Kondisi dan Permasalahan Masyarakat Sekitar Kawasan

69 kegiatan utama sebagai cara mendapatkan uang bagi beberapa rumah tangga yang berdiam di kawasan tersebut. Pada umumnya masyarakat desa yang berada di dalam dan di sekitar kawasan HLGL bekerja dalam bidang pertanian dengan pengrelolaan lahan pertanian yang masih tradisional Wahyuni et al. 2004. Jenis mata pencaharian lain yang digeluti oleh masyarakat adalah berdagang, pegawai negeri sipil, karyawan perusahaan serta bidang lainnya. Dominasi pekerjaan masyarakat sebagai petani, terlihat dari luasan lahan yang dijadikan areal pertanian dan perkebunan di daerah penyangga kawasan HLGL. Upaya-upaya lain dari masyarakat untuk menambah pendapatannya adalah dengan mendulang emas bagi desa tertentu, kegiatan ini dilakukan hanya pada saat gagal panen, menjadi tukang ojek dan buruh. Oleh karena itu dapat diharapkan bahwa dalam pengembangan ekowisata ini dapat memberikan keuntungan pada ekonomi setempat di segala tingkatan dan meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat serta mambantu dalam mempertahankan budaya dan tradisi masyarakat dalam kawasan HLGL dan sekitarnya.

5.1.6 Kondisi dan Permasalahan Masyarakat Sekitar Kawasan

Umumnya desa yang berada di dalam kawasan HLGL dimana tatanan kehidupan masyarakatnya masih relatif belum banyak terpengaruh oleh budaya luar dimana beberapa tradisi yang telah mengakar secara turun temurun masih dapat ditemukan di Desa Swanslutung Dusun Muluy. Dalam tradisi masyarakat terdapat kearifan tradisional dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti kelembagaan dalam pengaturan pemanfaatan hutan dan sungai, pengelolaan sawah, kebun dan ladang serta pengaturan ruang. Desa- desa dikelilingi pegunungan dan dilewati aliran sungai dengan airnya yang jernih menjadikan desa ini memiliki suasana yang nyaman dan pemandangan yang indah. Hutan di sekeliling desa masih menyimpan berbagai tumbuhan dan satwa yang memiliki peran sebagai sistem penyangga kehidupan dan menjadi sumber plasma nutfah yang penting untuk berbagai pemanfaatan dan sumber ilmu pengetahuan. 70 Upaya pengembangan HLGL sebagai salah satu obyek wisata tentu tidak terlepas dari kondisi aktual yang ada serta permasalahan internal maupun esternal. Berbagai penelitian dan kajian terhadap potensi kawasan HLGL telah dilakukan oleh berbagai pihak termasuk survei yang dilakukan dalam penelitian ini. Interpretasi yang diberikan terhadap kawasan HLGL adalah bahwa kawasan ini memiliki keunikan dan berpotensi sebagai obyek wisata yang menjanjikan. Meskipun demikian teridentifikasi pula permasalahan-permasalahan yang dapat menjadi hambatan upaya pengelolaan kawasan HLGL menjadi suatu obyek wisata yang tetap menjaga keasliannya. Sebab disadari bahwa untuk menjadikan kawasan HLGL sebagai suatu obyek wisata yang tetap menghindari kerusakan lingkungannya, maka berbagai hambatan harus ditekan serendah mungkin. Hambatan yang merupakan kekurangan itu adalah, relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang mendiami daerah di sekitar kawasan HLGL. Dari data partisipasi sekolah masyarakat yang bermukim disekitar kawasan HLGL diperoleh bahwa tahun 2007 sebanyak 83,51 anak usia SLTA yang tidak sekolah, sedangkan anak usia SLTP sebanyak 18,01. Kondisi pendidikan ini menjadi penting untuk dikaji dan dikomentari oleh karena demi keberlanjutan strategi pengembangan ekowisata HLGL dapat dijadikan sebagai kawasan obyek wisata, perlu disosialisasikan kepada semua elemen masyarakat, terutama masyarakat sekitar kawasan HLGL berkaitan dengan promosi, pelaksanaan dan partisipasi pengawasan penggunaan kawasan HLGL sebagai obyek wisata. Dalam mana mekanisme ini lebih dominan menggunakan sarana komunikasi tertulis. Lebih dari itu, masyarakat setempat siap berhubungan dengan masyarakat pengunjung dari berbagai latar belakang dan budaya yang mendatangi daerah tersebut. Kemudian tradisi berladang mayoritas masyarakat yang mendiami daerah sekitar kawasan HLGL, merupakan masyarakat petani ladang. Profesi sebagai petani ladang yang dijalani secara turun temurun, serta tingginya jumlah anak usia SLTA yang tidak sekolah, menjadi ancaman lain untuk perambahan hutan sebagai lahan berladang. Hal ini dapat dianggap sebagai salah satu faktor yang mengancam keberlangsungan kelestarian hutan kawasan HLGL. Ketika potensi kawasan HLGL telah dikemas sebagai salah satu tujuan wisata dan memiliki daya 71 tarik serta mendatangkan banyak pengunjung, maka berbagai tuntutan kebutuhan alam setempat patut disediakan. Misalnya makanan alamiah dari hasil ladang yang dianggap relatif bebas dari cemaran kimia. Tuntutan ini tentu memancing perluasan ladang untuk menyediakan sumber bahan makanan yang lebih banyak guna memenuhi kebutuhan pengunjung. Perluasan Ladang, juga menjadi faktor yang rawan terjadinya kebakaran hutan. Minimnya sarana transportasi dalam pengembangan suatu kawasan hutan lindung sebagai areal wisata, membutuhkan sarana transportasi yang patut memadai. Sarana transportasi diperlukan untuk tiga tujuan utama, yakni mobilisasi pengunjung, mobilisasi aktivitas perekonomian masyarakat setempat dan kepentingan pengawasan yang menjangkau seluruh kawasan. Kondisi sarana transportasi pada daerah-daerah di sekitar kawasan HLGL masih sangat minim. Jalan raya yang menghubungi desa-desa berupa jalan pengerasan, tanah berbatu dan jalan setapak. Kendaraan angkutan umum, masih menggunakan jasa pengendara sepeda motor ojek dengan tarif yang mahal dan tidak menentu. Sebagian besar penduduk juga melakukan perjalanan dengan memilih berjalan kaki. Untuk penyeberangan sungai tersedia sarana berupa kapal long boatjohnson berpenumpang kapasitas rendah. 5.2 Potensi Permintaan Wisata 5.2.1 Permintaan Wisata di Kawasan HLGL Kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut HLGL belum dikenalkan dan dipasarkan secara khusus sebagai objek wisata di Kabupaten Paser. Oleh karenanya, jumlah pengunjung masih terbatas, yaitu masyarakat lokal dan para peneliti dengan tujuan wisata alam sederhana, pendidikan dan penelitian. Pengambilan data pengunjung untuk mengetahui pasar potensial bagi berbagai potensi wisata dalam HLGL. Dilakukan di 5 kawasan wisata dengan 100 jumlah responden Tabel 12.