commit to user 9
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Bab pertama pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua landasan teori. Bab ini berisi hakikat filologi, suntingan teks, sastra kitab dan struktur sastra kitab, isi karya sastra, dan tasawuf.
Bab ketiga metode penelitian. Bab ini berisi sumber data, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan penarikan simpulan.
Bab keempat suntingan naskah teks Risālah Majmu’. Bab ini berisi
tentang inventarisasi naskah, deskripsi naskah, ikhtisar teks, kritik teks, pedoman penyuntingan, dan suntingan teks.
Bab kelima analisis teks Risālah Majmu’. Bab ini berisi analisis struktur
RM dan analisis isi teks RM. Bab VI penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran yang berkaitan dengan
penelitian, daftar pustaka, dan lampiran.
commit to user 10
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Singkat terhadap Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terhadap teks yang membahas masalah tarekat sudah banyak dilakukan. Dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan, penulis
hanya menyampaikan lima judul penelitan. Kelima penelitian tersebut tentu saja berkaitan dengan penelitian penulis yang kiranya layak untuk disampaikan dalam
tulisan ini. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Oman Fathurahman 2008 yang
berjudul
Tarekat Syattariyah di Minangkabau
. Penelitian ini berasal dari disertasinya di FIB Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia yang berjudul
Tarekat Syattariyah di Dunia Melayu-Indonesia di Sumatera Barat.
Dalam kajiannya, terdapat 13 judul naskah sebagai acuan disertasinya. Naskah-naskah yang berasal dari
Minangkabau Sumatera Barat tersebut memaparkan bidang keagamaan khususnya mengenai tasawuf dalam hal ini mengenai tarekat Syattariyah. Naskah-naskah
Syattariyah yang menjadi sumber primer dalam penelitian ini berjumlah 10 judul yang ditulis oleh tiga ulama Syattariyah di Sumatera Barat, yakni Imam Maulana
Abdul manaf Amin 1922-2006, H.K. Deram w.2000, dan Tuanku Bagindo Abbas Ulakan. Selain itu, terdapat dua sumber Arab yang berkaitan dengan Syattariyah,
commit to user 11
11 yaitu
al-Simth al-Maj
īd karangan Syekh Akhmad al-Qushashi dan
ith
āf al
-
Dhakī bi
sharh al-tuhfah al-
Mursalah ilā Rū
h al-Nabi,
karangan Ibrahim al-Kurani. Ajaran Syattariyah di Sumatera Barat yang dikembangkan oleh Abdurauf,
mewarnai sisi kehidupan masyarakat Minangkabau. Hal tersebut dapat dilihat dari isi naskah-naskah Melayu yang membahas tarekat Syattariyah. Teks-teks yang terdapat
pada dalam naskah-naskah Syattariyah itu masih melanjutkan apa yang sudah dirumuskan sebelumnya, baik ulama Haramyn yang diwakili Qushashi maupun oleh
ulama Syattariyah di Aceh yang diwakili Abdurauf. Setiap tarekat memiliki tujuan yang sama yaitu berusaha mendekatkan diri pada Tuhan, seperti halnya tarekat
Syattariyah. Ajaran yang bersifat makrifat terutama berkaitan dengan tata cara zikir, adab dan sopan santun zikir, serta formulasi zikir banyak diulas dalam naskah Melayu
tersebut. Ajaran Abdurauf mengenai tarekat Syattariyah, lebih bersifat dinamis yaitu menyesuaikan dengan kebudayaan masyarakat salah satu contohnya ritual
Basapa
. Ritual ini dilakukan penganut tarekat Syattariyah pada bulan Safar di Tanjumg
Medan Ulakan. Akulturasi budaya lokal ini menjadi salah satu syiar tarekat Syattariyah. Abdurauf juga memulai era baru dalam tarekat Syattariyah antara lain
dengan menghilangkan ajaran
wahdatul wujud
yang dianggap menyimpang dari praktek syariat. Selain itu, kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam kajian atas
naskah-naskah Syattariyah di Sumatra Barat adalah adanya ekspresi ajaran tarekat Syattariyah dengan nuansa lokal. Selain dengan pengajian, ajaran tarekat Syattariyah
disampaikan melalui kesenian “
salawat dulang
” hal tersebut dapat dikatakan sebagai daya tarik tersendiri bagi masyarakat awam di Sumatra Barat. Melalui penelitian yang
dilakukan oleh Oman Fathurahman 2008 yang berjudul
Tarekat Syattariyah di
commit to user 12
12
Minangkabau
, dapat digunakan penulis untuk menambah wawasan mengenai perkembangan tarekat Syattariyah di Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari
perjalanan berdirinya tarekat Syattariyah di Indonesia dipimpin oleh mursyid Syattariyah yang berasal dari Aceh, yaitu Abdurauf. Melalui kepemimpinan beliau
yang lunak, perkembangan tarekat Syattariyah dapat diterima oleh semua lapisan maasyarakat khususnya masyarakat Sumatra Barat.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Istadiyantha 2007 yang berjudul
Tarekat Syattariyah: Suntingan Teks dan Analisis Fungsi
. Penelitian ini berasal dari tesisnya di jurusan ilmu-ilmu Humaniora Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah
Mada yang berjudul
Tarekat Syattariyah: Suntingan Teks dan Analisis Fungsi
. Ringkasan isi penelitian tentang tarekat Syattariyah di atas yaitu sebagai
berikut. Isi ajaran tarekat Syattariyah yang dibatasi pada kandungan naskah Syattariyah
1. Permohonan
Ratu Shafiyyatu d-Din
mengajukan kepada syekh Abdurauf Ratu
Shafiyyatu d-Din
mengajukan permohonan kepada syekh Abdurauf agar dibimbing melaksanakan ajaran sufi. Permohonan ini
dikabulkan setelah syekh Abdurrauf melakukan salat istikharah terlebih dahulu agar ia mendapat petunjuk dari Allah ketika melaksanakan ajaran
tersebut. 2.
Kriteria Guru dalam Tarekat Syattariyah Seorang guru tarekat haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu, salah
satu syaratnya adalah sudah mencapai taraf
muntah
ī orang sufi yang
mencapai tingkatan terakhir daalam ilmu tasawuf.
commit to user 13
13 3.
Zikir dalam tarekat Syattariyah Tarekat Syattariyah mengajarkan tentang tata cara pelaksanaan zikir.
Zikir ini dilaksanakan secara jahar atau bersuara dan
khafi sir
atau dalam hati. Zikir dalam Tarekat Syattariyah terbagi menjadi tiga macam yaitu;
1 zikir
Allah, Allah,
dan lā illāha illallāh
,
2 zikir Huwallāh
,
3 zikir
Allah Huwa.
Tujuan dari pengamalan zikir tarekat Syattariyah adalah untuk mencapai martabat insan kamil yaitu tingkat kesempurnaan yang
lazim menurut ukuran manusia. Selain itu, Di dalam teks Syattariyah disebutkan adab zikir bagi pengikut tarekat ini yang dibagi menjadi tiga
tataran yaitu zikir
mubtad
ī, zikir
mutaw
ā
sitah
dan zikir
muntah
ī
. mubtad
ī, artinya tingkat permulaan.
Mutaw
ā
sitah
artinya tingkat menengah.
Muntah
ī artinya tingkat terakhir. Tataran terakhir ini dapat dcapai oleh seseorang yang mampu mengumpulkan dua makrifat yaitu
Makrifat Tanzaniyyah
dan
Makrifat Tasybiyyah.
4. Teks Syattariyah dan pengertian Makrifat
Makrifat adalah penyerahan diri kepada Tuhan yang naik setingkat demi setingkat sehingga akhirnya sampai keapada tingkat keyakinan yang
kuat Ramli Harun
et.al
, 1985:26. Teks Syattariyah membahas tentang tingkatan makrifat yaitu
a.
Makrifat Tanzaniyyah
, ialah makrifat yang diperoleh dengan cara memperhatikan mempelajari segala sesuatu dari segi batiniah dan
hakikatnya.
commit to user 14
14 b.
Makrifat Tasybiyyah
, ialah makrifat yang diperoleh dengan cara mempelajari segala sesuatu dari segi lahiriahnya.
c. Himpunan
Makrifat Tanziyyah
dan
Tasybiyyah.
Gabungan kedua makrifat ini yaitu makrifat yang diperoleh orang- orang sufi dengan cara mempelajari segala sesuatu dari segi
lahiriah dan batiniahnya. Makrifat ini dianggap sempurna bagi orang-orang sufi.
Dari hasil penelitian di atas dapat diperoleh keterangan bahwa tarekat Syattariyah memiliki adab zikir tertentu bagi pengikutnya. Zikir tersebut dibagi
menjadi tiga tataran yaitu zikir mubtadi, zikir mutawasitah, dan zikir muntahi. Selain zikir, tarekat Syattariyah juga mengajarkan tentang tata cara pelaksanaan zikir.
Tujuan dari pengamalan zikir tarekat Syattariyah adalah untuk mencapai martabat insan kamil yaitu tingkat kesempurnaan yang lazim menurut ukuran manusia.
Sumbangan utama teks
Syattariyah
terhadap penelitian penulis adalah penjelasan mengenai syarat-syarat berzikir dan pejelasan mengenai makrifat. Syarat-syarat
berzikir tersebut apabila dicocokkan dengan teks RM dapat diketahui bahwa syarat- syarat dalam menjalankan kehidupan sufi dalam teks RM lebih condong kepada
persyaratan permulaan dalam menjalani tarekat Syattariyah, di antaranya syarat masuk dalam tarekat Syattariyah, syarat berkhalwat, syarat berbaiat dan bertalkin
terhadap guru, dan syarat bersuluk. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa teks RM maupun
Syattariyah
merupakan teks yang mengajarkan kehidupan tasawuf di tarekat Syattariyah.
commit to user 15
15 Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Herlian Ardivianti, FSSR Fakultas
Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret 2010 dalam skripsi yang berjudul
Tarjum
ānu Al
-
Murtafīdimin Al
-
‘Arabiyyati Li Adab Az
-
Zikri ‘alā At
-
Tarīlati Al
-
Khalwātiyyatti : Suntingan teks, Analisis Struktur dan ajaran Tarekat Khalwatiyyah. Penelitian ini membahas tentang ajaran tarekat Khalwatiyyah yaitu usaha manusia
mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan dan latihan kerohanian. Amalan tarekat Khalwatiyyah terletak pada pelaksanaan salat dan zikir yang tertib
dan teratur. Bagi tarekat Khalwatiyyah zikir merupakan amalan yang sifatnya wajib ‘ain wajib bagi setiap individu.
Penulis teks
Tarjum
ān menjelaskan adab zikir tarekat Khalwatiyyah yang berjumlah 20 adab dengan jelas dan runtut. Adab zikir ini dibagi menjadi 3, yaitu 5
adab sebelum zikir, 12 adab saat berzikir, dan 3 adab setelah zikir. a.
5 adab sebelum zikir, yaitu 1 tobat dari maksiat; 2 suci dari hadas kecil dan besar; 3 berusaha membimbing hati kepada Allah;3 minta
tolong dengan hatinya kepada syekh ketika mabuk lepas zikir dan
kaifiat
nya; 5 minta tolong kepada syekhnya dalam berzikir. b.
12 adab saat berzikir diantaranya, ialah 1 duduk di tempat suci; 2 meletakkan dua tangan diatas kedua paha seperti duduk dalam
sembahyang dan menghadap kiblat; 3 menghilangkan bau badan memakai wangi-wangian; 4 memilih tempat yang sunyi jika mampu;
5 zikir berjamaah atau sendiri; 6 ikhlas; 7 memilih zikir lā illāha
illallāh
;
8 menghadirkan makna zikir dengan hati sesuai dengan
masyahadah
nya; 9 hanya mengingat Allah dalam berzikir dst.
commit to user 16
16 c.
3 adab setelah zikir, yaitu 1 diam khusyu dan menunduk saat berzikir; 2 menetapkan nafas dari keluarnya kadar tiga nafaslebih;
3 menahan diri dari minum air segar samat atau setengahnya. d.
Zikir lā illāha illallāh
Zikir ini dalam tarekat Khalwatiyyah termasuk dalam salah satu amalan zikir yang disebut
Al-
Asma’ As
-
Sab’ah, yaitu tujuh macam zikir atau tujuh tingkatan jika harus diamalkan oleh setiap murid
tarekat Khalwatiyyah. Manfaat dari zikir lā illāha illallāh adalah agar
mendapat pahala yang sempurna dari Allah SWT. Penelitian yang dilakukan oleh Herlian Ardivianti tersebut dapat digunakan
penulis untuk mengetahui bahwa zikir lā illāha illallāh merupakan amalan penting
bagi setiap tarekat apapun. Selain itu dapat disimpulkan bahwa setiap ajaran tarekat Sufi adalah berusaha mendekatkan manusia pada sang Pencipta.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Rahma Widyastuti, FSSR Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitaas Sebelas Maret 2005 dalam skripsi yang
berjudul
Al-Kitabul Al-
Maj’mū: Suntingan Teks dan Analisis Fungsi. Dalam penelitian ini membicarakan tentang ajaran yang menjadi pokok-pokok ajaran agama
Islam, yaitu tentang akidah, syariat, dan akhlak. Dalam penelitian ini dibahas tentang 1.
Mengenal Allah SWT Bagi seorang muslim dalam usaha mengenal lebih dalam tentang
agamanya maka harus mengenal Tuhannya. Dengan demikian akan menyempurnakan seseorang dalam menjalankan agamanya. Mengenal
commit to user 17
17 Tuhan dapat ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya dengan
mengenal nama dan sifat Allah. 2.
Selain itu, isi teks
Al-Kitabul Al-
Maj’mū juga membicarakan tentang
rukun iman. Rukun iman tersebut adalah iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada rasul, iman kepada Al Quran, iman
kepada hari kiamat, dan iman kepada Qadha dan Qadhir. 3.
Syariat Syariat adalah hukum atau undang-undang agama yang sudah pasti
ketentuannya. Di dalamnya termasuk keterangan mengenai halal- haram, wajib dan sunah, syahadat, salat, puasa, zakat, haji, keimanan,
dan sebagainya. Hasan Shadiliy mengatakan bahwa syariat juga dapat dikatakan sebagai peraturan yang ditetapkan Tuhan bagi manusia
berupa hukum-hukum yang disampaikan oleh rasul-Nya, yang berhubungan dengan keyakinan, ibadah, dan muamalah Hassan
Shadiliy dalam Istadiyantha, 2006:401. Setiap muslim yang ingin mencapai derajat kesempurnaan iman wajib melakukan syariat Islam
dengan benar. Teks ini juga menyebutkan rukun Islam sebagai syariat yang harus dilaksanakan setiap muslim yaitu syahadat, salat, puasa,
zakat, dan naik haji bila mampu. Tanda orang yang memeluk agama Islam dalam teks
Al-Kitabul Al-
Maj’mū di antaranya adalah 1 merendahkan diri; 2 suci
perbuatan; 3 tetap hatinya; 4 tetap kelakuanya; 5 malu akan Allah dan Nabi; 6 baik pekerti; 7 sabar; 8 syukur; 9 sabar; 10
commit to user 18
18 penyayang dll. Persyaratan bagi orang yang ingin memeluk agama
Islam adalah sabar akan hukum Allah, ridha, ikhlas dan menjalankan segala perintah Allah dan nabi-Nya. Selain hal di atas, teks
Al-Kitabul Al-
Maj’mū menjabarkan salat lima waktu.
Penelitian Rahma Widyastuti tersebut dapat digunakan penulis untuk menambah wawasan mengenai ajaran Islam terutama tentang syariat agama Islam
yang merupakan suatu aturan dalam pencapaian derajat insan kamil. Seperti halnya pada tarekat Syattariah yang terdapat dalam teks RM, pelaksanaan syariat seperti
syahadat, salat, puasa dll, lebih ditekankan dan memiliki kaidah tersendiri menurut aturan tarekat tersebut. Inti dari pelaksanaan syariat tersebut adalah mendekatkan diri
kepada Allah SWT untuk mencapi derajat insan kamil. Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Nurul Amalia Viliasari, FSSR
Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret 2010 dalam skripsi yang berjudul
Syamsu `l-
Ma’rifah Ilā
Hadlrati `Sy-
Syarīah
:
Suntingan Teks, Analisis Struktur dan Isi. Penelitian ini membicarakan tentang ajaran tarekat
Qadiriyyah-Syattariyah. Ajaran tarekat tersebut menjabarkan tentang syarat seseorang dalam mendekatkan diri kepada Allah, yakni dengan tobat. Membersihkan diri dari
segala dosa baik dosa besar maupun kecil adalah kriteria tobat yang sahih. Tobat sendiri dibagi menjadi dua yaitu tobat lahir
zhāhir dan batin. Selain tobat dibicarakan pula mengenai suci, tajalli, tauhid, dan zikir.
1. Suci, yaitu suci zhāhir, batin,
sir
takhalli dan pakaian-pakaian suci tahalli. Suci dalam tarekat Qadiriyyah-Syattariyah terbagi menjadi tiga
sedangkan pakaian-pakaian memiliki pengertian penyucian sifat-sifat
commit to user 19
19 tercela dengan pengamalan sifat-sifat yang terpuji yaitu, 1 suci
zhāhir
,
yaitu bersuci dari hadas besar dan kecil, bersuci dari sekalian najis yang terdapat pada badan, tempat dan pakaian yang dipakai. Pakaian
zhāhir, yaitu pakaian untuk menutupi suci yang
zhāhir yaitu mengerjakan rukun Islam, mengiktiqadkan rukun iman, mengiktiqadkan rukun syahadat, dan
mengerjakan agama empat iman, Islam, tauhid, dan makrifat; 2 Suci batin, yaitu menyucikan hati dari kejelekan, dengki, dendam, bakhil, kibir,
ujub,
riya
pamer, dan sumah. Pakaian batin, yaitu dengan tobat kepada Allah, berusahaa pada semua kebaikan, memerangi hawa nafsu dll; 3
Suci
sirr
, yaitu yang menyucikan daya yang dimiliki kalbu untuk melihat Tuhan agar untuk tidak mengingat sesuatu dari selain Allah. Pakaian
sir
, yaitu senantiasa berzikir pada Allah.
2. Sirrullāh tajalli
Dalam teks
Syamsu `l-
Ma’rifah Ilā
Hadlrati `Sy-
Syarīah, dijelaskan tentang tajalli memperoleh kenyataan tuhan, setelah melewati takhalli dan
tahalli maka dengan memutuskan segala hubungan yang dapat merugikan kesucian dirinya menjadi syarat untuk menerima pancaran Nur cahaya Allah
Sirrullāh .
3. Tauhid
Tingkatan tauhid menurut tarekat Qadiriyyah-Syattariyah terbagi menjadi tiga macam yakni, 1 tauhid awam 2 tauhid
muqarrabin
, dan 3 tauhid
yaqī
n.
Selain itu, dibicarakan pula mengenai martabat tujuh untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
commit to user 20
20 4.
Zikir Zikir dalam setiap tarekat memiliki peranan penting dalam usaha
mendekatkan diri pada Allah. Macam zikir dalam tarekat Qadiriyyah- Syattariyah adalah zikir hasanah zikir menghasilkan pahala tanpa mengikuti
adab dan tertib, zikir derajat zikir yang berkehendak adab dan tertib dan zikir
sirr
Zikir dengan menghadirkan hati yang sungguh-sungguh untuk mengingat Allah
.
Secara garis besar teks
Syamsu `l-
Ma’rifah Ilā
Hadlrati `Sy-
Syarīah, menjabarkan ajaran yang merupakan gabungan dua tarekat yaitu tarekat Qadiryyah
dan tarekat Syattariyah. Karateristik dari tarekat Qadiriyyah yang ditemukan dalam teks
Syamsu `l-
Ma’rifah Ilā
Hadlrati `Sy-
Syarīah adalah adanya silsilah tarekat Qadiriyyah dimulai dari Faqih Jalaluddin sampai pada Syekh Abdul Qadir Jaelani,
sedangkan karateristik tarekat Syattariyah yang ditemukan dalam teks tersebut adalah konsep hubungan antara Tuhan dan alam.
Menurut ajaran tarekat Syattariyah, alam diciptakan oleh Allah dari nur Muhammad. Sebelum segala sesuatu diciptakan oleh Allah, alam berada di dalam
ilmu Allah yang dinamai A’yān tsābitah. Ia merupakan bayang-bayang dari zat Allah.
Sesudah A’yān tsābitah menjelma pada A’yān khārijiyyah kenyataan yang diluar,
maka A’yān khārijiyyah itu merupakan bayang-bayang bagi yang memiliki bayang-
bayang, dan ia tiada lain daripada Allah sendiri. Karateristik lain yang berasal dari tarekat Syattariyah adalah pelaksanaan zikir yang menjadi tiga tingkatan
m
ubtadiī,
mutawassith
, dan muntahī.
commit to user 21
21 Penelitian Nurul Amalia Viliasari tersebut dapat digunakan penulis untuk
menambah wawasan mengenai adanya penggabungan dua ajaran tarekat yakni
Qadiriyah-Syattariyah
. Hal ini dapat dimungkinkan bahwa penggabungan ajaran dua tarekat yang berbeda bisa saja dilakukan dengan syarat-syarat tertentu yang intinya
bahwa ajaran kedua tarekat tersebut sama-sama berusaha mendekatkan manusia pada Tuhan Yang Maha Esa.
Beberapa penelitian terdahulu di atas, sama-sama membahas tarekat, yaitu tarekat Syattariyah, Khalwatiyyah, dan Qadiriyyah-Syattariyah. Hal ini menandakan
bahwa di Indonesia, terdapat aliran-aliran tarekat. Salah satunya adalah tarekat Syattariyah. Penelitian terhadap teks RM yang membahas ajaran adab dan tata-cara
ibadah di tarekat Syattariyah. Teks Syattariyah yang diteliti oleh Istadiyantha 2007 berbeda dengan teks RM, teks RM lebih menekankan pada berbagai syarat dalam
menjalankan ibadah di tarekat Syattariyah di antaranya adalah syarat masuk ke dalam tarekat, syarat salik berkhalwat, syarat menjalankan khalwat, syarat baiat dan talkin
dan syarat sempurna berkhalwat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kandungan isi pada teks RM berbeda dengan kandungan teks di atas.
B. Penyuntingan Teks