termasuk kelas B, namun dengan demikian kadar logam berat di perairan ini belum berbahaya bagi kehidupan biota laut.

4.3 Kandungan Logam Berat Dalam Sedimen Di Perairan Muara Sungai

Asahan 4.3.1 Timbal Pb Sedimen merupakan tempat tinggal tumbuhan dan tempat tinggal tumbuhan dan hewan yang ada di dasar perairan. Dalam lingkungan perairan ada 3 media yang dapat dipakai sebagai indikator pencemaran logam berat yaitu air, sedimen dan organisme hidup Fitriati, 2004. Secara teoritis sedimen merupakan salah satu indikator penting dalam pemantauan pencemaran, khususnya logam berat fitriati 2004. Untuk mengetahui kandungan logam berat Pb pada perairan muara Sungai Asahan dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Kadar Logam Berat Pb dalam Sedimen di Perairan Muara Sungai Asahan Kandungan logam Cd pada kedalaman No Stasiun U1 U2 U3 Rata-rata±SD 1 2 3 ST1 ST2 ST3 0,0365 0,0518 0,0422 0,0288 0,0474 0,0403 0,1055 0,0441 0,0384 0,0569±0,0422 a 0,0478±0,0039 a 0,0403±0,0019 b Nilai Ambang Batas NAB Baku mutu air untuk biota laut 0,001 ppm Universitas Sumatera Utara Dari tabel tersebut dapat dilihat kadar logam yang tertinggi terdapat pada stasiun I dengan rata-rata 0,0569 ppm selanjutnya diikuti oleh stasiun II dan stasiun III yang kadarnya berturut-turut adalah 0,478 ppm dan 0,0403 ppm bahwa sedimen di perairan ini telah mengakumulasi logam Pb. Cemaran logam tersebut berasal dari berbagai dampak dari aktivitas kehidupan manusia baik yang kegiatan berasal dari laut maupun di darat. Kadar logam Pb dalam sedimen pada lokasi penelitian masih rendah bila dibandingkan dengan kadar Pb yang dijumpai di daerah Tor Bay Grand Bretagne yang relatif tidak tercemar mempunyai kandungan Pb kisaran antara 21,3- 65,7 ppm Ahmad. F., 2004. Hasil kandunga logam berat Pb pada sedimen di muara Sungai Asahan masih di bawah nilai yang direkomendasikan oleh Reseau National d’observation RNO,1981 dalam Rajak, 1986 dalam Ahmad, 2009 kadar normal Pb dalam sedimen yang tidak terkontaminasi berkisar 10-70 ppm. Selanjutnya Moore dan Ramamoorthy 1904 dalam Everaart, 1984 dalam Fasmi Ahmad 2009 menyatakan kadar logam berat yang terdapat dalam sedimen yang tidak terkontaminasi paling rendah adalah sebesar 0,01 ppm. Dengan demikian jika mengacu kepada apa yang diungkap Resean National d’observation di atas maka sedimen di perairan ini belum tercemar Pb, akan tetapi bila mengacu kepada Moore dan Ramamoorthy maka dapat dikatakanan bahwa perairan telah terkontaminasi oleh Pb. Kontaminasi ini seiring dengan berjalannya waktu akan dapat menimbulkan akumulasi baik pada tubuh biota yang hidup dan mencari makan di dalam maupun di sekitar sedimen atau dasar perairan, dan akan berbahaya bagi biota yang hidup dan mencari makan di dalam maupun di sekitar sedimen atau dasar perairan, yang pada giliranya akan berbahaya pula bagi manusia yang mengkonsumsi biota tersebut. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil pengukuran kadar Pb dalam sedimen ini, dapat dikatakan bahwa meskipun telah terkontaminasi, namun belum termasuk kategori tercemar. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa kadar Pb dalam sedimen relatif lebih tinggi dibandingkan air laut. Data ini menunjukkan adanya akumulasi Pb dalam sedimen Hasil analisa logam berat Pb dalam sedimen pada tabel 4.9 bahwa kadar logam Pb pada sedimen 0,0403-0,0570 ppm dan yang tertinggi ditemukan pada St 1. Nilai rata-rata Pb sedimen antara stasiun I 0,0569 ppm dengan stasiun II 0,0478 ppm tidak berbeda nyata, sedangkan antara stasiun I 0,0569 ppm dengan stasiun III 0,0570 ppm berbeda nyata begitu juga antara stasiun II dan III. Keadaan tersebut menunjukkan antara stasiun I dengan stasiun II disebabkan karena lokasi tersebut lebih dekat ke pantai. Namun perbedaan logam tersebut tidak begitu mencolok, Kemungkinan sumber logam tersebut berasal dari aktivitas di darat. Hal ini dimungkinkan karena muara Sungai Asahan lebih kurang 10 km ke arah muara Sungai Asahan terdapat banyak industri pengelola ikan dan pelabuhan tempat pelabuhanya tempat berlabuhnya kapal-kapal besar yang membuang air balasnya ke perairan tersebut, sumber Pb juga diduga dari kegiatan lalu lintas kapal serta pemukiman kedudukan yang sangat padat yang membuang limbahnya ke perairan muara Sungai Asahan. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Perbandingan Kadar Logam Berat Timbal Pb ppm dalam Sedimen di Perairan Muara Sungai Asahan dengan Perairan lain di Indonesia No Lokasi Pb Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 Sorong Biak Hanokwari Teluk Jakarta Bagian barat Bagian tengah Bagian timur Surabaya Muara Cunda Lokhseumawe Teluk Jakarta Pulau Kabaena, Muna Button Muara Sungai Asahan 2,71 – 3,71 ppm 8,9 – 9,23 ppm 10,87 – 11,59 ppm 62,6 – 79,2 ppm 53,4 – 136 ppm 45 – 51 ppm 10,8 – 17,4 ppm 0,021 – 0,086 ppm 0,25 – 77,42 ppm 0,059 – 11,207 ppm 0,0403 – 0,0570 ppm Sr. Margarcthe dan Edward 1998 Hutagalung 1998 Anonimous 1998 Samsul Bahri, 2004 Endang Rochyatun dan Abdul Rozak 2003 Fasmi Ahmad 2006 Penelitian ini Pada tabel 4.10 terlihat jumlah kadar logam Pb pada sedimen di muara Sungai Asahan 0,0403-0,0570 ppm masih lebih rendah dari yang direkomendasikan Reseau National d’Observation RNO yaitu 10-70 ppm. Hal ini sesuai dengan jumlah kondisi alamiah yang direkomendasikan oleh RNO 1981 dalam Rajak 1986; dalam Ahmad 2009 yaitu 10-70 ppm. 4.3.2 Cadmium Cd Logam berat cenderung terakumulasi pada sedimen kemudian mengalami mobilisasi sehingga terlepas lagi ke perairan atau badan air dan selanjutnya dapat masuk ke dalam rantai makanan untuk akhirnya sampai pada manusia dan menimbulkan akibat yang dapat membahayakan Bachtiar dan Prasetyo, dalam pagoray, et al,1999. Untuk mengetahui hasil analisa logam berat kadmium di perairan muara Sungai Asahan dapat dilihat Tabel 4.11. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.11 Hasil Pengukuran Kadar Logam Berat Cd dalam Sedimen di Perairan Muara Sungai Asahan Kandungan logam Cd pada kedalaman No Stasiun U1 U2 U3 Rata-rata±SD 1 2 3 ST1 ST2 ST3 0,0398 0,0329 0,0173 0,0383 0,0317 0,0101 0,0371 0,0287 0,0086 0,0384±0,0014 a 0,0311±0,0022 a 0,0120±0,0047 b Dari Tabel 4.11 dapat dilihat kadar Cd dalam sedimen berkisar 0,0086-0,039 ppm dengan rata-rata pada St 1 0,0384 ppm, St II 0,0311 ppm dan St III 0,012 ppm berdasarkan data di atas dapat dikatakan perairan muara Sungai Asahan dilihat dari kandungan logam berat Cd pada sedimenya sudah tercemar. Namun masih di bawah batas kadar alamiah untuk sedimen yang telah direkomendasikan oleh National Observation Pagorai et al., 1999 untuk Cd sebesar 0,1-2 ppm menurut Taylor, 1974 dalam Fasmi Ahmad, 2006 kadar Cd di perairan Tor Bay Grand Bretagne yang relatif bersih berkisar antara 0,020-00,070 ppm. Sedangkan menurut Everaat 1989, dalam Ahmad, 2006 menyatakan kadar logam berat yang terdapat dalam sedimen tidak terkontaminasi paling rendah adalah sebesar 0,01 ppm. Seiring dengan berjalanya waktu maka Cd ini juga akan terakumulasi di dalam sedimen dalam jumlah yang lebih banyak lagi, juga di dalam tubuh biota yang hidup dan mencari makan didalamnya. Berdasarkan kenyataan ini dapat dikategorikan bahwa kualitas sedimen di perairan meskipun belum tercemar, tetapi sudah terkontaminasi oleh logam berat Cd. Kadar Cd dalam sedimen ini relatif lebih tinggi dibandingkan air laut. Bila dibandingkan dengan penilitian yang sama di lokasi yang sama diperoleh hasil logam berat Cd pada sedimen sebesar rata-rata 0,05-0,13 Universitas Sumatera Utara ppm Afrizal, 2000 dan mengalami penurunan, sedangkan hasil logam Cd pada penelitian ini diperoleh yaitu sebesar 0,012-0,0384 ppm. Tingginya konsentrasi pada penelitian sebelumnya karena banyak partikel- partikel yang mengabsorbsi logam Zn dalam badan air yang mengendap di dasar. Terjadi fluktuasi logam Cd pada sedimen yang ada sekarang diduga ini disebabkan banyak partikel-partikel sedimen yang terangkat kedalam badan air oleh proses turbulensi pertemuan dua massa air yaitu massa air sungai dan massa air laut. Hasil analisa logam Cd dalam sedimen di lokasi penelitian terlihat pada Tabel 4.11 bahwa kadar logam Cd sedimen tertinggi pada stasiun I 0.0384 ppm daripada stasiun II 0,0311 ppm dan stasiun III 0,0120 ppm, namun bila dilihat nilai rata-rata logam berat Pb pada sedimen pada stasiun I dengan stasiun II tidak berbeda nyata, sedangkan antara stasiun I dengan stasiun III maupun stasiun II dan III terlihat berbeda nyata. Tingginya kadar logam berat dalam sedimen di stasiun tersebut menunjukkan bahwa terjadi akumulasi dalam sedimen. Hal ini terlihat dari komposisi tekstur sedimen tersebut yang berupa lumpur warna hitam, dimana lumpur tersebut mempunyai pori-pori yang cukup kecil, daya absorbsinya cukup tinggi, sehingga kadar logam berat yang didapat relatif tinggi dibandingkan stasiun yang lain. Pada stasiun I dan II nilai rata-rata Cd sedimen tidak berbeda nyata kemungkinan karena lokasi ini berada pada mulut muara, menunjukkan sumber logam tersebut berasal dari aktivitas masyarakat yang membuang limbahnya ke sungai. Logam berat yang semula terlarut dalam air sungai diabsorbsi oleh partikel halus Suspended solid dan oleh aliran air sungai dibawa ke muara. Di muara, arus air sungai bertemu dengan arus pasang, sehingga partikel halus tersebut diendapkan Universitas Sumatera Utara di muara sungai. Hal inilah yang menyebabkan di St 1 kadar logam berat dalam sedimen muara lebih tinggi dibandingkan dengan stsaiun III berjarak 5 mil dari pantai kearah laut. Berikut ini disajikan perbandingan kadar Cd dalam sedimen dari perairan lain di Indonesia ditunjukan pada Tabel 4.12 Tabel 4.12 Perbandingan Kadar Cd dalam sedimen Muara Sungai Asahan dengan Perairan di Indonesia lainnya No Lokasi Cd Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 Teluk Jakarta Bagian Barat Bagian Tengah Bagian Timur T. Yutepo Sorong Biak Hanokwari Cisadane Teluk Jakarta Teluk Jakarta Muara Sungai Asahan 3,17 – 3,33 ppm 3,31 – 3,57 ppm 2,85 – 3,07 ppm 0,34 ppm 0,006 – 0,016 ppm 2,58 – 3,84 ppm 6,12 – 7,54 ppm 0,014 – 0,026 ppm 0,001 – 0,44 ppm 0,001 – 40,60 ppm 0.012-0,038 ppm Hutagalung 1995 Z.Tangan 1998 Sr. Margarethc Edward 1998 E. Rohyatun, Kaysufi dan Rojak 2005 Endang Rochyatun 2003 Endang rochyatun 2004 Penelitian ini Dari data perbandingan kadar logam berat Cd dalam sedimen di perairan muara Sungai Asahan dan berberapa perairan lain di Indonesia, menunjukkan kadar logam Cd dalam sedimen di perairan muara Sungai Asahan pada umumnya masih rendah bila dibandingkan dengan perairan lainnya di Indonesia. Logam berat Cd masuk ke dalam tubuh organisme yang hidup dan mencari makan di dasar perairan. Logam yang masuk ke tubuh biota selanjutnya mengalami proses biostrasformation dan bioakumulasi dalam organisme hidup. Masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang dikonsumsi yang terkontaminasi logam berat dan Universitas Sumatera Utara senyawanya dalam tubuh biota peraiaran. Disamping itu tingkatan biota dalam sistem rantai makanan turut menentukan jumlah Cd yang terakumulasi biota yang lebih tinggi staratanya ditemukan akumulasi Cd yang lebih banyak, sedang pada biota top level merupakan tempat akumulasi yang paling besar. Bila jumlah Cd yang masuk tersebut telah melebihi nilai ambang batas, maka biota dari suatu level tersebut akan mengalami kanaikan dan bahkan kemusnahan Palar, 2008.

4.4 Korelasi Antara Pb dan Cd Daging Kerang dengan Pb dan Cd Air dan

Dokumen yang terkait

Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

0 59 69

Analisis Logam Berat Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Cromium (Cr), Ferrum (Fe), Nikel (Ni), Zinkum (Zn) Pada Sedimen Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 89 98

Pemanfaatan kerang hijau, Perna viridis Linn. sebagai bioindikator pencemaran logam timbal(Pb) di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta

1 5 27

Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, dan Hg) pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) di Perairan Kronjo dan Cituis, Kabupaten Tangerang

0 4 30

PENCEMARAN LOGAM BERAT TIMBAL PB DI UDAR

0 0 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Sungai - Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

2 21 16

Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

1 7 15

DEPURASI KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA KERANG BULU (Anadara antiquata) DENGAN FILTER YANG BERBEDA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 83

POTENSI PENGGUNAAN CANGKANG KERANG SEBAGAI FILTER DALAM PROSES DEPURASI TERHADAP KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA KERANG BULU (Anadara antiquata)

0 0 87

Korelasi Ukuran Dengan Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadara Antiquata) di Pelabuhan Potere Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 73