fasa gerak campuran pelarut etil asetat : n-heksana 6:4 vv untuk membuktikan bahwa anilina telah habis, dilakukan analisa dengan menggunakan spektrofotometer
FT-IR, ditentukan nilai bilangan iodinnya, diuji aktivitas antibakterinya dan ditentukan efisiensi inhibitor korosinya.
3.3.5 Sintesis Basa Schiff dari Aldehida Turunan Metil Ester Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit yang Diikuti Kondensasi dengan Fenilhidrazin
Basa Schiff II
Basa Schiff dipersiapkan dengan kondensasi campuran aldehida dari metil ester asam lemak minyak kelapa sawit 10 g 0,0838 mol yang dilarutkan dengan 20 mL toluena
dan dimasukkan ke dalam labu leher dua. Dirangkai alat refluks yang dilengkapi dengan magnetik bar, termometer dan perangkap air berupa tabung CaCl
2
pada ujung kondensor. Selanjutnya diteteskan fenilhidrazin sebanyak 11 g 0,1019 mol melalui
corong penetes secara perlahan-lahan ke dalam campuran tersebut. Kemudian direfluks selama 4 jam sambil diaduk. Selanjutnya pelarut dan kelebihan fenilhidrazin
diuapkan dengan destilasi vakum. Residu hasil penguapan dilarutkan dalam 10 ml metanol kemudian didinginkan dan disaring residu yang diperoleh. Setelah dilakukan
pemeriksaan melalui analisa KLT dengan menggunakan fasa diam Kieselgel 60 F
254
dan fasa gerak campuran pelarut etil asetat : n-heksana 6:4 vv untuk membuktikan bahwa fenilhidrazin telah habis, residu yang diperoleh dikeringkan dalam desikator.
Selanjutnya hasil yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan spektrofotometer FT- IR, ditentukan nilai bilangan iodinnya, diuji aktivitas antibakterinya dan ditentukan
efisiensi inhibitor korosinya.
3.3.6 Analisa Bilangan Iodin
Analisa ini dilakukan terhadap metil ester asam lemak minyak kelapa sawit, aldehida turunan dari metil ester asam lemak minyak kelapa sawit, Basa Schiff hasil
kondensasi dengan anilina Basa Schiff I dan Basa Schiff hasil kondensasi dengan fenilhidrazin Basa Schiff II.
Dalam gelas Erlenmeyer bertutup ditimbang sampel sekitar 0,2 g lalu ditambahkan 20 mL sikloheksana kemudian dikocokdiguncang untuk memastikan sampel telah benar-
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
benar larut. Ditambahkan larutan Wijs ke dalam gelas Erlenmeyer sebanyak 25 mL kemudian ditutup dan dikocok hingga campuran benar-benar bercampur . Disimpan
bahan tersebut dalam ruang gelap selama ± 30 menit. Diambil bahan tersebut dari tempat penyimpanan lalu ditambahkan 25 mL larutan KI 10 dan 150 mL air suling.
Dititrasi dengan larutan Na
2
S
2
O
3
0,1 N sampai warna kuning hampir hilang kuning pucat. Ditambahkan 1-2 mL indikator amilum ke dalamnya dan dititrasi kembali
sampai warna biru hilang.
Dilakukan hal yang sama terhadap larutan blanko dan dihitung dengan rumus:
Bilangan iodin =
B-S x N x 12,69 Massa sampel gram
Dimana: B= Volume titrasi blanko mL
S= Volume titrasi sampel mL N= Normalitas Na
2
S
2
O
3
3.3.7 Pengujian Sifat Antibakteri Basa Schiff
3.3.7.1 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar MHA
Dimasukkan 7,6 g media MHA ke dalam gelas Erlenmeyer, dilarutkan dengan 200 mL akuades yang diikuti dengan pemanasan dan pengadukan, lalu disterilkan di dalam
autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit.
3.3.7.2 Pembuatan Media Nutrien Agar NA Miring dan Stok Kultur Bakteri
Dimasukkan 7 g Media NA ke dalam gelas Erlenmeyer, dilarutkan dengan 250 mL akuades yang diikuti dengan pemanasan dan pengadukan, lalu disterilkan di dalam
autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit. Kemudian sebanyak 3 mL dituangkan ke
dalam dua tabung reaksi dibiarkan memadat pada posisi miring membentuk sudut 30- 45
. Diambil biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dari strain
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
utama dengan jarum ose lalu digoreskan pada media NA yang telah memadat. Diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 35
C.
3.3.7.3 Pembuatan Media Nutrient Broth NB
Dimasukkan 6,5 g media NB ke dalam Erlenmeyer dilarutkan dengan 500 mL akuades yang diikuti dengan pemanasan dan pengadukan, lalu disterilkan di autoklaf
121 C selama 15 menit.
3.3.7.4 Pembuatan Inokulum Bakteri
Dimasukkan 5 mL media NB steril dalam tabung reaksi dan diinkubasikan selama 2-3 jam, kemudian ditambahkan Staphylococcus aureus yang sudah di subkultur ke dalam
media NB dengan menggunakan jarum ose yang sudah steril, diukur kekeruhan larutan pada panjang gelombang 580 nm sampai diperoleh transmitan 25 .
Dilakukan dengan cara yang sama terhadap bakteri Escherichia coli.
3.3.7.5 Uji Sifat Antibakteri Basa Schiff
Dimasukkan 0,1 mL inokulum bakteri Staphylococcus aureus ke dalam cawan petri, kemudian ditambahkan 15 mL media MHA dengan suhu 45
-50 C dihomogenkan
sampai media dan bakteri tercampur rata dibiarkan sampai media memadat. Diletakkan kertas cakram yang telah direndam dengan Basa Schiff yang telah berisi
bakteri dan diinkubasi pada suhu 35 C selama 24 jam dalam inkubator . Setelah itu
diukur zona bening yang ada disekitar kertas cakram dengan menggunakan jangka sorong. Dilakukan perlakuan yang sama untuk inokulum dari bakteri Escherichia coli.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3.3.8 Penentuan Efisiensi Inhibitor
3.3.8.1 Persiapan Spesimen
Spesimen atau sampel seng dibuat dengan panjang 5 cm dan lebar 1,5 cm dihaluskan permukaannya dengan menggunakan ampelas besi. Permukaaan yang telah halus ini
dicuci dengan akuades, dikeringkan kemudian ditimbang beratnya.
3.3.8.2 Pembuatan Larutan Induk Korosif
Larutan media korosi HCl 0,1 N dibuat dengan cara mengencerkan 8,3 mL HCl 37 dalam labu takar ukuran 1000 mL sampai tanda batas dengan akuades.
3.3.8.3 Pembuatan Larutan Induk Inhibitor
Larutan inhibitor korosi Basa Schiff 10000 ppm dengan pelarut larutan HCl 0,1 N. Larutan tersebut dibuat dengan melarutkan 1 g Basa Schiff dengan HCl 0,1 N dalam
labu takar 100 mL sampai garis batas. Larutan inhibitor yang diinginkan dibuat dengan cara mengencerkan larutan induk 10000 ppm menggunakan larutan HCl 0,1 N
dengan variasi larutan inhibitor 1000 ppm, 3000 ppm, 5000 ppm dan 7000 ppm.
3.3.8.4 Uji Efisiensi Inhibitor
Larutan perendaman lempeng seng diambil dari larutan inhibitor 1000 ppm sebanyak 50 mL dimasukkan ke dalam wadah kaca. Lempeng seng yang telah diamplas
direndam dalam larutan tersebut selama 24 jam. Lempeng seng diangkat dari media korosi, dicuci secara hati-hati dengan menggunakan sikat halus dan lembut, kemudian
dibiarkan kering selama 5 menit dan ditimbang berat akhirnya. Dan efisiensi inhibitor dihitung dengan persamaan:
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dimana: EI = Efisiensi Inhibitor
W = kehilangan berat tanpa menggunakan inhibitor
W
1
= Kehilangan berat menggunakan inhibitor
Dengan prosedur yang sama seperti diatas dilakukan untuk variasi konsentrasi larutan 0 ppm, 3000 ppm, 5000 ppm dan 7000 ppm dengan waktu perendaman 48, 72,
96 dan 120 jam demikian juga uji effisiensi inhibitor untuk campuran aldehida, anilina, fenilhidrazin, Basa Schiff I dan Basa Schiff II.
3.3.9 Analisis dengan Spektroskopi FT- IR
Untuk masing-masing sampel yaitu metil ester asam lemak minyak kelapa sawit, campuran aldehida, anilina, fenilhidrazin, Basa Schiff I dan Basa Schiff II yang
berwujud cair dioleskan pada plat NaCl hingga terbentuk lapisan tipis yang kemudian diukur absorbansinya dengan alat spektrofotometer FT-IR.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3.4 Bagan Penelitian
3.4.1 Pembuatan Metil Ester Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit
100 mL Minyak Kelapa Sawit RBD Palm Olein Dimasukkan kedalam labu leher dua 1000 mL
Ditambahkan 120 mL metanol Ditambahkan 120 mL benzena
Dirangkai alat refluks yang dilengkapi dengan magnetik bar, termometer dan perangkap air berupa tabung CaCl
2
pada ujung kondensor Ditambahkan 2 mL H
2
SO
4p
secara perlahan-lahan melalui corong penetes
Direfluks selama 5 jam sambil diaduk Campuran
Diuapkan kelebihan metanol dan pelarut nya dengan rotarievavorator
Residu Diekstraksi dengan 100 mL n-heksana
Dicuci berturut-turut dengan 10 mL akuades Lapisan n-heksana
Dikeringkan dengan CaCl
2
anhidrous selama 1 jam Disaring
Lapisan n-heksana Dikeringkan dengan Na
2
SO
4
anhidrous selama 1 jam Disaring
Lapisan n-heksana Dirotarievavorasi hingga pelarutnya habis
Analisa FT-IR Residu
Residu Destilat
Residu
Metil ester asam lemak minyak kelapa sawit
Penentuan Nilai Bilangan Iodin
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara