Sejarah Perusahaan Pengaruh Atribut Produk Terhadap Sikap Konsumen Pada Green Product Cosmetics (Studi Kasus Pada Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan).

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Martha Tilaar membangun industri jamu dan kosmetika dimulai dari garasi rumah orangtuanya, di Jalan Kusuma Atmaja No. 47, Menteng, Jakarta Pusat di sebuah ruangan berukuran 6x4 meter. Usaha tersebut diberi nama Martha Salon, yang berdiri pada tanggal 3 Januari 1970, kemudian pada tahun 1972 Ia membuka salon kedua di Jalan Anggur No. 3 Cipete, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan memulai penggunaan merek dagang Sariayu Martha Tilaar yang berarti Sarinya Wong Ayu. Saat ini salon kecantikan sederhana tersebut berkembang menjadi Martha Tilaar Group MTG, sebuah grup usaha industri jamu dan kosmetika dengan produk merek dagang Sariayu Martha Tilaar. Grup usaha ini memiliki 11 anak perusahaan dan mempekerjakan 6.000 karyawan. Karir dan usaha Martha Tilaar yang saat ini sudah berada pada puncak kesuksesan, oleh sebab itu Ia ingin berbuat banyak kepada masyarakat karena beban persoalan hidup yang mendesak setiap wanita untuk mencari nafkah. Hal tersebut menyebabkan Martha dan bersama rekannya, Emma Pratiwi, mendirikan industri kerajinan, dengan konsep community trade. Industri tersebut diberi nama Prama Pratiwi Martha Galery, dengan jumlah 142 perajin di Sentolo, Yogyakarta. Produk dari perajin sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor ke Perancis, Australia, dan Amerika. Keberhasilan Martha Tilaar untuk selalu mencintai produk dalam negeri, membangun kemandirian bangsa khususnya di bidang jamu dan kosmetika, yang di mulai dari tahun 1987. Ketika itu Ia berhasil mempopulerkan Senja di Universitas Sumatera Utara Sriwedari sebagai trend tata rias baru, yang didasari oleh kekayaan alam dan budaya Indonesia. Maka sejak saat itu, Ia selalu memberi nama tempat dan unsur budaya suatu daerah, yang dipadukan dengan trend busana daerah, ke setiap produk Sariayu Martha Tilaar, sehingga nama produk ini berhasil menjadi sebuah trendsetter tata rias wajah wanita Indonesia. Produk kosmetik Martha Tilaar dikenal sebagai produk kosmetik internasional. Produk-produk kosmetik tersebut adalah produk Belia, Berto Tea, Biokos, Caring, Cempaka Cosmetics, Dewi Sri Spa Martha Tilaar, Jamu Garden, Mirabella Cosmetics, PAC Professional Artist Cosmetics, Sariayu Martha Tilaar, dan Rudi Hadisuwarno Cosmetics. Produk tersebut dipasarkan di luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, dan Los Angeles, Amerika Serikat, serta sebuah Laboratorium di Paris sebagai tempat penelitian. Perusahaan Martha Tilaar juga memiliki puluhan tempat spa di luar negeri yang tetap menggunakan merek dagang Martha Tilaar, seperti di Malaysia yang bertempat di Crown Princess Kuala Lumpur. Perusahaan Martha Tilaar pernah mengalami penolakan di Tanah Air, yaitu saat hendak menyewa dan membuka gerai jamu dan kosmetika di beberapa tempat perbelanjaan modern yang terkemuka di Jakarta. Penyebab penolakan itu karena pihak penyedia tempat perbelanjaan modern tersebut hanya mau menerima produk yang sudah terkenal di dunia. Namun penolakan tersebut mendorong Martha Tilaar untuk mendirikan Puri Ayu Martha Tilaar, Mei 1995, sebagai gerai jamu dan kosmetika Sariayu sekaligus berfungsi sebagai pusat pelayanan konsumen. Gerai Puri Ayu Martha Tilaar ini berdiri pertama kali di Graha Irama, Universitas Sumatera Utara di kawasan elit Kuningan, Jakarta Selatan, yang kemudian berkembang di kota- kota besar di Indonesia. Adanya komitmen yang tinggi untuk membangun industri kosmetika, mendorong Martha Tilaar untuk menginvestasikan di bidang riset dan pengembangan, dengan mengirimkan staf ahli farmasinya belajar ke luar negeri, atau mengikuti berbagai pameran di luar negeri. Selain itu, perusahaan ini juga berhasil mengurangi ketergantungan kandungan bahan baku impor, dengan menggantikan bahan baku untuk semua produknya ke bahan baku lokal. Kemudian pada bulan Juli 2002 Sekjen PBB Kofi Annan mengundang Martha Tilaar untuk hadir dalam forum Global Compact, di New York, Amerika Serikat. Forum tersebut meminta agar setiap perusahaan mempromosikan praktik berbisnis yang baik dalam bidang hak asasi manusia, tenaga kerja, dan lingkungan untuk segera dipraktikkan dalam dunia usahanya.

B. Perkembangan Perusahaan Martha Tilaar