Bioindikator Pencemaran Logam Berat

Jumlah yang paling besar dikontribusi oleh limbah padat yaitu 82 Palar, 2008. Selanjutnya Warlina, 2004 bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah, buangan tersebut bila dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan koloidal.

2.5 Bioindikator Pencemaran Logam Berat

Dalam lingkungan perairan ada tiga media yang dapat dipakai sebagai indikator pencemaran logam berat, yaitu air, sedimen dan organisme hidup. Pemakaian organisme hidup sebagai indikator pencemaran inilah yang disebut bioindikator Fitriati, 2004. Setiap lingkungan perairan alami dihuni oleh berbagai organisme hidup dan semua organisme hidup ini berada dalam suatu sistem trofik trophic level. Masuknya bahan cemaran ke dalam perairan akan membunuh organisme yang paling sensitif. Bila bahan cemaran terus masuk, maka organisme yang paling sensitif berikutnya akan terbunuh. Demikian seterusnya, dan penambahan bahan cemaran terakhir akanm membunuh moluska kelompok “filter feeder” pemakan serasah. Pemasukan bahan cemaran ke lingkungan perairan dapat juga mengganggu daur pakan food cycle Fitriati, 2004 Dalam penelitian pencemaran perairan laut, agar didapatkan data yang betul- betul mewakili perairan yang diteliti, maka dari semua organisme hidup yang ada dalam perairan tersebut harus dipilih organisme mana yang paling bisa Universitas Sumatera Utara menggambarkan kondisi lingkungan sebenarnya. Sebagai contoh, fitoplankton walaupun memiliki kemampuan yang besar untuk mengakumulasi logam berat, namun pemakaian fitoplankton sebagai bio-indikator kurang menggambarkan kondisi lingkungan yang sebenarnya. Hal ini disebabkan gerakan fitoplankton sangat dipengaruhi oleh arus dan gelombang laut. Pemakaian jenis-jenis ikan juga kurang tepat karena gerakannya sangat luas. Kecuali kalau ikan tersebut tetap berada dalam lingkungan perairan tertentu tidak bermigrasi seperti ikan baji-baji, Platycephalus bassensis, atau Platycephalus indicus Philips, 1980 dalam Fitriati, 2004. Dalam pemilihan organisme laut sebagai bioindikator pencemaran, Philips, 1980 dalam Fitriati, 2004 memberikan beberapa kriteria sebagai berikut: 1. Harus dapat mengakumulasi bahan cemaran tanpa dia sendiri mati terbunuh. 2. Harus terdapat dalam jumlah yang banyak di seluruh daerah penelitian. 3. Terikat pada suatu tempat yang keras agar bisa mewakili daerah yang diteliti. 4. Hidup dalam waktu yang lama untuk memungkinkan sampling lebih dari satu tahun jika dibutuhkan. 5. Mudah diambil dan tidak mudah rusak. Philips 1980 dalam Fitriati, 2004 menambah pedoman tersebut dengan hal-hal sebagai berikut: Mempunyai toleransi terhadap air payau untuk memungkinkan penelitian di daerah estuaria. Harus ada korelasi antara kadar bahan cemaran dalam air dan organisme. Philips 1980 dalam Fitriati, 2004 menyatakan bahwa jenis kerang molusca, bivalvia dan makro-algae merupakan bioindikator yang paling tepat dan efisien. Dari jenis kerang yang merupakan pilihan pertama adalah kerang biru Universitas Sumatera Utara Mytilus edulis. Kerang biru menjadi pilihan pertama karena disamping memenuhi kriteria di atas, juga merupakan “highly specialized filterfeeder” dan mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan lingkungan. Pilihan kedua adalah tiram raksasa Crassostrea gigas, karena merupakan “filter feeder” dan makanannya terutama serasah yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Kerang biru Mytilus edulis telah dipakai sebagai bioindikator pencemaran logam berat di negara-negara Eropa dan Amerika Philip, 1980 dalam Fitriati. Tabel 2.2 Indikator Biologi dan Jenis-jenis Indikator Indikator Biologi Jenis-Jenis Indikator Phytoplanton jenis plankton tanaman Besi Fe, Kobal Co, Nikel Ni, Plutonium Pu, Cesium Cs, Ytrum Y, Tritum H3 Zooplankton jenis plankton hewan Ytrium Y, Kobalt Co, Besi Fe, Mangan Mn, Srontium Sr, Nikel Ni, Zirkonium Zr Mollusca jenis kerang-kerangan Seng Zn, Nikel Ni, Tembaga Cu, Kadmium Kd, Cromium Cr, Mangan Mn, Cesium Cs, Kobal Co, Timbal Pb. Crustacea udang- udangan Strintium Sr, Tritium H3, Ytrium Y, Cesium Cs, Kobal Co, Seng Zn, Mangan Mn Ikan dan jenisnya Kadmium Kd, Kromium Cr, Mangan Mn, Cesium Cs, Seng Zn, Besi Fe, Kobalt CO

2.6 Biologi Kerang Bulu Anadara inflata

Dokumen yang terkait

Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

0 59 69

Analisis Logam Berat Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Cromium (Cr), Ferrum (Fe), Nikel (Ni), Zinkum (Zn) Pada Sedimen Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 89 98

Pemanfaatan kerang hijau, Perna viridis Linn. sebagai bioindikator pencemaran logam timbal(Pb) di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta

1 5 27

Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, dan Hg) pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) di Perairan Kronjo dan Cituis, Kabupaten Tangerang

0 4 30

PENCEMARAN LOGAM BERAT TIMBAL PB DI UDAR

0 0 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Sungai - Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

2 21 16

Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

1 7 15

DEPURASI KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA KERANG BULU (Anadara antiquata) DENGAN FILTER YANG BERBEDA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 83

POTENSI PENGGUNAAN CANGKANG KERANG SEBAGAI FILTER DALAM PROSES DEPURASI TERHADAP KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA KERANG BULU (Anadara antiquata)

0 0 87

Korelasi Ukuran Dengan Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadara Antiquata) di Pelabuhan Potere Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 73