72 Tabel 12 Kawasan wisata sejenis HLGL
Obyek Wisata Lokasi
Σ Pengunjung
Hutan Lindung Sungai Wain Wisata Alam Bukit Bangkirai
Tahura Lati Petangis Air Terjun Doyam Turu
Desa Budaya Pampang Balikpapan
Kabupaten Kutai Kertanegara Kabupaten Paser
Kabupaten Paser Samarinda
35 50
15
Total =
100
Pengunjung potensial kawasan HLGL juga dapat dilihat dari kepadatan penduduk pada kabupaten-kabupaten di sekitar Kabupaten Paser dengan membagi
luas wilayahnya dengan jumlah penduduk. Semakin besar kepadatan penduduk, maka semakin banyak jumlah pengunjung potensial yang mengunjungi HLGL.
Asumsinya bahwa jarak tempuh masing-masing kabupaten dengan kawasan wisata relatif dekat. Pengunjung potensial memiliki karakteristik tertentu dan
merupakan gambaran permintaan wisata. Karakteristik pengunjung ini menggambarkan karakteristik pasar wisata beserta produk wisata yang diinginkan.
Karakteristik pasar wisata ini dapat digunakan untuk menentukan produk wisata yang akan ditawarkan serta bagaimana penawaran produk wisata dan manajemen
pemasarannya yang tepat. Potensi permintaan wisata ini berdasarkan penelitian sebelumnya Puspitasari 2008.
5.3 Strategi Pengembangan Ekowisata
Strategi pengembangan ekowisata HLGL, sebagai status kawasan hutan lindung, dilakukan dengan didahului kegiatan pengumpulan sejumlah data atau
informasi dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT Strenghts, Weaknesses, Opportunities, dan Threats.
5.3.1 Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan suatu analisis kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk memformulasikan
strategi suatu kegiatan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang suatu kegiatan, yang secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman Rangkuti 2006.
73 Dampak kegiatan ekowisata terhadap masyarakat lokal dan kawasan
HLGL dapat dianalisa dengan analisis SWOT, dapat digolongkan kedalam faktor eksternal peluang dan ancaman atau dapat dikatakan dampak secara langsung.
Sedangkan dampak secara tidak langsung digolongkan kedalam faktor internal kekuatan dan kelemahan. Kedua faktor tersebut memberikan dampak positif
yang berasal dari peluang dan kekuatan dan dampak negatif yang berasal dari ancaman dan kelemahan. Dengan menggunakan matrik internal dan esternal,
maka dapat diberikan bobot dan rating pada parameter yang telah ditentukan, sehingga akan diperoleh nilai skor. Nilai ini yang akan memberikan arahan
tentang prospek kedepan untuk pengembangan ekowisata guna memperoleh konsep strategi pengembangan ekowisata di kawasan HLGL.
Hutan Lindung Gunung Lumut HLGL manajemen unit analisisnya adalah Hutan Lindung oleh Dinas Kehutanan. Gunung Lumut sebagai salah satu
kawasan hutan lindung di Indonesia mempunyai fungsi pokok seperti yang tercantum pada Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 6
ayat 2 menyebutkan bahwa hutan di Indonesia berdasarkan fungsi pokoknya dimana hutan lindung adalah sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan,
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi dan memelihara kesuburan tanah.
Selanjutnya, Pasal 26 Ayat 1 dari Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa, yang dimaksud dengan pemanfaatan hutan lindung dapat berupa
pemanfaatan jasa lingkungan dan pemungutan hasil hutan bukan kayu. Salah satu bentuk pemanfaatan jasa lingkungan pada kawasan hutan lindung adalah
pemanfaatan untuk wisata alam terutama minat khusus ekowisata yang harus dilakukan secara bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan
pelestarian lingkungan. Saat ini HLGL sementara diusulkan oleh Dinas Kehutanan untuk
perubahan status menjadi taman nasional. Namun sampai saat dilakukan penelitian masih tetap dengan status hutan lindung yang tetap berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan No. 24 KptsUMI1983. Kebijakan pemerintah Kabupaten Paser untuk merubah HLGL menjadi Taman Nasional diharapkan akan
74 memberi dukungan yang signifikan dalam memanfaatkan potensi wisata di
kawasan HLGL. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda merupakan lembaga
pemerintah daerah yang bertugas mengumpulkan semua data dan program yang direncanakan oleh semua instansi-instansi pemerintah di wilayah Kabupaten
Paser. Bappeda merencanakan pembangunan wilayah Kabupaten Paser dalam skala makro di semua bidang kerja Kabupaten Paser termasuk bidang kehutanan.
Hasil yang didapat oleh Bappeda dituangkan dalam bentuk program perencanaan daerah Propeda dan juga dalam bentuk Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW
Kabupaten. Melalui Propeda dan RTRW, Bappeda menuangkan apa yang menjadi keinginan dari masing-masing instansi pemerintah kabupaten dengan
tujuan untuk menciptakan kesinergian dan agar tidak terjadi tumpang tindih kepentingan masing-masing instansi.
Wewenang Bappeda berdasarkan Tupoksi tugas pokok dan fungsi Bappeda No. 14 tahun 2002 tentang fungsi Bappeda Kabupaten Paser adalah
sebagai lembaga koordinatif dengan perencanaan daerah pada seluruh sektor Nooryashini et. Al., 2004.
Sebagai unit pelaksana teknis Departemen Kehutanan Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur yang mempunyai tugas pokok untuk mengelola
kawasan hutan lindung. Struktur organisasi pengelolaan HLGL sampai saat ini masih berada di bawah Dinas Kehutanan yang berkedudukan di Kabupaten Paser
dan secara langsung ditangani oleh Sub Dinas Perlindungan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan yang memiliki tugas membantu Kepala Dinas
dalam melaksanakan sebagian tugas bidang perlindungan dan pengendalian kebakaran hutan sesuai dengan kebijaksanaan teknis yang telah ditetapkan.
Dengan demikian pelaksanaan yang menjaga dalam mengelola HLGL untuk jaga wananya hanya dua orang.
Sementara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas membuat program mempromosikan dan mengelola potensi ekowisata di kawasan HLGL
serta budaya masyarakat lokal di sekitar HLGL. Dinas ini secara teknis juga mengkordinasikan pengelolaannya dengan berbagai stakeholder untuk
mendukung program pengembangan ekowisata.
75 Selanjutnya stakeholder seperti litbang, perguruan tinggi dan LSM seperti
TBI-Indonesia dan Cifor mendukung pengembangan program dalam aspek penelitian dan pengembangan serta pendanaan dan manajemen pengelolaan.
Dengan demikian, program pengembangan ekowisata di kawasan HLGL dapat lebih tepat sasaran terutama bagi wisatawan manca negara.
Personil yang ikut dilibatkan dalam jalinan kemitraan tersebut yang terkait dengan HLGL dalam menggali potensi sumberdaya hutan SDH di dalam HLGL
untuk pengembangan sumberdaya masyarakat SDM. Dinas kebudayaan dan pariwisata memberikan informasi kepada khalayak. Bappeda dalam hal
perencanaan program untuk mendukung ekowisata. Lembaga penelitian dan pengembangan Litbang, Unmul, CIFOR dan TBI Tropenbos International
Indonesia, merupakan stakeholder yang dijadikan mitra kelembagaan untuk mendukung pengembangan ekowisata baik dalam hal penelitian, pengembangan,
sosialisasi maupun dukungan pendaanaan dan manajemen. Berdasarkan uraian sebelumnya, faktor supply, demand, dan faktor
penunjang maka faktor-faktor tersebut dapat di identifikasi dari faktor internal kekuatan dan kelemahan dan eksternal peluang dan ancaman dalam
pengelolaan dan pengembangan ekowisata HLGL maka:
a. Kekuatan Strengths