b Komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan komunikasi, manusia
dapat menyampaikan ide dan pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.
c Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur
orang lain. d
Komunikasi dapat mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan
lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang di harapkan.
Menurut Pak Sayuti yang menjadi informan dalam penelitian ini, dirinya lebih mudah memahami sesuatu dengan cara melihat dan mendengarkan.
“Ya kalau Bapak memang lebih mudah ngerti kalau dengar sama lihat. Apa dengar tv, orang ngomong, apa radio abis itu
dipraktekkan” Pak Sayuti 40, Tahun”.
Apa yang dirasakan Pak Sayuti ini sesuai dengan pandangan Supriyono 2000 yang mengatakan bahwa melihat dan mendengarkan lebih mudah daripada
membaca. Membaca masih belum menjadi budaya bangsa ini, membaca itu sulit, membaca harus memiliki kemampuan untuk memahami setiap rangkaian kata dan
banyak membuang energi.
4.1.2 Bahasa Sebagai Media Komunikasi Dengan Makhluk Gaib
Di Indonesia kepercayaan-kepercayaan akan hal-hal yang gaib selalu ada di dalam kelompok atau masyarakat tertentu. Kepercayaan-kepercayaan ini
menjadi kebudayaan sendiri di masyarakat tersebut. Bentuknya bisa bermacam- macam, diantaranya adalah mempercayai bahwa setiap tempat ada penunggunya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk bisa berhubungan dengan yang gaib tersebut maka dilaksanakan upacara- upacara atau ritual tertentu sebagai media penghubung. Dalam kajian antropologi
religi, ritual merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk tujuan simbolis. Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau bisa juga
berdasarkan tradisi dari suatu kelompok masyarakat tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan
secara sembarangan. Upacara-upacara seperti ini terdiri dari perbuatan-perbuatan yang seringkali tidak dapat diterangkan lagi alasan atau asal mulanya
Koentjaraningrat, 1992. Di Desa Percut, upacara ritual yang dilakukan oleh masyarakat nelayan
adalah jamu laut. Jamu laut mereka lakukan setiap empat tahun sekali dengan kegiatan seperti bersaji
18
Hal ini disebabkan lebih banyak tantangan yang dihadapi di laut dibandingkan dengan di darat. Dalam upacara jamu laut terdapat ritual pembacaan
mantra menyembahkan kepala kerbau dan hasil-hasil sumber
daya alam. Upacara ini mereka lakukan sebagai bentuk syukur kepada yang maha kuasa karena telah memberi limpahan hasil laut. Selain itu jamu laut mereka
lakukan sebagai bentuk memohon keselamatan saat melaut. Koentjaraningrat 1985 mengatakan bahwa kaum nelayan merupakan kelompok yang intensif
menggunakan metode ilmu gaib dalam melakukan pekerjaannya.
19
18
Meliputi perbuatan-perbuatan upacara yang biasannya diterangkan sebagai perbuatan- perbuatan untuk menyajikan maknan, benda, dan lain sebagainya kepada dewa-dewa, roh-roh
nenk moyang, atau makhluk halus lain, tetapi yang di dalam praktek jauh lebih komplek daripada itu Koentjaraningrat, 1992.
sebagai bahasa penghubung antara mereka dengan roh penunggu laut. Biasanya mantra ini dibacakan oleh pawang atau orang yang dituakan. Mantra
19
Mantraadalah bunyi
, suku kata
, kata
, atau sekumpulan kata-kata
yang dianggap mampu menciptakan perubahan misalnya perubahan
spiritual wikipedia
Universitas Sumatera Utara
juga dibacakan pengobatan-pengobatan spiritual yang ada di masyarakat desa percut. Seperti penyembuhan penyakit akibat terkena sengatan hewan maka ada
mantra yang dibacakan. Berikut adalah contoh mantra yang ada di desa percut “Hiyana raja penawar, tau akan asal mula menjadi, naik segala tawar, turun
segala bisa, berkat kebesaran La’ilahailallah muhammadurasullah”. Mantra- mantra yang dibacakan ini yang mereka anggap bahasa sebagai alat komunikasi
dengan yang gaib. Pengetahuan ini sesuai dengan yang diungkapkan Tony 2015 dalam
bukunya yang berjudul Antropologi Agama: wacana-wacana mutakhir dalam kajian antropologi dan budaya. Tony mengungkapkan bahwa bahasa agama
berbeda dengan bahasa keseharian. Jika bahasa keseharian menunjukkan efektivitas dan ekonomi bahasa, maka bahasa agama justru memperlihatkan
pengulangan-pengulangan contohnya adalah pada doa-doa atau mantra-mantra. Bahasa agama biasanya menjadi cara meditasi sendiri yang membuat seorang
merasa lebih tenang dan bersahaja atau dapat juga dijadikan satu cara untuk memanggil yang gaib.
4.2 Media Massa Sebagai Sumber Informasi