135
Dari kasus-kasus tersebut, ada aturan-aturan tertentu untuk tetap menjaga hubungan tersebut. Lagi-lagi aturan baru muncul pada masyarakat yang
membutuhkan. Kalau salah satu menyalahi aturan, maka hubungan yang sudah berjalan seperti biasanya pun berubah. Tetapi bagaimana pun, dari kasus tersebut
semua pihak di untungkan. Pemilik rumah untung, karena dengan membawa pemborong harga bisa nego dan barang pun bisa hutang, kemudian pemborong
juga untung, karena setiap klien yang ia bawa ke panglong mendatangkan rezeki tambahan juga buat dia. Dan panglong juga untung, karena dari pemborong lah ia
mendapatkan banyak klien. Jadi hubungannya seperti paralel dan saling berhubungan dan saling menguntungkan.
4.5. Penyelesaian Sisa Bahan Bangunan
Dalam setiap pengerjaan bangunan sebuah rumah, memungkinan terjadi adanya sisa bahan bangunan ketika pembangunan telah selesai dikerjakan. Disini
dibutuhkan keputusan dari pemilik rumah untuk diapakan barang tersebut, karena pemilik rumahklien yang memiliki hak atas bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan
yang sering sisa itu diantaranya keramik, semen, kayu broti, dan paku. Ada dua pendapat yang saya temukan di lapangan. Jika pekerjaan itu sifatnya borongan
upah, maka hak sepenuhnya ada di tangan klien. Untuk barang-barang yang sisa tersebut, ada pemilik rumah meminta tukang untuk mengerjakan hal yang bisa
dipergunakan dari bahan tersebut ataupun pemilik rumah menyimpan barang tersebut di rumahnya untuk keperluan di lain hari.
Universitas Sumatera Utara
136
Ada juga pemborong yang inisiatif, jika ia ikut dengan klien berbelanja bahan, berdasarkan dari pengalamannya, ia akan membuat kesepakatan dengan panglong
bahwa barang bisa dikembalikan lagi jika ada sisa. Karena menurut pemborong, pasti ada sisa barang-barang tersebut, karena penghitungan barang akan selalu di
lebihkan seperti keramik ketika di lapangan. Jadi, jika ada barang yang sisa, maka bisa di kembalikan lagi ke panglong.
Jika borongan terima kunci, dalam artian pemborong yang mengurus semua urusan baik upah maupun bahan-bahan kerja, maka aturan disini lebih
longgar. Pemilik rumah biasanya tidak mau repot-repot dengan bahan yang sisa, ia akan memberikan sisa bahan-bahan tersebut seperti yang sering adalah kayu
broti dan paku-paku kepada pemborong. Karena pada saat terima kunci, klien ingin rumahnya bersih, tidak ada lagi sisa-sisa bahan bangunan.
Ada juga situasi dimana pemborong membeli bahan-bahan tersebut kepada klien sesuai dengan harga panglonguntuk borongan upah. Misalkan keramik yang sisa
berapa kotak lagi, maka ada pemborong yang mau membelinya. Untuk keramik- keramik yang pecah-pecah sisa tak terpakai lagi, maka itu bisa di bawa pulang
oleh pemborong. Untuk mengambil bahan-bahan yang masih bagus, pemborong akan izin untuk membawa nya pulang seperti paku ataupun kayu broti atau
kadang pemilik rumah mau memberikannya dengan keikhlasan hati. Tidak ada aturan umum yang mengatur mau diapakan bahan-bahan tersebut oleh pemborong
dan klien, semuanya tergantung situasi dan keputusan dari klien. Begitu lah cara penyelesaian antara pemborong dan klien dalam menghadapi persoalan bahan-
bahan bangunan yang sisa.
Universitas Sumatera Utara
137
BAB V HUBUNGAN TUKANG DAN KLIEN