Bahan Bacaan Agama Kepemilikan Bahan Bacaan pada Masyarakat Desa Percut

berwisata. Menghibur diri biasanya dilakukan saat seseorang sedang sedih, galau, dan sendirian. Membaca dapat dikatakan sebagai hiburan seseorang saat sedang sendiri dan memiliki waktu luang. Hasil wawancara saya dengan Zainuddin 27, Tahun menyimpulkan bahwa membaca di waktu luang menurutnya sebagai cara untuk menghibur diri. Membaca majalah yang penuh dengan gambar menghilangkan rasa jenuh kalau tidak sedang bekerja menurutnya. “Aku baca kalau tiada ulah untuk mengisi waktu kosong pas gak melaut atau di mesjid. Itupun yang kubaca buku-buku majalah kalau di mesjid buku fiqih dan buku-buku agama aja” Zainuddin 27, Tahun Dari kutipan wawancara di atas dapat diartikan bahwa membaca bukan hanya untuk memperoleh informasi atau pengetahuan dari bahan bacaan yang dibaca melainkan sebagai cara seseorang untuk mengisi waktu luang atau pada saat tidak bekerja.

2.2 Kepemilikan Bahan Bacaan pada Masyarakat Desa Percut

2.2.1 Bahan Bacaan Agama

Buku agama adalah buku yang berisi tentang kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Buku-buku ini berisi muatan yang mengatur tentang tata cara mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Buku-buku agama untuk di daerah pedesaan seperti pesisir Percut lebih banyak dimiliki daripada buku-buku lain seperti buku ilmiah atau buku-buku umum. Universitas Sumatera Utara Pesisir Percut yang mayoritas bersuku melayu adalah beragama islam. Kebudayaan Melayu yang memeluk agama islam secara garis besar tidak pernah bisa dilepaskan dari sejarah pengaruh Islam di semenanjung Sumatra dan Malaysia di masa lampau. Hingga saat ini, hampir semua masyarakat yang bersuku melayu adalah beragama islam. Ketika kita berkunjung ke rumah warga di Percut maka bahan bacaanyang bisa kita temukan adalah Al-Quran, buku Yasin dan sejenisnya. Saat peneliti mengunjungi dan melakukan wawancara dengan pemilik rumah maka mereka menjawab hanya ada Al-Quran dan buku Yasin saja. “Kalau Al-Quran semua rumah di sini pasti punya. DanSelesai shalat aku memang baca Al-Quran. Baca Al-Quran ini sekalian kirim doa untuk orang tua aku yang udah meninggal. Kalau pun baca buku, ya buku-buku fadillah aja yang aku baca karna itu yang aku suka”. Roja’i, 29 Tahun. Dari kutipan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa literasi agama lebih dominan di Desa Percut. Kesadaran masyarakat untuk membaca bahan bacaan ilmiah atau bahan bacaan umum yang dapat memperkaya wawasan masih rendah. Menurut Roja’i buku-buku ilmiah hanya bisa didapatkan di sekolah atau taman baca saja. Ketersediaan bahan bacaan lain seperti koran dan majalah juga sangat sedikit jumlahnya. Selama peneliti di lapangan dan melakukan observasi tidak ada kios atau warung yang menjual koran atau majalah. Kebanyakan hanya menjual buku tulis dan beberapa saja yang menjual Teka Teki Silang TTS. Kepemilikan bahan bacaan yang masih sedikit ini tentu tidak sebanding dengan kebutuhan membaca masyarakat pada saat ini yang semakin kompetitif. Universitas Sumatera Utara

2.3. Sarana Baca