2 yang kewenangannya dikelola oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Paser.
Pertimbangan utama HLGL berpotensi dijadikan sebagai obyek wisata adalah berbagai obyek daya tarik biofisik yang khas dan unik. Obyek-obyek itu berupa
kelimpahan vegetasi lumut, keanekaragaman flora dan fauna, pemandangan alam, aliran sungai dan air terjun. Selain daya tarik tersebut, daya tarik sosial budaya
masyarakat sekitarnya juga menjadi obyek ekowisata yang bernilai dan menarik. Kawasan HLGL yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang
tinggi di Indonesia, selain sebagai kawasan HLGL juga berperan memberikan manfaat secara ekologis bagi daerah-daerah sekitarnya. Salah satu manfaat
tersebut adalah sebagai daerah tangkapan air bagi dua daerah aliran sungai DAS yaitu DAS Telake dan DAS Kendilo. Kedua DAS ini berperan penting bagi
sebagian masyarakat Kabupaten Paser, yakni sebagai sumber air bagi kebutuhan masyarakat Tanah Grogot, Muara Komam, Long Iris dan Batu Sopang
Tropenbos International Indonesia 2006. Selain memberikan manfaat bagi masyarakat dan perekonomian daerah,
HLGL juga memungkinkan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan setempat jika pengelolaannya tidak direncanakan secara baik dan melibatkan
peran serta dan dukungan aktif masyarakat setempat. Terkait dengan rencana pemanfaatan kawasan HLGL sebagai suatu obyek ekowisata maka diperlukan
suatu penelitian untuk mengetahui berbagai potensi dan prospek pengembangannya, sehingga dapat disusun strategi pengembangan ekowisata di
kawasan tersebut. Dengan demikian, pengembangan ekowisata di HLGL diharapkan tidak bertentangan dengan fungsi utamanya sebagai hutan lindung.
1.2 Perumusan Masalah
Hutan Lindung Gunung Lumut HLGL mempunyai potensi alam yang khas dan unik, terutama kelimpahan vegetasi lumut yang selalu aktif, disamping
keanekaragaman flora, fauna dan budayanya. Di sisi lain masyarakat sekitar kawasan memiliki hubungan yang kuat dengan HLGL, baik hubungan spiritual,
supranatural maupun ekonomi. Bagi masyarakat sekitar, kawasan HLGL bukanlah suatu ancaman namun merupakan sumber kehidupan. Masyarakat
3 sekitar kawasan memanfaatkan kawasan HLGL sebagai lahan untuk tempat
mereka menggantungkan hidupnya. Dalam upaya pengembangan ekowisata di HLGL diperlukan suatu
penelitian terhadap komponen-komponen Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam ODTWA dan budaya masyarakat sekitarnya agar dapat disusun suatu rencana
pengembangan yang sesuai dengan potensi sumberdaya dan dengan tetap menjaga status kawasan HLGL sebagai hutan lindung. Dengan demikian diharapkan
manfaat ekowisata di kawasan dapat diperoleh secara optimal, yaitu secara ekonomis memberikan keuntungan peningkatan perekonomian masyarakat sekitar
dan secara ekologis, sumber daya alam yang ada tetap dilindungi dan tetap terjamin kelestariannya. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka masalah
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, “Bagaimana Strategi Pengembangan Ekowisata Hutan Lindung Gunung Lumut HLGL Kabupaten Paser Provinsi
Kalimantan Timur?”.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor intenal dan eksternal pengembangan ekowisata
di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut HLGL Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur.
2. Merumuskan strategi pengembangan ekowisata Hutan Lindung Gunung
Lumut HLGL Kabupaten Paser Propvinsi Kalimantan Timur.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut dalam pengembangan ekowisata HLGL
Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur.
1.5 Kerangka Pemikiran
Hutan Lindung Gunung Lumut HLGL mempunyai obyek dan daya tarik wisata alam ODTWA yang sangat potensial untuk dikembangkan. Kerangka
pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah upaya pengembangan ekowisata
4 di HLGL Kabupaten Paser melalui pengelolaan wisata. Kondisi yang sudah ada
yakni bahwa pengembangan ekowisata di kawasan HLGL Kabupaten Paser sampai saat ini masih belum optimal. Meskipun potensi wisata alam kawasan
tersebut sangat tinggi dengan kekayaan flora, fauna yang khas dan unik yang didukung oleh kekhasan budaya masyarakat sekitarnya, namun jumlah wisatawan
yang berkunjung sangat rendah dan terbatas. Dengan demikian, diperlukannya rumusan strategi pengembangan kawasan tersebut menjadi kawasan bernilai jual
wisata yang tinggi tetapi tetap menjaga keaslian lingkungannya. Faktor-faktor dalam manajemen pengembangan ekowisata sebagai berikut:
1. Faktor-faktor supply ODTWA berupa potensi biofisik dan budaya
2. Faktor-faktor demand potensial berupa permintaan wisata di kawasan HLGL
3. Faktor-faktor penunjang berupa akomodasi, fasilitas, aksesibilitas, dan sarana
prasarana serta dukungan para pihak terkait stakeholder. Faktor-faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan metode SWOT untuk mendapatkan
rumusan strategi pengembangan ekowisata. Berangkat dari kerangka pemikiran di atas, maka ruang lingkup penelitian
ini antara lain sebagai berikut: 1.
Inventarisasi potensi ODTWA di kawasan HLGL 2.
Analisis terhadap budaya masyarakat lokal yang meliputi karateristik, persepsi, partisipasi, harapan serta motivasi terhadap kegiatan wisata di masa
mendatang, dan permintaan wisata di kawasan HLGL terhadap pengembangannya menjadi kawasan ekowisata.
3. Identifikasi terhadap faktor penunjang yang meliputi informasi, promosi,
akomodasi, fasilitas, aksesibilitas, sarana dan prasarana serta dukungan stakeholder.
5 Untuk mengetahui strategi pengembangan ekowisata HLGL dilakukan
analisis SWOT. Secara skematis konsep pemikiran dimaksud disajikan dalam kerangka pikir pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pemikiran.
Faktor supply ODTWA HLGL,
potensi biofisik dan budaya
Faktor penunjang aksesibilitas, sarpras dan
dukungan stakeholder
Pengelolaan Ekowisata HLGL
Faktor demand
ANALISIS SWOT
Strategi Pengembangan Ekowisata HLGL
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Lindung