Keluarga Profil Keluarga Pekerja Bangunan 1 Keluarga Lek Bagus

59

2.5.2 Keluarga

7 Wak Eko Keluarga Wak Eko Wak Eko, 55 Tahun, tamat SMP Ayah bekerja sebagai pemborongkepala tukang Bulek Siti, 53 Tahun, tamat SMP Istri berjualan keripik sambal ke warung-warung Retno, 28 Tahun, D3 Anak pertama sejak kuliah sudah bekerja pada sebuah Mall sampai sekarang Sandi, 25 Tahun, tamat SMA Anak kedua bekerja di sebuah bengkel mobil di Pekanbaru, ikut keluarga Rina, 22 Tahun, D3 Anak ketiga bekerja mengajar les private di rumah sejak kuliah sampai sekarang Rahmat, 21 Tahun, tamat SMA Anak keempat bekerja di sebuah bengkel di Pekanbaru bersama abang pertama Zulfan, 12 Tahun, kelas 6 SD Anak kelima pelajar. Wak Eko adalah salah seorang pekerja bangunan yang sudah lama berkecimpung pada bidang ini. Terakhir bertemu dengan Wak ini, pada saat Wak Eko sedang membangun sebuah rumah, dan saya berbincang-bincang dengan Wak Eko dan pekerja yang lainnya pada waktu itu. Pekerjaan ini hanya berlangsung selama seminggu saja, karena pemilik rumah belum memiliki dana lanjutan untuk melanjutkan proses pengerjaan rumah kembali. Sehingga saat ini Wak Eko sedang tidak bekerja. Malam itu, saya dapati Wak Eko sedang duduk- duduk diteras rumahnya dengan santai. Karena dari awal Wak Eko sudah tau 7 Wawak = Sapaannya „Wak‟. Adalah panggilan dekat untuk orang yang lebih tuayang usianya sebaya dengan ayah kita atau lebih tua pada masyarakat suku Jawa. Bahasa Indonesianya bisa disebut dengan BapakIbu. Universitas Sumatera Utara 60 tujuan saya berbincang-bincang, kali ini Wak Eko lebih enak mengobrol sambil memantikkan api di rokoknya. Sebelum berkecimpung di dunia kerja bangunan, Wak Eko ternyata memiliki banyak pengalaman kerja. Ketika lajang, ia merupakan orang yang pekerja keras, karena ia suka merantau dan mencari pengalaman-pengalaman kerja. Pada saat lajang, Wak Eko memulai pekerjaannya pada bidang perbengkelan sepeda motor. Dari yang menjadi anggota hingga bisa mempunyai bengkel sendiri. Tetapi karena pada zaman itu jumlah kendaraan bermotor masih sedikit, dan klien sunyi, akhirnya Wak Eko menghentikan pekerjaannya pada bidang itu. Kemudian setelah itu ada pelatihan gratis yang diberikan oleh pemerintah melalui Kementrian Perindustrian Indonesia tentang belajar membuat sebuah kerajinan atau karya melalui bahan dari kayu. Wak Eko mengatakannya sebagai usaha meubel atau perabot. Wak Eko ikut belajar selama 6 bulan, dan berkat ilmu yang dipelajari tersebut, Wak Eko belajar membuat usaha kecil- kecilan. Usahanya cukup lancar dan memiliki beberapa anggota. Bidang yang dikerjain Wak Eko adalah seperti membuat meja-meja Bank, kursi dan meja sekolah, tempat tidur, kursi jepara, dan lain sebagainya. Usaha yang cukup lancar di usia lajang Wak Eko. Tetapi karena pada saat itu Cina menguasai pangsa perekonomi Indonesia, termasuk pada bidang perabot, akhirnya usaha-usaha kecil yang milik perorangan dan tak memiliki tempat usaha ini pun bangkrut. Karena kata Wak Eko, orang Cina memiliki beragam cara untuk menjatuhkan para pengusaha pribumi seperti Wak Eko. Dan pemerintah pun pada saat itu tidak memberikan modal kepada orang pribumi yang memiliki keahlian, sedangkan Universitas Sumatera Utara 61 Cina memiliki modal materi pribadi. Salah satu contoh dimana Cina memiliki berbagai cara untuk menjatuhkan usaha perabot para pribumi ini adalah satu karena usaha yang dijalankan kaum pribumi ini tidak memiliki perkumpulan atau hubungan mereka satu sama lain tidak dekat, sehingga peluang ini dimanfaatkan oleh kaum Cina untuk melaga antar pengusaha perabot. Melaga maksudnya disini adalah memberikan harga terendah dibawah standart dengan alih-alih bahwa usaha yang lain juga harga nya murah. Padahal itu hanya taktik orang Cina saja untuk menjatuhkan usaha orang pribumi. Sehingga terjadi lah persaingan murah antar pengusaha meubel pribumi yang akhirnya malah membangkrutkan usaha mereka sendiri. Ini yang melemahkan persaingan pada kaum pribumi. Usaha perabot Wak Eko yang sudah ia gluti lebih dari 10 tahun, akhirnya harus mundur dengan berkembangnya usaha-usaha kaum Cina yang lebih menonjol dan pandai dalam mencari klien. Tak sedikit juga banyak pengusaha meubel pribumi itu yang akhirnya malah menjadi pekerja di usaha Cina tersebut demi mempertahankan hidup. Tetapi tidak untuk Wak Eko. Dalam setiap menjalani pekerjaan, Wak Eko selalu melihat peluang, apa yang sedang dibutuhkan pada saat itu, bidang mana yang sedang disukai masyarakat, dan kita harus pandai di bidang itu, karena memang pada dasarnya Wak Eko selalu bekerja pada bidang jasa. Kemudian, karena usahanya tidak jalan lagi, akhirnya pada tahun 1976 Wak Eko beralih profesi pada bidang kerja bangunan. Sejarah pertama kali Wak Eko bekerja pada bidang ini adalah bekerja pada kontraktor asal Korea. Karena pada saat itu, proyek pembangunan sedang banyak dilakukan dimana-mana, dan peluang kerja nya pun banyak, maka Wak Eko Universitas Sumatera Utara 62 terjun ke bidang ini. Proyek yang dilaksanakan ketika bekerja pada kontraktor Korea ini adalah pembangunan perumahan untuk karyawan sebuah perusahaan di daerah Sigura-gura. Proyek ini memakan waktu sampai bertahun-tahun lamanya. Berawal dari pekerjaan ini, akhirnya Wak Eko banyak mendapatkan ilmu sebagai tukang. Kemudian Wak Eko belajar tentang batu, dalam pembangunan. Pemasangan batu, maupun mengukir-ngukir batu. Karena awalnya keahlian Wak Eko dalam bidang seni, maka ia pun suka ketika mempelajari itu. Berbekal dari ilmu yang ia punya akhirnya Wak Eko mencoba untuk memborong sebuah proyek sediri. Disini lah awalnya Wak Eko menjadi seorang pemborong. Wak Eko bilang bahwa setiap pekerjaan pasti ada masanya, seperti menjadi pemborong. Dulu ketika pembangunan sedang marak-maraknya, rezeki pun selalu datang, kemudian setelah banyak saingan dan pembangunan berkurang, rezeki pun serettersendat. Itu lah yang dikatakan Wak Eko bahwa setiap pekerjaan itu ada masanya. Dan saat ini, usaha itu pun seret, dan terkadang malah ikut bekerja menjadi tukang, jika dibutuhkan. Ketika sedang menjadi pemborong proyek pembangunan rumah, Wak Eko memegang prinsip untuk tidak mau membangunkan rumah tetangga dan memperkerjakan tetangga. Karena Wak Eko berpikir, kalau bekerja pada tetangga nanti tidak enak. Pasti ada saja nanti salahnya, dan ujung-ujungnya menimbulkan fitnah. Dan bisa-bisa sampai terdengar ke orang rumah anak dan istri sehingga gak enak dengan tetangga. Contohnya, misal pembagian gaji pekerja. Jika ada yang tidak sesuai di gaji sekian, ngomong sana sini, akhirnya nama baik yang tercoret. Itulah salah satu alasannya Wak Eko tidak mau bekerjasama dengan para Universitas Sumatera Utara 63 tetangga. Maka untuk para pekerjanya dulu, Wak Eko memperkerjakan orang- orang yang ada di kampung lain, karena menurut Wak Eko itu yang lebih baik. Persoalan pembangunan rumah juga gitu. Proyek pembangunan rumah yang dikerjakan Wak Eko selalu berada di luar kampung tempat ia tinggal bahkan ada juga yang di luar kota seperti tanah Karo dan Serdang Bedagai. Alasannya tetap sama, kalau sama tetangga hubungannya gamang, gak enak. Mau protes gak enak karena upahnya berkurang, mau bilang iya pun susah di hati. Karena jika sama tetangga, “mereka banyak maunya, dan minta harga pun rendah sekali”, kata Wak Eko. Maka untuk menghindari itu, Wak Eko mencari proyek di luar-luar saja, sampai ke tanah Karo atau Serdang Bedagai. Karena pasaran harganya berbeda. Orang-orang di luar Siantar, lebih enak dengan permasalahan negosiasi harga, karena pasaran di Siantar dan di tanah Karo berbeda, dan kemudian perjanjian pun sama-sama saling dipenuhi. Tidak ada yang protes antar satu sama lain. Sehingga hubungan antar pekerja dan klien pun baik sampai selesai pengerjaan. Karena menurut Wak Eko, kalau kita masuk bagus, ya keluar juga harus bagus. Itulah alasan Wak Eko untuk bekerja di luar kampung dan memakai orang luar kampung juga. Karena juga saudara-saudara Wak Eko tidak ada di satu kampung, kebanyakan ada di luar kampung, sehingga itu menjadi alasannya untuk memperkerjakan saudara dan teman-temannya di luar kampung. Sepertinya Wak Eko lebih nyaman dengan saudara dan pekerja dari luar kampungnya sendiri. Ketika menjadi pemborong, Wak Eko tetap memanfaatkan ilmu yang ia punya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih. Karena ia sudah memiliki kemampuan untuk mengukir-ukir kayu menjadi suatu barang jadi, maka terkadang Universitas Sumatera Utara 64 ia juga sekalian menawarkan kepada klien, seperti pintu rumah, jendela, tempat tidur, dan lemari agar ia yang membuat. Sehingga untung yang didapatkan pun lebih besar. Wak Eko menyampaikan bahwa pekerjaan yang berdasarkan ilmu itu lebih bermanfaat daripada pekerjaan yang hanya berdasarkan pengalaman saja. Untuk menjadi pemborong kita tak cukup hanya berdasarkan pengalaman saja, tetapi ilmu juga perlu, kata Wak Eko. Karena jika berdasarkan pengalaman kita belum tentu paham detailnya bangunan itu seperti apa, tetapi jika sudah dibarengi dengan ilmu yang di punya, maka usaha pun bisa menjadi sukses. Ketika masih muda dulu, banyak pembangunan-pembangunan yang dipegang Wak Eko. Mulai dari pembangunan rumah, ruko,kolam untuk ikan ekspor di Tiga Dolok maupun pembangunan hotel di Samosir. Tetapi itu dulu. Saat ini Wak Eko sudah tua, dan masa-masa jayanya sudah hilang, sehingga terkadang Wak Eko juga ikut bekerja sebagai tukang. Untuk persoalan penggajian upah pekerja, biasanya dari dana keseluruhan total pembangunan, sepertiga nya akan diambil untuk upah. Memang sudah seperti itu ketetuannya, dan para klien pun sudah tau akan prosedur itu. Karena sebelumnya sudah tanya sana sini, dan akhirnya deal dengan satu pemborong yang menurutnya lebih murah dibanding yang lainnya, kata Wak Eko. Dan saat ini Wak Eko sudah berusia 55 tahun, ia tidak mau terlalu memporsir tenaga yang terlalu ekstra untuk mencari nafkah. Karena dari 5 anak yang Wak Eko punya, 4 sudah bekerja, dan 1 masih sekolah. Di tambah istri Wak Eko juga memiliki usaha kecil-kecilan yaitu menjual keripik sambal ke warung- warung, yang keuntungannya bisa digunakan untuk membuat asap dapur tetap mengepul. Universitas Sumatera Utara 65 Bisa dikatakan bahwa anak-anak Wak Eko di tuntut untuk hidup mandiri. Dua orang anak perempuan Wak Eko yang lulus kuliah, ketika masih kuliah mencari biaya sendiri untuk membiayai perkuliahan. Dan sampai sekarang masih tetap bekerja dan sudah bisa memberi pada orangtua nya. Dan untuk dua anak laki-laki Wak Eko yang saat ini bekerja di Pekanbaru juga begitu. Mereka tidak mau melanjutkan kuliah, sehingga pada saat tamat SMA mereka merantau ke Pekanbaru untuk bekerja disebuah bengkel mobil milik saudara nya. Dan beban yang masih ditanggung Wak Eko dan istri hanya lah anaknya yang terakhir yang masih kelas 6 SD. Kehidupan Wak Eko terlihat lebih santai dibandingkan dengan keluarga lain yang terus memporsir untuk mencari rezeki. Saat ini Wak Eko dan istri terlihat lebih santai. Karena pernah saat itu istri Wak Eko sakit sampai berbulan-bulan lamanya karena setres. Dulunya bule Siti bekerja menyuci menggosok di rumah-rumah orang, tetapi karena Wak Eko tidak mengizinkan, akhirnya bule Siti setres karena tidak diizinkan bekerja. Wak Eko pengennya bulek Siti di rumah saja mengurus anak, jangan bekerja. Tetapi bulek Siti ingin punya penghasilan yang lebih, agar uangnya dapat ditabung atau dibelikan ke hal- hal yang tak dapat di beli. Tetapi sekarang hidup mereka sudah stabil. Anaknya yang merantau di Pekanbaru juga setiap bulannya mengirimi duit ke mereka, kedua anaknya yang perempuan juga memberi bantuan untuk orangtuanya, sehingga Wak Eko dan istri tidak merasa kekurangan dan lebih tenang menjalani kehidupan. Wak Eko pandai dalam mendidik anak. Anak Wak Eko yang bernama Rina adalah teman sekolah saya ketika SD. Rina merupakan anak yang berprestasi ketika sekolah. Dia lah pemegang juara kelas, dari kelas 1-6SD. Pada saat SMP Universitas Sumatera Utara 66 dan SMA juga seperti itu. Dia masuk di sekolah favorit Pematangsiantar dan mendapat juara kelas. Ketika menuju perguruan tinggi, Rina mendapatkan undangan bebas test ke salah satu perguruan tinggi negeri, tetapi orangtuanya tak mengizinkan dengan dalih takut tak bisa membiayainya, akhirnya Rina ikut pada keputusan orangtuanya dengan biaya sendiri untuk kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Pematangsiantar. Anak pertama dan terakhir Wak Eko juga pintar-pintar. Mereka selalu unggul di kelas ketika belajar. Di mata masyarakat Wak Eko dikenal cukup sombong. Karena dia jarang bergaul dengan tetangga sekitarnya. Wak Eko banyak bergaul dengan saudaranya yang tinggal beda lingkungan dengan tempat tinggalnya. Jadi di mata masyarakat, Wak Eko jarang mau bergaul dan mengobrol-ngobrol dengan tetangga sekitar. Untuk istri Wak Eko, dulu istrinya orang yang ramah, suka bermain ke rumah tetangga, tetapi setelah sakit kemarin dia membatasi diri untuk banyak di rumah dan melakukan aktivitas di rumah saja, salah satunya mencari kegiatan yaitu membuat keripik dan wirid mingguan.

2.5.3. Keluarga Wak Paino

Dokumen yang terkait

Strategi Buruh Dalam Mempertahankan Hidup (Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

0 44 128

RITUAL PIODALAN ETNIK BALI DI PURA JAGADHITA TOBA DI KELURAHAN BAHKAPUL KECAMATAN SIANTAR SITALASARI KOTA PEMATANGSIANTAR.

3 19 22

Hubungan-Hubungan Hukum dalam Dunia Pertukangan (Studi Kasus Pada Masyarakat Sub Urban di Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar)

0 0 12

Hubungan-Hubungan Hukum dalam Dunia Pertukangan (Studi Kasus Pada Masyarakat Sub Urban di Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar)

0 0 1

Hubungan-Hubungan Hukum dalam Dunia Pertukangan (Studi Kasus Pada Masyarakat Sub Urban di Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar)

0 0 37

Hubungan-Hubungan Hukum dalam Dunia Pertukangan (Studi Kasus Pada Masyarakat Sub Urban di Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar)

0 1 56

Hubungan-Hubungan Hukum dalam Dunia Pertukangan (Studi Kasus Pada Masyarakat Sub Urban di Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar)

0 0 3

Hubungan-Hubungan Hukum dalam Dunia Pertukangan (Studi Kasus Pada Masyarakat Sub Urban di Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar)

0 0 4

Pertanyaan Kuisioner STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP (Studi kasus di PT.Putera Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari

0 0 12

STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP (Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

0 0 16