41
Wilayah lokasi penelitian saya tepatnya berada di Jalan Bersama Ujung. Masyarakat di lokasi penelitian saya adalah masyarakat yang multietnik. Ada
suku Jawa, Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Simalungun, Batak Karo, Melayu, dan Minang. Tetapi suku yang mendominasi adalah masyarakat yang
bersuku Jawa dan Batak Toba. Untuk tingkat sosial ekonominya, masyarakat di daerah ini adalah tipe masyarakat yang berpendapatan menengah ke bawah. Di
lihat dari jenis pekerjaan dan bentuk fisik rumah mereka. Selain itu wilayah sub urban ini juga menawarkan kenyamanan bagi warga yang tinggal di wilayah ini.
Pemukiman yang tidak terlalu padat, udara yang masih segar, menjadi salah satu
pilihan warga Pematangsiantar untuk bermukim di wilayah sub urban ini.
2.2. Pekerjaan Bidang Sektor Informal di Pematangsiantar
BPS mendefinisikan sektor informal sebagai perusahaan atau badan yang tak berbadan hukum. Kegiatannya dilakukan oleh perseorang ataupun kelompok yang
mereka ciptakan sendiri lapangan kerja untuk menghidupi kebutuhan hidup mereka. Dan menurut Hans
–Dieter Evers Prisma, 1980 sektor informal ini dicirikian sebagai istilah masa apung, yang dicirikan dengan para pekerja tidak
tetap dan mencari pekerjaan, kemudian mereka adalah orang-orang yang berpendidikan rendah tetapi memiliki keahlian yang tinggi seperti pekerja
bangunan, petani, nelayan, dan pengrajin. Sektor informal dapat di temukan di daerah perkotaan. Ciri yang dapat terlihat yaitu mereka tidak mendapatkan upah
yang rutin setiap bulannya seperti PNS Pegawai Negeri Sipil.
Universitas Sumatera Utara
42
BPS tidak ada mengklasifikasikan secara khusus tentang apa-apa saja jenis pekerjaan sektor informal di Pematangsiantar. Dari pengamatan saya yang juga
tinggal di Pematangsiantar, pekerjaan di bidang sektor informal yang ada di sini yakni, pedagang asongan, pekerja di rumah makan, tukang becak, buruh pabrik,
buruh bangunan, buruh cuci, petani, tukang jahit, dan sebagainya. Buruh bangunan termasuk dalam salah satu jenis pekerjaan sektor informal yang ada di
Pematangsiantar.
2.3. Buruh Bangunan Sebagai Alternatif Yang Tidak Memerlukan Ijazah
Untuk menjadi pekerja bangunan tidak banyak persyaratan yang harus di penuhi. Untuk fase awal berkecimpung dalam dunia ini, kita hanya perlu
menyanggupi dua persyaratan, yaitu kemauan dan tenaga fisik. Selanjutnya, agar bisa bertahan dalam dunia kerja bangunan ini adalah kapasitas diri harus
ditingkatkan, seperti kerajinan dan potensi diri. Banyak pekerja bangunan yang hanya datang dan pergi sekedar untuk bekerja daripada menganggur, tetapi ada
juga yang bekerja sampai bertahun-tahun lamanya sehingga mereka sudah memiliki ilmu dan pengalaman yang banyak tentang pekerjaan sebuah bangunan.
Untuk mendapatkan pekerjaan ini, tidak perlu menunjukkan ijazah atau rapor sekolah, kita hanya memerlukan jaringan yang luas. Berbekal telefon dan
pergaulan yang luas saat ini, dengan melalui mulut ke mulut, atau kunjungan ke rumah tukang satu ke tukang yang lainnya, kita sudah bisa bekerja. Intinya kita
harus memiliki koneksi pada jaringan lingkungan pekerjaan bangunan ini.
Universitas Sumatera Utara
43
Ada 3 informan saya yang bekerja sebagai kenek, dan menganggap bahwa pekerjaan mereka saat ini adalah pekerjaan yang sementara saja.
1. Bang Dani
Bang Dani berusia 25 tahun. Tingginya sekitar 175cm dan kurus. Hidungnya mancung dan berambut gondrong. Sudah 6 bulan bang Dani
bekerja pada sebuah proyek pembangunan masjid yang sifatnya swadaya dari masyarakat. Dulu nya bang Dani menganggur, sempat bekerja sebagai
sales , tetapi karena gaji dan kerja nya tidak sebanding, akhirnya bang Dani
berhenti. Bang Dani mendapatkan pekerjaan ini dari bang Pincuk tukang dalam proyek ini, yang merupakan teman bang Dani. Sebenarnya bekerja
bangunan bukan minatnya bang Dani, cuma daripada tidak ada kerja ia terima saja. Faktor lain susahnya mendapatkan pekerjaan adalah karena
bang Dani tidak punya ijazah SMA, ijazahnya hanya sampai pada tahap SMP. Sedangkan saat ini untuk melamar kerja, ijazah minimal yang
diberlakukan adalah ijazah SMA. Maka dari itu bang Dani merasa sudah kalah deluan sebelum berperang. Buruh bangunan adalah salah satu
alternatif pekerjaan yang mudah di dapat, tidak perlu modal materi. Ada kemauan dan punya tenaga saja sudah bisa ikut bekerja. Harapannya bang
Dani bahwa ia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di kemudian hari.
2. Bang Dedek
Universitas Sumatera Utara
44
Bang Dedek adalah pekerja yang paling muda pada saat saya melalukan penelitian lapangan di salah satu pembangunan rumah pribadi. Usianya 25
tahun. Tubuhnya yang kecil, kurus, dan hitam karena terpanggang sinar matahari tetapi sangat rajin dalam bekerja. Ayahnya adalah pensiunan
perkebunan PTPN IV Bahjambi. Tetapi dari dulu bang Dedek memang malas sekolah. Sejak tamat SMP ia terjun ke dunia kerja bangunan.
Karena ia rasa, pekerjaan bangunan adalah yang paling gampang di cari untuk orang-orang yang tidak memiliki pendidikan yang baik dan
kemampuan yang lain. Pekerjaannya hanya membutuhkan tenaga dan kerajinan. Dulu pada tahun 2013, abang ini pernah merantau ke Pekanbaru
untuk bekerja disebuah bengkel, tetapi karena tidak betah bang Dedek kembali lagi di tahun 2014. Dan selanjutnya ia melakoni pekerjaan ini
lagi. Pekerjaan kali ini ia dapatkan dari hubungan persaudaraan. Kebetulan saudara nya yang bernama lek Adi seorang tukang juga sedang
membangun sebuah rumah, dan bang Dedek pun diajak daripada gak ada kerjaan. Tahun ini bang Dedek berencana untuk kembali lagi merantau ke
Pekanbaru, bekerja di sebuah bengkel milik saudara nya. Tujuan ia pulang adalah mencari suasana baru dan mengumpulkan uang untuk kembali lagi.
Pada saat saya kembali lagi ke lapangan sekitar seminggu kemudian, ternyata pembangunan sudah di hentikan sementara. Pembangunan masih
pada tahap pondasi. Pemilik rumah belum memiliki dana kembali untuk melanjutkan proses pembangunan, sehingga pembangunan di hentikan.
Pada saat saya mengunjungi rumah bang Dedek, ternyata bang Dedek
Universitas Sumatera Utara
45
sudah berangkat ke Pekanbaru, informasi ini saya dapatkan dari ibu nya. Ternyata benar, ia pingin merantau lagi. Nah dari kisah ini juga
disimpulkan bahwa bang Dedek bekerja bangunan hanya sebagai alternatif pekerjaan untuk mengumpulkan ongkos berangkat ke Pekanaru.
3. Bang Wahyu
Setelah beberapa hari saya melakukan penelitian lapangan bang Wahyu adalah pekerja yang paling diam dan tak banyak bicara. Bang Wahyu
berusia 35 tahun dan saat ini seorang duda. Bang Wahyu juga merupakan salah satu teman kerja bang Dedek pada pembangunan rumah pribadi.
Bang Wahyu lahir di Medan, tetapi sejak kecil ia sudah biasa hidup berpindah-pindah. Tubuhya cukup kecil, tingginya sekitar 165cm, berkulit
hitam, kurus, dan memiliki kecacatan pada mata di sebelah kirinya. Berlatar belakang ayah yang seorang TNI, mengharuskan keluarga mereka
untuk selalu berpindah-pindah karena tugas sang Ayah. Dari Medan mereka pindah ke Siantar, kemudian ke Aceh Pidie yang sangat lama,
kemudian kembali lagi ke Siantar dan pensiun. Saat ini orangtua bang Wahyu tinggal di Pematangsiantar. Pada tahun 2002, bang Wahyu
menikahi seorang wanita dan tinggal di Gunung Tua Simalungun. Bersama istri bang Wahyu memiliki 5 orang anak. Pada saat sudah
berkeluarga, bang Wahyu bekerja pada sebuah perkebunan perseorangan yang tugasnya adalah memanen sawit. Sampai pada tahun 2015 bang
Wahyu bercerai dan berhenti bekerja. Akhirnya bang Wahyu pulang ke rumah orangtua di Pematangsiantar dan memulai bekerja disini. Awalnya
Universitas Sumatera Utara
46
bang Wahyu bekerja pada pembibitan sawit di dekat rumah. Tetapi karena pekerjaannya tidak rutin, jika ada bibit baru bekerja, akhirnya bang Wahyu
keluar. Kemudian pada 2016 ini, diajak kerja oleh Lek Adi untuk membantu membuat rumahnya. Dan ini pertama kalinya bang Wahyu
bekerja pada sektor konstruksi. Dulu nya dia hanya mengenal mengenai seluk beluk perkelapasawitan. Alasan bang Wahyu mau bekerja bangunan
ini adalah mengumpulkan ongkos untuk merantau ke Pekanbaru dan mencari kerja disana. Saya bertanya, apakah punya keluarga disana, bang
Wahyu bilang gak ada, modal nekat saja. Karena bang Wahyu tau, kalau Pekanbaru terkenal dengan perkebunan sawitnya, dan bang Wahyu ingin
belajar sesuai passion di bidang kelapa sawit. Saya bilang ke bang Wahyu, untuk berhati-hati dan menjaga diri, mengingat tidak ada saudara ataupun
kawan disana. Dari 3 informan saya yang menjadi seorang kenek, mereka menyampaikan
bahwa pekerjaan bangunan ini merupakan pekerjaan yang mudah untuk di dapatkan. Dan mereka bertiga memiliki harapan bahwa mereka dapat bekerja pada
tempat yang lebih baik. Dan bekerja bangunan ini hanya sebagai pekerjaan sementara mereka saja, daripada menganggur tidak ada kerjaan.
2.4. Alih Profesi ke Kerja Bangunan