Pengobatan Medis Jenis Pengobatan yang digunakan Masyarakat Desa Percut

3.4.2 Pengobatan Medis

Berbeda dengan pengobatan tradisional yang menggunakan pendekatan di luar medis danbelum termasuk ke dalam standar pengobatan kedokteran, Pengobatan medislebih kepada pendekatan ilmiah. Pengobatan medis dalam pengetahuan umum adalah cara-cara pengobatan yang dilakukan berdasarkan penelitian ilmiah dan berdasarkan pengetahuan dari berbagai aspek. Dalam pengobatan medis, mereka yang menangani adalah dari kalangan profesional di bidang medis yang sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan. Jenis obat yang digunakan dalam pengobatan medis juga berasal dari obat-obatan kimia yang didapat dari penelitian secara ilmiah. Di Desa Percut pengobatan medis bisa dilihat dari adanya puskesdes, bidan, dan mantri. Puskesdes biasanya digunakan warga di Percut saat menderita penyakit seperti demam, malaria, diare, dan masuk angin. Puskesdes saat ini dijaga oleh 4 orang perawat yang satunya adalah bidan Desa.Selain menggunakan jasa dukun bayi, mereka juga menggunakan jasa bidan desa dalam proses persalinan.Jasa mantri yaitu seorang perawat kesehatan laki-laki mereka gunakan saat khitan atau sunatan anak laki-laki. Mak Nisa Khoiriyah, 32 adalah salah satu bidan Desa yang ada di Desa Percut. Menurut Mak Nisa saat ini masyarakat sudah mulai percaya kembali dengan medis dilihat dari kunjungan orang sakit bisa 3 orang sehari. Pasien juga berbeda-beda, biasa sakit umum seperti demam, diare, dan sakit kepala. Beliau juga menceritakan soal dukun bayi, menurutnya pilis tetap digunakan masyarakat karena kepercayaan. Universitas Sumatera Utara “Dua metode pengobatan kalau di sini. Jadi mereka tidak menggunakan medis saja, pengobatan tradisional juga masih dipakai. Kalau sakitnya udah parah baru datang ke sini minta dirujuk ke rumah sakit Khoiriyah, 32 Tahun.” Menurut Mak Nisa terkadang medis yang sudah jelas ilmiah belum dipercaya. Kami menyediakan secara gratis, kami terus buat penyuluhan ke ibu- ibu, terkadang juga bagi-bagi susu tapi tetap tradisional diutamakan menurut Mak Nisa. Pernah memang terjadi persalinan gagal di sini pada tahun 2012 menurutnya. Dari situ beliau tidak dipercaya dan meninggalkan desa selama 2 tahun. Padahal menurut dia gagalnya persalinan juga karena terlambatnya dibawa ke rumah sakit. Memang kalau di pedesaan orang mudah terpengaruh dan mendengar apa kata tetangganya apalagi orang tua. Di sini tunggu step dulu si anak baru dibawa ke puskesmas, padahal terkadang cara-cara tradisional tidak manusiawi menurut Mak Nisa. Terkadang juga medis dan tradisional berlawanan cara pengobatannya. Dalam persalinan tradisional ada pula pakai minyak goreng biar licin persalinannya, di medis itu tidak ada. Dan obat-obat tradisional juga kadang tidak ilmiah, cara perawatan ibu hamil dan bayinya juga mereka pakai kusuk-kusuk di hari-hari tertentu. Tapi tetap aja mereka lebih percaya dukun bayi daripada bidan, meskipun kita sering melakukan penyuluhan-penyuluhan, Kata Mak Nisa. Universitas Sumatera Utara

BAB IV SUMBER-SUMBER INFORMASI

MASYARAKAT DI DESA PERCUT

4.1 Bahasa Sebagai Sumber Informasi

Badudu 1989 mengatakan bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi antar anggota masyarakat yaitu individu-individu sebagai manusia yang berpikir, merasa, dan berkeinginan. Pikiran, perasaan, dan keinginan berwujud bila dinyatakan, dan alat untuk menyatakan itu adalah bahasa. Lebih jauh Badudu mengatakan bahwa ada dua segi bahasa yang utama, yakni bentuk dan isi. Yang dimaksud dengan isi adalah makna, arti, atau maksud yang terkandung dalam bentuk bahasa itu. Bentuk dan isi tentu harus sejalan. Kalau bentuk salah, misalnya susunan kata-kata dalam kalimat tidak teratur sesuai dengan struktur kalimat, arti atau maksud kalimat itu akan kabur atau tidak dapat dipahami. Bahasa secara umum merupakan simbol pembeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lain Tony, 2015 Menurut Robert Sibarani 1987 bahasa sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Tindakan dan hasil karya tidak akan tercipta jika tidak ada interaksi dan komunikasi antar sesama manusia. Artinya akumulasi komunikasi yang secara terus-menerus dan secara turun-temurun dapat menghasilkan norma, nilai, dan keyakinan dalam diri manusia secara kolektif yang bisa disebut kebudayaan. Kebudayaan menurut Robert Sibarani dalam bukunya Antropolinguistik adalah keseluruhan kebiasaan kelompok masyarakat yang tercermin dalam pengetahuan, tindakan, dan hasil karyanya sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk Universitas Sumatera Utara