Gambar di atas menunjukkan bahwa kondisi sarana baca yang tidak layak serta tidak adanya aktivitas di perpustkaan ini menambah daftar temuan literasi
yang belum berkembang.
2.3.2. Taman Bacaan Masyarakat Rumah Baca Bakau
Taman bacaan masyarakat merupakan salah satu bentuk pendidikan berbasis masyarakat. Taman bacaan masyarakat diartikan sebagai sebuah wadah
yang bergerak dalam bidang pendidikan yang mempunyai tujuan memberikan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat dalam rangka mendorong dan
menumbuhkembangkan masyarakat gemar membaca dan menulis.
Taman bacaan masyarakat yang terdapat di Desa Percut adalah taman bacaan masyarakat Rumah Baca Bakau RBB. Letaknya berada di pesisir pantai
Foto 2: Lemari buku di Perpustakaan sekolah Al-Washliayh, Percut
Universitas Sumatera Utara
timur sumatera utara tepatnya di Dusun 18 Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Rumah Baca Bakau merupakan
sebuah inisiatif dari seorang aktivis sosial Bapak Ismail, S.Hut, MA untuk mengabdi dan berbagi kepada anak-anak nelayan di pesisir pantai timur Sumatera
Utara. Berdiri sejak awal tahun 2012 dan mulai beroperasi secara resmi pada tanggal 8 Juli 2012. Rumah Baca Bakau kini sudah menjadi taman bacaan
masyarakat yang terkenal dan banyak diketahui orang. Rumah baca bakau menyediakan akses layanan bahan bacaan, pendidikan untuk anak-anak pesisir,
serta menjadi pusat informasi lingkungan yang menyediakan berbagai informasi dan pengetahuan. Rumah Baca Bakau secara garis besar adalah wahana untuk
belajar, bermain dan berbagi untuk anak-anak serta masyarakat pesisir di desa Percut Sei Tuan.
Rumah Baca Bakau diibaratkan sebagai perahu nelayan yang ingin mengarungi lautan guna menuju samudera pengetahuan yang lebih luas. Di rumah
baca ini, anak-anak saling menyelami dan memaknai kata “BACA” yang berarti belajar tiada henti. Saat wawasan dan pengetahuan mengiringi pertumbuhan
kehidupan anak-anak nelayan di pesisir Percut, maka akan melahirkan generasi- generasi yang cerdas dan berani meraih mimpi dan cita-cita mereka
12
Menumbuhkan minat baca adalah awal untuk membentuk masyarakat yang pintar, cerdas dan peduli terhadap kehidupannya sendiri dan lingkungan
sekitarnya. Stigma bahwa kebanyakan masyarakat pesisir hidup dalam keterbelakangan, bodoh, miskin dan cenderung pragmatis membuat tak banyak
.
12
Sumber: Dokumen Profil Rumah Baca Bakau
Universitas Sumatera Utara
kepedulian hadir di tengah-tengah kehidupan anak-anak nelayan ini. Untuk itulah Rumah Baca Bakau berdiri untuk mendorong dan membangun masayarakat yang
cerdas dengan memberikan akses pelayanan terhadap buku dan ruang berkembang bagi anak-anak nelayan di pesisir Percut.
“
Kita dirikan ini untuk
meningkatkan kemampuan membaca, menulis dan pengembangan bakat untuk anak-anak pesisir
sesuai dengan level dan kapasitas anak-anak diusianya. Hal ini tentunya tidak jauh seperti apa yang diinginkan lembaga pilar
sebagai pendiri Rumah Baca Bakau. Rumah Baca Bakau hadir atas kegelisahan saya melihat anak-anak Percut berkeliaran
dijam sekolah.” Ismail, S.Hut, MA
Jika dilihat Rumah Baca Bakau terbilang serius dalam upaya menumbuhkembangkan keberaksaraan di Desa ini. Dari aktivitas literasi yang
diupayakan serta kepemilikan bahan bacaan yang cukup menjadi indikator keseriusan Rumah Baca Bakau dalam berupaya. Pada tahun 2014 Rumah Baca
Bakau mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas prestasinya sebagai Taman Bacaan Masyarakat yang kreatif. Piagam
Penghargaan diberikan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Mohammad Nuh di Kendari kepada pendiri Rumah Baca Bakau Bapak Ismail,
S.Hut, MA.
Universitas Sumatera Utara
Sampai saat ini koleksi buku yang dimiliki Rumah Baca Bakau sudah lebih dari 2000 buah buku yang tersusun rapi. Rumah baca bakau memiliki 15 rak
buku dan dibagi menjadi 6 jenis buku yaitu, buku umum, komik remaja, agama untuk dewasa, agama untuk anak-anak, novel remaja dan dewasa, serta buku-buku
sains.
2.4. Kegiatan Literasi pada Masyarakat di Desa Percut