137
BAB V HUBUNGAN TUKANG DAN KLIEN
5.1. Dilema Tukang Dengan Klien
Dari sudut pandang tukang, saya melihat munculnya kedilemaan yang dirasakan tukang ketika berhadapan dengan klien. Dengan adanya perjanjian tak
tertulis di awal, ini membuat posisi tukang menjadi lemah dan serba salah. Perjanjian awal mengenai bentukan dan tata letak ruangan rumah sering
mengalami perubahan di saat pengerjaan rumah tersebut. Komplenan tentang pengerjaan rumah yang kurang pas menurut pekerja sering terjadi. Lumayan kalau
yang di komplen hal-hal kecil yang dapat diselesaikan selama 1 jam atau 1 hari saja, bagaimana jika komplenan tersebut meminta rombakan di bagian yang
cukup besar sehingga pengerjaan harus di tambah beberapa hari lagi dari ketetapan waktu yang telah di hitung pemborong? Inilah kedilemaan tukang,
terkhususnya pemborong yang menggaji mereka. Ini saya katakan sebagai kedilemaan pada tukang, karena tukang berada pada posisi yang tak nyaman.
Klien bisa saja komplen pada tukang langsung atau melalui pemborong, dan pemborong memiliki pandangan bahwa apa yang dikerjakan pekerjanya tidak
bagus, sehingga komplenan terjadi. Dan untuk menyiasati hal tersebut, tukang memiliki cara.
Dalam sudut pandang pekerja bangunan saat mereka bekerja, biarkan saja klien berekspresi. Jangan pernah memberikan pendapat
yang dapat menggoyahkan pikiran pemilik rumah, misalnya memberi saran mengenai tata
Universitas Sumatera Utara
138
letak posisi yang pas, tata letak sekat-sekat ruangan yang bagus, dan sebagainya. Karena itu dapat membuat pemilik rumah goyah dari kesepakatan awal sehingga
nantinya akan meminta perombakan yang bakal menambah kinerja tukang, terkhususnya waktu mereka. Tetapi strategi itu hanya sekedar untuk
meminimalisir komplenan pemilik rumah. Walau bagaimana pun komplenan tetap terjadi. Komplenan yang sering
terjadi didapatkan pekerja dari klien adalah tentang sekat ruangan yang tidak pas dan mengenai tata letak posisi pintu-pintu rumah. Komplenan ini bisa terjadi
ketika pemilik rumah berubah pemikiran. Misalkan ada saudaranya yang datang ingin melihat perkembangan pembangunan rumahnya. Kemudian saudara
memberikan komentar ataupun pendapat tentang sesuatu hal yang kurang pas di hatinya, misalnya posisi dapur yang gak pas menurut dia, kamar anak kok
letaknya disini, dan sebagainya. Nah hal ini dapat menggoyahkan keyakinan pemilik rumah yang sudah ia bulatkan dari awal. Mendapat saran dan pendapat
lain dari saudara terkadang memiliki efek yang besar bagi kegoyahan pemikiran pemilik rumah, sehingga inilah yang memunculkan pemikiran baru dari pemilik
rumah untuk meminta perombakan, dan waktu kerja pun akan bertambah jika yang di rombak adalah skala besar. Gak papa sih bagi pekerja jika ada
perombakan, namanya juga sudah tugas mereka, dan gaji pun akan tetap jalan, tetapi kedilemaan akan dirasakan oleh pemborong karena harus memberikan gaji
tambahan pada pekerja, syukur kalau pemilik rumah pengertian, kalau tida ya bagaimana. Itulah kedilemaan yang di rasakan tukang ataupun pemborong dalam
menghadapi klien mereka dalam hal ini pemilik rumah.
Universitas Sumatera Utara
139
5.2. Keinginan Klien