BOD Faktor Fisika Kimia Perairan Muara Sungai Asahan

Sungai Asahan sedikit menerima limbah yang mengandung bahan organik dan anorganik termasuk beberapa logam berat sehingga oksigen yang dibutuhkan rendah untuk menetralkannya. Seperti pada BOD 5 , perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mgl, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mgl dan limbah industri dapat mencapai 60.000 mgl UNESCO, WHOUNEP, 1992 dalam Warlina, 2004.

4.5.9 BOD

5 BOD 5 yakni banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganime untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam air selama 5 hari, menggambarkan banyaknya zat organik mudah terurai oleh kegiatan biokimia dalam suatu perairan. Air dengan nilai BOD yang tinggi kurang baik untuk budidaya Romimohtarto, 1991. Untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan dipergunakan parameter BOD 5 yaitu BOD pada suhu 20°C selama Faradiaz, 1992 dalam Bahri, 2002. Gambar 4.14 menunjukkan nilai BOD 5 rata-rata yang terukur pada setiap stasiun antara 0,46-0,76 mgl. Nilai BOD 5 pada semua stasiun masih memenuhi baku mutu PPNo 822001 bahkan masih jauh di bawah ambang batas yang ditentukan, baku mutu BOD 5 yang diperbolehkan oleh kehidupan biota laut adalah 6 mgl, sedangkan menurut kepmen No. 51MenKLH2004 20 mgl. Dan kadar maksimum Universitas Sumatera Utara diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme akuatik adalah 3,0-6,0 mgL berdasarkan UNESCOWHO UNEP, 1992. dalam Warlina, 2004. Meskipun nilai BOD 5 yang terukur di perairan muara Sungai Asahan relatif rendah namun masih mendukung kehidupan biota, tetapi pertumbuhan terganggu karena oksigen terlarutnya di bawah 5,0 mgl Siwingle, 1969, Boyd, 1988 dalam Bahri, 2002. Hasil ini masih memungkinkan karena nilai BOD di perairan dipengaruhi oleh suhu, densitas plankton dan keberadaan mikroba serta jenis dan kandungan bahan organik Bahri, 2002. Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat kebersihan air. Air yang bersih relatif mengandung mikroorganisme yang lebih sedikit dibandingkan yang tercemar. Semakin besar kadar BOD-nya, maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar. 4.5.10 Oksigen Terlarut DO Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter kimia air yang berperan pada kehidupan biota perairan. O 2 terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses pembakaran dalam limbah. Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat hidup karena oksigen terlarut diproses untuk degradasi senyawa organik dalam air Warlina, 2004, selanjutnya Mason, 1993 dalam Bahri, 2002, menyatakan bahwa oksigen terlarut dalam suatu perairan dapat dipengaruhi oleh bahan organik yang terdapat didalamnya karena Universitas Sumatera Utara bakteri pengurai membutuhkan oksigen untuk proses perombakannya. Sumber O 2 terlarut dari perairan adalah udara diatasnya, proses fotosintesa dan glikogen dari binatang itu sendiri. Oksigen terlarut merupakan parameter kunci yang dapat menentukan tingkat pencemaran suatu perairan.. Hasil pengukuran oksigen terlarut di lokasi pengambilan sampel, terlihat pada tabel 4.16 berkisar rata-rata 4,9-6,76 mgl, jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya masih di lokasi yang sama diperoleh DO rata-rata 4,26-6,37 mgl Afrizal, 2000 ini menunjukkan nilai fluktuasi DO perairan tersebut tidak begitu besar. Pengamatan telah menunjukkan bahwa tidak terdapat adanya variasi tahunan ataupun musiman dalam hal kandungan oksigen di perairan muara Sungai Asahan. Berbagai massa air yang bergiliran menempati muara Sungai Asahan tidak memperlihatkan perbedaaan kandungan oksigen yang nyata. Penyediaan oksigen dari udara dan proses pengadukan karena laut yang dangkal berjalan secara tetap dan lancar. Hal ini menyebabkan kadar oksigen pada segala musim hampir sama saja nilainya. Variasi nilai oksigen terlarut pada setiap stasiun penelitian dimana nilai oksigen terlarut pada semua stasiun masih berada dalam kisaran baku mutu air laut untuk biota laut yang diperbolehkan oleh KepMen No 51MENKLH2004 yaitu 6 mgl, sedangkan untuk mutu air kelas C ketentuan PP822001 angka batas minimal DO yaitu 3 mgl. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kandungan Pb daging kerang bulu Anadara inflata tertinggi pada stasiun I 0,0187 0,0058 ppm, berbeda signifikan dengan stasiun II 0,0065 0,0011 ppm dan stasiun III 0,0021 0,0019 ppm. Nilai konsentrasi logam berat Pb daging kerang bulu Anadara inflata belum melebihi batas baku mutu yang ditetapkan oleh Keputusan Dirjen POM NO.03725BSKVII89 dan Australian Health and Medical Research Counsil yaitu sebesar 2ug Pbg. 2. Kandungan Cd daging kerang bulu Anadara inflata tertinggi pada stasiun I 0,0146 0,0011 ppm, berbeda signifikan dengan stasiun II 0,0065 0,0018 ppm dan stasiun III 0,0049 0,0011 ppm. Nilai konsentrasi tersebut belum melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh keputusan Dirjen POM No. 03725BSKVII89 dan Australian Health and Medical Research Counsil yaitu sebesar 0,2 ppm. 3. Kandungan logam berat Pb dalam badan air tertinggi pada stasiun I 0,0065±0,0029 ppm tidak berbeda signifikan dengan stasiun II 0,0027±0,0011 ppm dan berbeda signifikan dengan stasiun III 0,0040±0,0019 ppm. Nilai konsentrasi Pb dalam badan air sudah melebihi baku mutu air laut untuk biota laut Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

0 59 69

Analisis Logam Berat Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Cromium (Cr), Ferrum (Fe), Nikel (Ni), Zinkum (Zn) Pada Sedimen Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 89 98

Pemanfaatan kerang hijau, Perna viridis Linn. sebagai bioindikator pencemaran logam timbal(Pb) di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta

1 5 27

Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, dan Hg) pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) di Perairan Kronjo dan Cituis, Kabupaten Tangerang

0 4 30

PENCEMARAN LOGAM BERAT TIMBAL PB DI UDAR

0 0 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Sungai - Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

2 21 16

Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

1 7 15

DEPURASI KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA KERANG BULU (Anadara antiquata) DENGAN FILTER YANG BERBEDA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 83

POTENSI PENGGUNAAN CANGKANG KERANG SEBAGAI FILTER DALAM PROSES DEPURASI TERHADAP KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA KERANG BULU (Anadara antiquata)

0 0 87

Korelasi Ukuran Dengan Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadara Antiquata) di Pelabuhan Potere Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 73