14 karenanya prinsi-prinsip ekowisata harus dipenuhi dalam pengembangan
ekowisata.
2.4 Ekowisata Sebagai Konsep
Batasan ekowisata secara nasional dirumuskan oleh kantor Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia dalam rencana strategis ekowisata Nasional
adalah suatu konsep pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan berbasis pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan, serta berintikan partisipasi aktif
masyarakat, dan dengan penyajian produk bermuatan pendidikan dan pembelajaran, berdampak negatif minimal memberikan kontribusi positif terhadap
pembangunan ekonomi daerah, dan diberlakukan bagi kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan alam binaan, serta kawasan budaya Sekartjakrarini dan Legoh
2004. Pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan kawasan didasarkan
pada beberapa unsur utama, yaitu: Pertama, ketergantungan pada kualitas sumberdaya alam, peninggalan sejarah dan budaya. Kedua, melibatkan
masyarakat. Ketiga, meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai- nilai peninggalan sejarah dan budaya. Keempat, tumbuhnya pasar ekowisata di
tingkat internasional dan nasional. Kelima, sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan Wall 1995. Dengan kata lain, ekowisata menawarkan konsep low
invest-high value bagi sumberdaya dan lingkungan sekaligus menjadikannya sarana cukup ampuh bagi partisipasi masyarakat karena seluruh aset produksi
menggunakan dan merupakan milik masyarakat lokal. Proses penggambaran pengembangan kawasan wisata dari waktu kewaktu,
dimana perkembangannya tidak lepas dari dukungan masyarakat setempat. Pada tahap awal pengembangan wisata, terhadap potensi ODTWA akan mendorong
tumbuhnya aksesibilitas ke kawasan. Hal ini ditandai dengan bertumbuhnya sistem transportasi yang menghubungkan antar modal kawasan wisata dan modal
penyalur wisata. Dalam waktu yang sama pertumbuhan jumlah wisatawan terus meningkat seiring dengan pembangunan infrastruktur wisata yang berada dalam
kawasan. Stakeholder yang berpengaruh pada tahapan ekplorasi adalah pelaku
15 bisnis wisata dan wisatawan yang terus menerus berusaha untuk menemukan
daerah tujuan wisatawan yang baru Inskeep 1991. Peranan pemerintah kemudian mulai terbentuk setelah proses
pembangunan pada kawasan tersebut mulai digalakkan, pembentukkan kelembagaan wisata menjadi bagian yang tidak terelakan dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan pemanfaatan ruang kawasan wisata. Untuk dapat melihat gambaran yang lebih utuh mengenai perkembangan
sebuah kawasan wisata dapat dilihat pada Gambar 5.
visitasi kawasan baru kontrol lokal pengembangan intitusi rejuvenation
stagnasi konsolidasi
penurunan
pembangunan eksplorasi keikutsertaan
waktu Sumber: Cooper et al. 1993.
Gambar 5 Diagram Hipotetikal tourism area life cycle-TALC. Untuk dapat melihat dampak dari pengembangan ekowisata terlebih
dahulu perlu diperlihatkan hal-hal yang telah teridentifikasi dari perencana pengembangan ekowisata karena hal ini akan menyangkut kelangsungan
pertumbuhan kawasan wisata dan juga tentunya akan menyangkut kelangsungan para pelaku wisata yang berada dalam kawasan tersebut, diantaranya:
1. Volume atau jumlah wisatawan
2. Karateristik wisatawan dengan kebutuhannya
3. Tipe dari aktifitas wisata yang dapat ditawarkan pada sebuah kawasan wisata
beserta dengan variasi wisata yang mungkin dilakukan 4.
Struktur masyarakat yang berada pada kawasan wisata tersebut 5.
Daya dukung lingkungan 6.
Kemampuan masyarakat untuk dapat mengadaptasi dari berkembangnya kepariwisataan
7. Kebijakan yang mendukung pengembangan
16 8.
Pengelolaan kawasan yang terpadu Wall 1995.
2.5 Masyarakat Sekitar Hutan