Suku, Agama dan Potensi Seni Budaya Masyarakat

37 Fokus perhatian kajian untuk kondisi pendidikan masyarakat sekitar kawasan HLGL lebih diarahkan terhadap anak-anak usia SLTP dan SLTA. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa anak-anak pada rentang usia tersebut merupakan kelompok masyarakat potensial untuk berpartisipasi dalam dinamika dan kebijakan pembangunan daerah.

4.9.4 Suku, Agama dan Potensi Seni Budaya Masyarakat

Masyarakat Kabupaten Paser pada umumnya yang mendiami daerah- daerah di sekitar kawasan HLGL khususnya, dikenal memiliki berbagai aneka potensi seni budaya etnik. Potensi seni budaya itu berupa tari-tarian daerah, nyanyian, alat musik khas daerah, serta berbagai upacara ritual adat khas. Tarian daerah terdiri dari Tari Ronggeng Paser, Tari Rembara, Tari Jepen Muslim, Tari Jepen Daya Taka atau Gintur Gantar, Tari Singkir, Tari Nuyo, dan Tari Belian. Alat musik khas berupa alat musik Tari Belian, petikan gambus Muara Adang. Sedangkan lagu-lagu daerah berupa lagu-lagu yang dilanturkan untuk mengiringi tari-tarian. Selain memiliki potensi seni tarian dan musik etnik, masyarakat setempat juga memiliki berbagai upacara adat. Jenis upacara itu adalah Kedari yang dilaksanakan ketika ada orang yang dituakan di kampung tersebut meninggal dunia, serta upacara Belian untuk menyambut tahun pertanian serta syukuran seusai panen. Suku-suku etnik yang ada adalah Suku Paser dan Suku Dayak Paser. Sebagian besar penduduk yang tinggal di sekitar kawasan HLGL berasal dari suku Paser. Suku ini merupakan bagian dari suku Dayak, hal ini terlihat pada kemiripan bahasa maupun adat istiadat, namun suku Paser sendiri enggan disebut sebagai suku Dayak karena pada umumnya mereka memeluk Agama Islam. Kehidupan sehari-hari Suku Paser berbeda dengan kebiasaan Suku Dayak dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya, Suku Paser tidak memakan daging babi karena tidak diperbolehkan dalam ajaran agama yang mereka percayai. Masyarakat Paser juga memiliki kepercayaan terhadap nenek moyang dan roh penjaga alam. Misalnya, dalam kegiatan berladang, pembuatan turbin, pengobatan dan hajat selalu diadakan upacara adat untuk menghormati penjaga alam. Dalam upacara adat ini terlihat pengaruh agama Islam yaitu dengan adanya pembacaan doa dan 38 shalawat. Sebagai salah satu upacara yang sering dilakukan oleh masyarakat Paser adalah upacara Belian. Upacara tradisional ini dilakukan secara turun- menurun oleh masyarakat dan biasa digunakan oleh masyarakat Paser untuk pengobatan atau untuk membayar hajat. Mayoritas masyarakat Paser berasal dari Suku Paser dan menganut agama Islam. Kehidupan masyarakat setempat sangat dipedomani oleh hukum adat, yang mengatur mengenai prilaku hidup keseharian misalnya perkawinan, kematian dan berbagai upacara ritual lainnya. Khusus di Desa Rantau Layung, berlaku hukum adat yang mencantumkan larangan bagi masyarakat untuk menebang dan mengambil pohon buah seperti durian, lahung, rambutan, serta mengambil madu dari pohon Bangris Compassia sp. yang dikenal sebagai habitat Lebah madu Sabara 2006. Potensi seni lainnya yang memiliki daya tarik wisata adalah ukir-ukiran dan berbagai kerajinan tangan lainnya. Jenis-jenis ukiran dan kerajinan tangan masyarakat setempat seperti mandau, lanjung, dulang mas, cicin, gelang-gelang, keranjang dan berbagai wadah menyimpan barang berbahan baku rotan. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Potensi Penawaran Wisata 5.1.1 Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam ODTWA