commit to user 113
Sayidina Abu Bakar. Persoalan yang diungkap dalam tanya-jawab tersebut tentang khalwatnya Nabi Muhammad di Jabal Nur. Kata maka menjadi
penanda atas kesimpulan bahwa seseorang yang berkhalwat dan melanggar salah satu syarat berkhalwat dia akan kembali ke martabat awam menduduki
derajat
mubtad
ī,.
B. Analisis Isi Teks RM
1. Khalwat, Suluk, dan Zuhud Syarat Masuk Tarekat Syattariyah
Dalam dunia tasawuf bahwa seorang salik ketika menjalankan ibadahnya bertujuan untuk mencapai martabat dan derajat kesempurnaan atau yang biasa
dinamakan insan kamil. Insan kamil adalah sebutan dalam dunia tasawuf bagi mereka yang selalu berusaha menghindarkan syirik batin khafi agar sampai pada
suatu keadaan yang memungkinkan dapat mengenal cinta Allah yang melahirkan jiwa tauhid dan yang mendorong untuk melakukan ibadah dalam usahanya
mencapai tingkat hidup termulia di sisi Allah Ramli Harun,
et.al
. 1985:16. Jalan yang ditempuh seseorang untuk sampai ke tingkat tersebut dapat ditempuh dengan
jalan tarekat. Istilah tarekat secara terminologi memiliki arti jalan yang lurus, praktek tasawuf dan persaudaraan sufi.
Tarekat dalam perkembanganya merupakan sebuah organisasi sufi dengan seorang mursyid guru sebagai pucuk pimpinan tertinggi sekalgus sebagai
pembimbing ibadah kepada Allah. Salah satunya adalah tarekat Syattariyah dalam perjalanannya dibawa dan dikembangkan di Indonesia oleh syekh Abdur Rauf
Singkel 1615-1693, seorang ulama yang berasal dari singkel Aceh. Dia turut mewarnai sejarah mistik Islam di Indonesia pada abad ke-17. Pada waktu
commit to user 114
melaksanakan ibadah haji ia memperdalam ilmu tasawuf kepada banyak guru diantaranya adalah Ahmad Qusasi dan dan Ibrahim al-
Qur‟ani Sirojuddin,
et.al.
2003:1. Amalan tasawuf yang terdapat dalam teks RM adalah dengan jalan
bertarekat, yaitu tarekat Syattariyah. Pokok dari ajaran tarekat ini penyucian diri dari segala dosa dan melaksanakan persyaratan yang ditentukan karena
persyaratan tersebut menjadi landasan dalam beribadah kepada Allah untuk mencapai derajat yang sempurna.
Permulaan syarat bagi seseorang dalam menjalani tarekat Syattariyah dalam teks RM adalah khalwat, suluk, dan zuhud. Ramli Harun menyebutkan
bahwa khalwat adalah mengasingkan diri dari keramaian di suatu tempat yang sepi untuk beribadat kepada Tuhan 1985:20. Tujuan khalwat sendiri untuk
melatih jiwa dan hati agar selalu ingat kepada Allah selain itu agar hamba tersebut selalu merasa diawasi Allah. Seorang salik Sebutan bagi orang yang bersuluk
dalam berkhalwat diharuskan menempuh perjalanan batin dan mengabaikan sesuatu yang lahiriyah, bersifat keduniaan karena hal tersebut adalah fatamorgana
kesenangan. Suluk menurut Aboebakar atjeh adalah latihan dalam jangka waktu tertentu untuk memperoleh sesuatu keadaan mengenai ihwal dan maqam
1990:121. Berikut kutipan dalam teks RM Ketahui olehmu hai salik jalan berbuat tarekat
syattariyah
yang itu dengan
washitah
olehmu syaikh kepada murid tarekat yang diberbuat akan dia. Dan adapun syarat berbuat tarekat ini ialah
dengan berkhalwat karena khalwat itu jalan salik dan jalan suluk dan jalan zuhud. Dan zuhud itu memerang akan nafsunya. Dan
suluk itu yang berjalan kepada Allah Ta ala, dan salik itu jalan pada Allah itulah perbuatan salik yakni jalan berkehendak akan
salik itu kepada Allah ta ala yang
……………… RM: 1-2
commit to user 115
Zuhud dalam tarekat Syattariyah memiliki peranan penting dalam pembentukan jiwa salik agar selalu ingat akan kekekalan kebahagiaan di akhirat. Pendapat
Asmaran tentang zuhud adalah mengurangi keinginan terhadapa kehidupan duniawi, karena kehidupan ini, di sini bersifat sementara dan apabila manusia
tergoda olehnya, ia akan jauh dari Tuhannya 2002:117. Penganut tarekat melakukan khalwat dengan mengasingkan diri ke sebuah
tempat, di bawah pimpinan seorang mursyid guru. Sesungguhnya khalwat adalah penggemblengan jiwa salik agar senantiasa ingat Allah dan mencapai
tujuan makrifat. Tujuan berkhalwat itu adalah untuk ibadah, guna mendekatkan diri kepada Allah hal ini sesuai perintah Allah yang tercantum dalam Alquran
“
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam
beribadat kepada Tuhannya
” Al-Kahfi 110. Syarat pertama yang harus dilalui salik sebelum berkhalwat adalah
mendahulukan gurunya untuk berwudu dan bersembahyang. Posisi guru dalam lingkaran tasawuf memilki peranan sangat penting. Aboebakar berpendapat
bahwa seorang syekh atau guru tidaklah dapat dipangku oleh sembarang orang, meskipun ia mempunyai lengkap pengetahuannya tentang sesuatu tarekat, tetapi
yang terpenting adalah ia harus mempunyai kebersihan rohani dan kehidupan batin yang murni 1990:79. Sembahayang yang dilakukan syekh tersebut
bertujuan agar di dalam pelaksanaan ajaran tersebut memperoleh bimbingan Allah. Berikut kutipannya
Adapun didalam syarat salik itu dengan memasuk dalam khalwat. Dan syarat masuk dalam khalwat itu empat perkara. Pertama
commit to user 116
mendahulukan akan masuk gurunya dengan air sembahyang sunah dua rakaat oleh gurunya itu. Dan tatkala sudah sembahyang oleh
syekh itu kemudian daripada sembahyang maka yaitu memuja akan doa oleh syekhnya itu meminta rahmad daripada Allah taala dan
daripada
Rasu lu `l-
Lāh dan pada segala aulia dengan syafaat segala zuhud-zuhud dan segala arif-arif [it]. Itulah sudah
diperbuat[an] gurunya dan kemudian masuk muridnya kedalam khalwat serta menghinakan dirinya itu pada Allah taala dan pada
syekh dengan merendahkan dirinya pada ketika itu RM: 3
Syarat yang kedua yang harus dilakukan oleh salik adalah dengan bertobat kepada Allah atas segala dosa yang dilakukan. Sebagai langkah awal untuk
membersihkan diri, baik lahir maupun batin adalah melalui taubat. Dengan pembersihan yang sempurna maka hijab-hijab yang membatasi antara mahkluk
dengan Khaliq akan terkuak. Salah satu pembuka hijab antara hamba dengan Tuhan adalah dengan membersihkan diri dari segala dosa. Taubat adalah tidak
mengulangi perbuatan dosa, lupa pada segalanya kecuali pada Allah, dan karena cintanya selalu mengadakan hubungan dengan Allah serta menghindarkan diri
dari perbuatan dosa dan sejenisnya Ramli Harun,
et.al
. 1985:39. Hal ini sesuai dengan kutipan teks RM sebagai berikut
Dan kedua, syarat itu taubat daripada segala dosanya yakni menangkal segala perbuatan yang di alam dunia ini karena dunia
ini membawa kepada maksiat itu dan menangkal bagi akhirat RM: 4
Setelah itu, syarat ketiga adalah bersembahyang dua rekaat sunah khalwat dan sunah istikharah. Dijelaskan dalam teks RM bahwa dalam bersembahyang
istikharah pada rakaat pertama diharuskan membaca surat Al-Fatihah dan surat al- Kafirun, sesudah itu pada rekaat kedua membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-
Ihklas. Dan ketiga syarat ketiga masuk khalwat itu dengan bersembahyang
sunah istikharah dan sembahyang sunah khalwat. Dan
commit to user 117
sembahyang sunah istikharah [i] itu lafalnya niat “
ushalli
raka’ati
sunata
`
l-istiharah Lillahi ta ala
” artinya” kusembahyangkan sunah istikharah karena Allah ta‟ala. Dan dua rakaat
kusembahyang khalwat dan lafal niatnya “ushalli raka’ati sunnata
khalwati lillahi ta ala Allahu Akbar
artinya” kusembahyang sunahkhalwat dua rakaat karena Allah ta ala dan pada sembahyang
istkharah itu pada rakaat yang pertama kemudian fatihah daripada fatihah itu memaca ayat
qulyā
ayyuha`l-
kāfirūn hingga
wa
liya dīn
i
. Dan pada rakaat yang kedua kemudian daripada fatihah membaca
qul huwa `l-
lāhu hingga sudahnya. RM: 4 Syarat terakhir sebelum berkhalwat adalah dengan kesaksian yaitu dengan
niat yang sungguh- sungguh syuhūd. Selama berkhalwat di wajibkan juga bagi
salik agar senantiasa berzikir setiap siang dan malam dengan kalimat tahlil. Zikir merupakan pegangan pada jalan tasawuf, dan seorang pun tidak akan sampai
kepada Allah melainkan dengan banyak ingat kepada Allah. Kutipan teks RM yang menjelaskan syarat berkhalwat sebagai berikut
.. Keempat, syarat masuk dalam khalwat itu dengan niat yang sejati-sejati dengan
syuh
ūd kepada wujud Allah ta ala dan tiada mengingatlah wujud didirinya melainkan dzat Allah akan kamu
syuhūdnya dan jika sudah perintah yang permulaan dengan
washitah
syaikh kepada kita maka yaitu berdzikirlah hari dan malam dan tiada berkata-[ber]kata dalam khalwat dengan kata
dunia melainkan dikatanya lā illāha illallāh dengan lidah dan
dengan hati ini. RM: 4 Teks RM juga menjelaskan bahwa Allah bersifat mutlak. Dengan
kuasanya Ia membuka hijab antara ghaib dengan kenyataan. Dunia merupakan ladang ibadah bagi seseorang yang menginginkan kehidupan yang mulia di
akherat. Dapat dikatakan bahwa akhirat haram isinya bagi orang yang mengejar kehidupan dunia. Hal ini sesuai dengan Hadis
Qudsi: “addunya harāmun ‘ala `l
- akhirati wa `l-
ahi ratu harāmun ‘alā ahli `
d-
dunyā wahumā harāma ni ‘alā ahli
`l-
Lahi ta’ala” dunia itu haram isinya orang yang berkehendak akan akhirat dan akhirat itu haram isinya orang yang berkehendak akan dunia dan keduanya itu
commit to user 118
haram isinya orang yang berkehendak dzat Allah. Berikut kutipannya pada teks RM
Allah wujud yang muthlak dan tiada merubah-merubah kepada dunia segala-[se]gala dan apabila melihat dunia m.s.k.b.b bunyi
sesuai sekalipun maka yaitu dinding dinding Tuhan dengan dunia. Dan apabila
majāni dengan akhirat dan akhirat itu menilik pada ketika suluk karena jadi dinding Tuhan dengan akhirat dan sekalian
itu hijab dengan Tuhan firman Allah ta ala “
addunya h
arāmun ‘ala `l
-akhirati wa `l-ahi ratu h
arāmun ‘alā ahli `d
-
dunyā wahumā
h
arāma ni‘alā ahli `l
-
Lahi ta’ala” Katanya bermula dunia itu
haram isinya orang yang berkehendak akan akhirat dan akhirat itu haram isinya orang yang berkehendak akan dunia dan keduanya
itu haram isinya orang yang berkehendak dzat Allah itulah semata- [se]mata itu haram akan keduanya pada ketika suluk. RM: 5
Sikap salik dalam memandang kehidupan dunia, adalah apabila ia memandang dengan kedua mata dan hatinya pada dunia diusahakan agar
senantiasa dalam kekuasaan Allah. Dinamakan syai dikarenakan mahkluk itu tidak memiliki untuk berbuat sesuatu, sehingga kuasa yang diberikan Allah itu
bernama tsābitah. Allah memberikan perumpamaan bahwa bayang-bayang bagi dzat Allah di
namakan a‟yan tsābitah. Berikut kutipannya Dan apabila sampai perbuatan suluk maka yaitu salik itu sesudah
mati dan jika sesudah mati maka yaitu sudah kiamat. Pada salik dan jika hidupnya akan salik ini hidupnya pada negeri akhirat dan
diberbuat[an] akan akhirat. Dan menilik salik itu seperti pada negeri akherat karena hidupnya seperti hidupnya pada akhirat akan
salik ini. Dan jika memandang akan segala negeri ini maka yaitu pandangan itu kepada perbuatan Tuhan. Ketahui olehmu hai salik,
dan jika memandang dengan dua mata dan dengan mata hatinya maka yaitu pandang perbuatan mahkluk dan itu perbuatan hak
Allah ta ala akan dia karena mahkluk ini tiada kuasa berbuat akan suatu
syāi dinamakanlah tsābitah kuasa mahkluk kuasa Allah ta ala
karena ku pandang rupa mahkluk itu rupa a’yan tsābitah.
commit to user 119
2. Pandangan Tarekat Syattariyah Mengenai Hubungan Manusia