pelarut etil asetat : n-heksana 6:4 vv yang dibandingkan dengan fenilhidrazin sebagai sumber amina primernya, memberikan hasil bahwa fenilhidrazin sudah habis
yang ditunjukkan dengan hanya satu noda untuk masing-masing senyawa dan adanya
perbedaan harga Rf Lampiran 5.
4.2.5 Hasil Pengujian Sifat Antibakteri
Terbentuknya daerah bening disekitar kertas cakram menunjukkan terjadinya penghambatan pertumbuhan koloni bakteri akibat pengaruh senyawa bioaktif yang
terdapat dalam Basa Schiff yang diencerkan dengan DMSO. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, diameter zona bening yang terbentuk terhadap bakteri Escherichia
coli lebih besar dibandingkan terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Sehingga diperoleh nilai indeks antimikrobial kedua Basa Schiff terhadap bakteri Escherichia
coli lebih besar dibandingkan terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Davis dan Stout mengemukakan bahwa ketentuan kekuatan daya antibakteri
adalah zona hambatan ≥ 20 mm kategori sangat kuat, zona hambatan 10-20 mm
kategori kuat, zona hambatan 5-10 mm kategori sedang dan zona hambatan ≤ 5 mm
termasuk kategori lemah Kusuma, F., 2010. Indeks antimikrobial terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli dapat dilihat pada tabel 4.9 dimana perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 4.9 Indeks Antimikrobial Basa Schiff Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli
Sampel Indeks Antimikrobial
Gram Positif
Staphylococcus aureus
Gram Negatif
Escherichia coli Basa Schiff I
0,12 0,75
Basa Schiff II 0,42
1,22
4.2.6 Hasil Penentuan Efisiensi Inhibitor Korosi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Penentuan efisiensi inhibitor korosi dilakukan dalam media korosi HCl 0,1 N selama selang waktu 24, 48, 72, 96 dan 120 jam dengan variasi konsentrasi inhibitor 0, 1000,
3000, 5000 dan 7000 ppm. Dalam hal ini logam yang digunakan yaitu logam seng. Lempeng seng digunakan karena logam seng adalah suatu logam aktif dengan banyak
aplikasi industri dan sebagian besar digunakan untuk perlindungan korosi terhadap baja Shah et al, 2011. Lempeng seng bersifat melapisi material baja untuk
memberikan ketahanan yang lebih baik terhadap korosi, namun ketika berada pada udara yang lembab, seng cepat berkarat dengan membentuk suatu produk korosi yang
dikenal sebagai karat putih. Hal serupa juga terjadi pada pembersihan seng dengan menggunakan larutan asam menyebabkan seng lebih mudah berkarat. Oleh karena itu
proteksi terhadap logam seng bersifat sangat penting Eddy et al, 2010. Komponen logam seng yaitu terdiri dari 45 Zn dan 55 logam Al. logam tersebut akan
mengalami reaksi reduksi oksidasi dengan reaksi sebagai berikut: a. Zn
Zn
2+
+ 2e
-
oksidasi 2H
+
+ 2e
-
H
2
reduksi Zn + 2H
+
Zn
2+
+ H
2
b. 2Al 2Al
3+
+ 6e
-
oksidasi 6H
+
+ 6e
-
3H
2
reduksi 2Al + 6H
+
2Al
3+
+ 3H
2
Dalam hal ini dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi asam klorida yang digunakan maka semakin banyak atom-atom yang terlepas dari logam tersebut
sehingga korosi semakin meningkat Riegher, 1992. Adapun kemungkinan mekanisme terjadinya proses korosi pada logam yang dikemukakan oleh Trethewey
clan Chamberlain 1991, sebagai berikut: pertama, zat agresif seperti sulfat diperkirakan akan mengurangi kekuatan ikatan antar logam dengan adanya zat agresif
tersebut, sehingga energi yang digunakan dalam mengikat ion-ion agresif oleh atom- atom logam akan mengurangi energi ikatan antara atom-atom. Kedua, korosi logam
disebabkan oleh reduksi ion hidrogen yang berlangsung dalam larutan. Molekul- molekul hidrogen yang terbentuk diadsorpsi oleh logam menyebabkan ikatan-ikatan
antar logam pada lempeng seng mengalami pelemahan atau perapuhan. Dari mekanisme tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin besar konsentrasi ion-ion agresif
seperti klorida dan ion hidrogen dalam larutan maka ikatan antara atom-atom logam dalam lempeng seng akan semakin lemah, sehingga korosi akan semakin meningkat.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Pada pengujian efisiensi inhibitor korosi metode yang digunakan adalah metode kehilangan berat. Dimana prinsip pada metode kehilangan berat yaitu semakin
kecil selisih berat kehilangan lempeng seng tanpa penambahan inhibitor dengan berat kehilangan lempeng seng dengan adanya penambahan inhibitor maka nilai efisiensi
inhibitor akan semakin besar Chitra et al, 2010. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa pada penambahan inhibitor korosi maka kehilangan berat pada seng pun berkurang
juga. Dalam hal ini penambahan konsentrasi inhibitor berbanding terbalik dengan kehilangan berat logam seng. Namun pengaruh waktu perendaman seng berbanding
lurus terhadap kehilangan berat lempeng seng. Hal ini dikarenakan Basa Schiff tidak mampu membentuk membran teradsorpsi pada permukaan logam seng sehingga difusi
antara ion-ion agresif dan O
2
terhadap logam tidak dapat dibatasi sehingga korosi masih dapat berlangsung.
Menurut Trethewey dan Chamberlain 1991 molekul-molekul organik dapat bertindak sebagai inhibitor dengan cara teradsorpsi pada permukaan logam sehingga
dapat membatasi difusi oksigen ke permukaan logam, memerangkap ion-ion logam pada permukaan, memantapkan lapisan ganda dan dapat mereduksi laju pelarutan
logam. Kemudian Hayakawa 1980 telah melakukan percobaan dengan menggunakan senyawa organik sebagai inhibitor, dimana senyawa tersebut akan
membentuk senyawa kelat yang dapat mereduksi laju. Untuk kondisi dari Basa schiff ini, prinsip interaksi antara inhibitor dengan permukaan logam adalah adsorpsi kimia
Ashraf et al, 2011. Basa Schiff yang disintesa pada penelitian ini terdiri dari 2 jenis yaitu:
1. Basa Schiff reaksi antara aldehida metil ester asam lemak dengan senyawa amina
primer aromatis dengan 1 atom N Basa Schiff I. 2.
Basa Schiff reaksi antara aldehida metil ester asam lemak dengan senyawa amina primer aromatis dengan 2 atom N Basa Schiff II.
Dari kedua pengujian inhibitor tersebut, diperoleh data bahwa penggunaan inhibitor yaitu Basa Schiff II memiliki nilai efisiensi inhibisi korosi yang lebih tinggi.
Hal ini dikarenakan pada Basa Schiff II lebih banyak terdapat pasangan elektron bebas yang dapat membatasi difusi O
2
pada permukaan logam. Sumber elektron bebas pada Basa Schiff II yaitu ikatan rangkap ik
atan π pada benzena, ikatan π pada C=N dan dari atom N. Sedangkan pada Basa Schiff I sumber elektron bebas hanya terdapat dari
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
ikatan π pada benzena dan ikatan π pada C=N. Hal ini menyebabkan kemampuan Basa Schiff I dalam menghambat korosi pada logam seng lebih rendah. Pernyataan
diatas sejalan dengan pernyataan Munir bahwa Basa Schiff yang memiliki cincin aromatis dalam strukturnya memiliki sistem konjugasi yang lebih efektif karena
bersifat lebih stabil. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yayan Sunarya 2004. Pada penelitian ini dilakukan pengujian efisiensi inhibisi terhadap
senyawa 2-aminobenzotriazol dan 3-amino-1,2,4-triazol dengan metode polarisasi elektrokimia. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa persen inhibisi dari senyawa
2-aminobenzotriazol sebesar 93 sedangkan persen inhibisi untuk senyawa 3-amino- 1,2,4-triazol hanya sebesar 50 . Hal ini dikarenakan senyawa 2-aminobenzotriazol
mengandung cincin aromatik dan memiliki karakter lebih basa empat atom N berdampingan, juga strukturnya lebih planar sehingga dapat menutupi permukaan
logam lebih efisien. Sedangkan pada senyawa 3-amino-1,2,4-triazol tidak mengandung cincin aromatik tetapi memiliki empat atom nitrogen yang
berdampingan. Grafik pada pengujian efisiensi inhibitor dapat dilihat pada gambar 4.9 dan 4.10.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.9 Grafik Pengaruh Waktu Perendaman dan Variasi Konsentrasi Inhibitor Korosi terhadap Kehilangan Berat Lempeng Seng
Universitas
Sumatera
Utara Universitas
Sumatera
Utara
Gambar 4.10 Grafik Pengaruh Waktu Perendaman dan Variasi Konsentrasi Inhibitor Korosi terhadap Efisiensi Inhibitor
Universitas
Sumatera
Utara Universitas
Sumatera
Utara
Dari kedua grafik tersebut, dapat ditentukan nilai rata-rata efisiensi inhibitor korosinya. Pada grafik dapat dilihat bahwa konsentrasi inhibitor berbanding lurus
dengan nilai efisiensi inhibitor. Peningkatan konsentrasi inhibitor dapat meningkatkan nilai efisiensi inhibitor terutama pada nilai efisiensi inhibitor Basa Schiff I dan Basa
Schiff II Gambar 4.11.
10 20
30 40
50 60
70 80
90
1000 ppm 3000 ppm
5000 ppm 7000 ppm
R at
a -R
at a
E fis
ie n
si In
h ib
it or
Konsentrasi Inhibitor ppm
Campuran Aldehida
Anilina Fenilhidrazin
Basa Schiff I Basa Schiff II
Gambar 4.11 Grafik Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Terhadap Rata-Rata Efisiensi Inhibitor
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan