33
4.9 Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat Ditinjau dari struktur masyarakat wilayah kawasan HLGL sebelum
ditetapkan menjadi kawasan hutan lindung, wilayah tersebut telah didiami oleh masyarakat Dayak Paser secara turun temurun bahkan telah mencapai 13 generasi.
Sehingga secara tradisional sesungguhnya wilayah Hutan Lindung Gunung Lumut dan sekitarnya telah terbagi kedalam hak kelola tradisional adat oleh 13 wilayah
adat desa-desa sekitarnya dan satu dusun berada dalam kawasan di tiga kecamatan. Dimana batas-batas desa tersebut dikenal dengan batas-batas alam
yaitu daerah aliran sungai, ataupun punggung bukit atau gunung. Seperti sungai Pias, Sungai Tiwei, Sungai Muluy, Sungai Kasunge Saragih 2004. Pada
umumnya kepadatan populasi penduduk desa-desa tersebut sangatlah rendah, terkecuali desa-desa yang berada pada bagian selatan hutan lindung yang
bersinggungan langsung dengan jalan raya Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Wahyuni, at al. 2004.
4.9.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan
Penduduk yang bermukim di sekitar daerah penyangga kawasan dan di dalam kawasan HLGL pada umumnya adalah suku Paser. Berdasarkan data
statistik Kabupaten Paser tahun 2006 jumlah penduduk yang mendiami daerah- daerah kecamatan di sekitar kawasan HLGL, seperti tertera dalam Tabel 5.
34 Tabel 5 Jumlah Penduduk yang Mendiami Desa-Desa di Sekitar Kawasan Hutan
Lindung Gunung Lumut
Kecamatandesa luas
wilayah Penduduk Jumlah
L P
Kecamatan Long Kali
1. Muara Lambakan 343.36
209 199
408 2. Kepala Talake
362.53 128
113 241
3. Pinang Jatus 69.03
155 129
284
Kecamatan Long Ikis
1. Belimbing 85.62
329 294
623 2. Tiwei
227.47 214
192 406
Kecamatan Batu Sopang
1. Rantau Layung 189.13
123 102
225 2. Rantau Buta
165.46 56
51 107
3. Kasungai 72.06
263 239
502 4. Busui
333.67 546
482 1,028
Kecamatan Muara Komam
1. Batu Butok 81.30
794 700
1,494 2. Uko
44.91 94
76 170
3. Muara Kuaro 20.36
232 205
437 4. Prayon
83.66 34
25 59
5. Long Sayo 233.76
78 81
159 6. Swanslutung
495.78 412
316 728
Sumber : Statistik Kabupaten Paser tahun 2006.
Desa-desa yang wilayahnya bersinggungan langsung dengan kawasan HLGL adalah Swanslutung, Tiwei, Rantau Layung, Kasungai. Kepadatan
populasi penduduk desa-desa tersebut relatif rendah. Hal ini terlihat dari luas wilayah desa serta jumlah penduduknya, seperti tertera pada Tabel 6.
Tabel 6 Kepadatan Penduduk Desa-Desa di Sekitar Kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut
No. Nama Desa
Luas Wilayah km
2
Jumlah Penduduk Ruang gerak person
personkm
2
1. 2.
3. 4.
Swanslutung Tiwei
Rantau Layung Kasungai
495.78 227.47
189.13 72.06
728 406
225 502
68.1016 56.0270
84.0577 14.3545
Sumber : Statistik Kabupaten Paser tahun 2006.
4.9.2 Mata Pencaharian dan Ekonomi Masyarakat setempat
Masyarakat yang bermukim dan menetap di sekitar kawasan HLGL umumnya memiliki sumber hidup dari bertani secara tradisional. Pola bertani
yang dianut adalah pertanian lahan kering yang bersifat musiman dan bergantung pada musim hujan. Lahan pertanian diperoleh dengan cara merambah hutan dan
35 digunakan secara turun temurun bersifat tetap. Setiap rumah tangga memiliki
lahan pertanian dengan luas antara 1-2 hektar. Selain mempunyai sumber hidup dari bertani lahan kering, mereka juga
memiliki ketergantungan terhadap ketersediaan berbagai hasil hutan disekitarnya. Misalnya, dengan menjual buah-buahan durian hutan, madu, rotan, menjual
daging hasil berburuh hewan hutan daging kijang dan mendulang emas pada sungai-sungai yang ada di sekitarnya.
Sebagian kecil masyarakat menggeluti pekerjaan lain seperti pegawai negri sipil, karyawan perusahaan, pedagang, buruh, tukang ojek sepeda motor,
pengelolah rumah makan dan pengrajin souvenir. Secara umum, rata-rata pendapatan per kapita masyarakat setempat 750 ribu rupiahbulan.
Bagi masyarakat sekitar kawasan, HLGL berperan secara ekologis sebagai sumber protein hewani masyarakat serta mendukung kegiatan pertanian,
perikanan, perkebunan dan transportasi sungai bagi masyarakat. Kebutuhan protein hewani bersumber dari binatang buruan atau ikan sungai, demikian juga
sebagai sumber air minum bagi rumah tangga, dan sebagai daerah tangkapan air bagi sungai-sungai kecil dan besar di sekitar kawasan seperti Kendilo dan Telake.
Masyarakat asli yang bertempat tinggal di sekitar kawasan HLGL memenuhi hampir semua kebutuhannya dari wilayah hutan, baik itu dari wilayah hutan
lindung HL maupun dari hutan di sekitar HA Hutan adat. Obat-obatan dan upacara adat, masyarakat yang berdiam di sekitar kawasan HLGL memiliki
ketergantungan terhadap ketersediaan berbagai macam jenis pangan yang berasal dari hutan, secara langsung maupun tidak langsung, kebutuhan protein hewani
dipenuhi dengan cara berburu di dalam hutan dan bahkan kegiatan tersebut merupakan kegiatan utama sebagai cara mendapatkan uang bagi beberapa rumah
tangga yang berdiam di kawasan tersebut.
1.9.3 Kondisi Pendidikan Masyarakat