Adukan Semen yang tak Sesuai Prosedur

126

3.9. Adukan Semen yang tak Sesuai Prosedur

Ukuran yang sesuai standard dalam pengocokan semen pembuatan coran ataupun untuk pemasangan batu bata adalah, 1 ember semen di campur dengan 2 ember pasir dalam membuat pondasi ataupun pemasangan batu. Itu lah takaran sebenarnya. Seperti aturan yang ditetapkan oleh salah satu pabrik pengolahan semen di Indonesia di samping ini. Tetapi implementasi di lapangan adalah pekerja main cepat. Mereka tidak memakai aturan yang diterapkan, seperti itu walaupun mereka sudah tau dengan aturan yang sebenarnya, tetapi mereka main langsung saja. 1 sak semen berukuran 40 kg, langsung di campur dengan 2,5-3 beko pasir. Yang penting takarannya pas. Alasannya adalah karena keefektifan waktu agar bisa cepat. Karena dalam setiap pengadukan, ketika air sudah masuk ke campuran, maka harus di tunggu beberapa menit dulu agar campurannya matang. Karena setiap adukan semen tidak boleh kecairan ataupun bantet. Ukurannya harus pas, sehingga untuk bolak balik membuat campurannya akan memakan waktu yang lama.Selain itu juga karena alasan kecepatan dan keefektifan waktu untuk mengejar target, alasannya lainnya adalah dalam hal ekonomis. Adukan semen yang sesuai takaran akan menambah biaya yang lebih, dibandingkan dengan adukan yang biasa di buat pekerja, sehinga ini lebih memberatkan kepada pemilik rumah dalam urusan pembelian bahan. Universitas Sumatera Utara 127 Menurut informan saya yang merupakan seorang tukang, ia mengatakan ada dua cara pengadukan semen. Satu pengadukan melalui skope atau cangkol, satu lagi di dalam molen yaitu alat mesin yang bentuknya bulat, dan berfungsi untuk mengaduk semen. Alat ini akan berputar-putar ketika sedang pengadukan. Anjuran dari pemerintah adalah pengadukan dilakukan di dalam molen, agar campuran bahan merata dan homogen, Tetapi karena alasan pembelian alat itu sangat mahal ataupun peminjamannya juga mahal, dan pembangunan yang mereka kerjakan hanyalah rumah pribadi biasa, maka menurut mereka memakai molen itu tidak perlu dilakukan. Menurut pemerintah jika pengadukan dilakukan di atas tanah, maka hasil kocokan semennya kurang bagus dan mudah rapuh karena memakai tenaga manual. Tetapi menurut penuturan informan saya, selama berpuluh tahun lamanya ia menjadi tukang, ia selalu melakukan pengadukan di atas tanah melalui tenaga manual. Tidak terjadi apa-apa, bangunan-bangunan yang ia bangun masih berdiri kokoh dan tidak terjadi apa-apa. Karena tidak terjadi apa-apa itu lah, maka para tukang masih tetap menerapkan cara tersebut ketika mengaduk semen. Untuk setiap adukan semen yang telah tercampur dengan air dan pasir dinamakan dengan speksi. Untuk 1 sak semen yang telah di campur dengan 2,5-3 beko pasir tadi akan menghasilkan 30-35 ember speksi. 1 ember speksi bisa dipasang untuk 7 batu bata. Sehingga untuk 1 sak semen bisa di pakai untuk pemasangan 210-245 batu bata. Universitas Sumatera Utara 128

BAB IV HUBUNGAN PEMBORONG DAN KLIEN

4.1. Perubahan Tahapan Penyedia Jasa

Dahulu, pada zaman nenek saya pertama sekali membangun rumah, para tetangga dan saudara bergotong royong untuk saling bantu membantu pembangunan tersebut. Ada beberapa bahan yang mengharuskan di beli, dan ada beberapa bahan yang dapat diambil langsung dari alam. Tetapi untuk upah pekerja yang membantu tidak ada, bentuk nya adalah saling gotong royong. Tetapi dengan semakin berkembangnya zaman, masuknya intervensi perekonomian modern, sehingga masyarakat sudah memiliki nilai ukur untuk pertukaran barang dan jasa yang mereka keluarkan, yaitu uang. Dan proprorsi-proporsi ini menghilangkan bentuk resiprositas sebagai akibat dari berkembangnya pertukaran uang Semedi, Sairin, dan Hudayana, 2002. Dengan semakin berkembangnya zaman, masuknya perekonomian modern pada praktek konstruksi, juga merubah semuanya. Praktek konstruksi yang melingkupi pembangunan, baik pembangunan jalan, rumah pribadi ataupun yang lainnya, jasa yang diberikan tukang untuk membangun pun di tukarkan dengan uang. Nilai-nilai pengetahuan yang di miliki tukang, tenaga, keterampilan, keahlian, dan waktunya, di tukar kan dengan uang, sebagai balas jasa dari apa yang telah ia berikan. Seperti contoh, dulu ketika masyarakat ingin membangun sebuah rumah, maka akan diadakan musyawarah dab gotong royong dengan sesama warga, tetapi sekarang zaman telah berubah. Saat ini, ketika kita ingin Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Strategi Buruh Dalam Mempertahankan Hidup (Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

0 44 128

RITUAL PIODALAN ETNIK BALI DI PURA JAGADHITA TOBA DI KELURAHAN BAHKAPUL KECAMATAN SIANTAR SITALASARI KOTA PEMATANGSIANTAR.

3 19 22

Hubungan-Hubungan Hukum dalam Dunia Pertukangan (Studi Kasus Pada Masyarakat Sub Urban di Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar)

0 0 12

Hubungan-Hubungan Hukum dalam Dunia Pertukangan (Studi Kasus Pada Masyarakat Sub Urban di Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar)

0 0 1

Hubungan-Hubungan Hukum dalam Dunia Pertukangan (Studi Kasus Pada Masyarakat Sub Urban di Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar)

0 0 37

Hubungan-Hubungan Hukum dalam Dunia Pertukangan (Studi Kasus Pada Masyarakat Sub Urban di Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar)

0 1 56

Hubungan-Hubungan Hukum dalam Dunia Pertukangan (Studi Kasus Pada Masyarakat Sub Urban di Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar)

0 0 3

Hubungan-Hubungan Hukum dalam Dunia Pertukangan (Studi Kasus Pada Masyarakat Sub Urban di Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar)

0 0 4

Pertanyaan Kuisioner STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP (Studi kasus di PT.Putera Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari

0 0 12

STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP (Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

0 0 16