commit to user 119
2. Pandangan Tarekat Syattariyah Mengenai Hubungan Manusia
Alam dan Tuhan Lebih lanjut lagi, teks ini menerangkan hubungan antara Tuhan dan
mahkluk menurut pandangan Syattariyah. Setelah dijelaskan diatas tentang a‟yan tsābitah maka selanjutnya dijelaskan lagi bahwa a‟yān tsābitah adalah rupa ilmu
Alla h. Sesudah a‟yān tsābitah ini menjelma pada rupa sifat Allah. Kesemuanya itu
dapat dimengerti dengan I‟tibar pada kehidupan mahkluk itu sendiri. Hakikat mahkluk itu sendiri merupakan hamba yang sudah bertauhid semenjak awal
penciptaan mahkluk tersebut. Setelah terlahir didunia maka ilmu Allah yang berupa syahadat, salat, puasa, zakat, dan naik haji menjadikan siapa hakikat
mahkluk itu. Pokok dari semua itu adalah syahadat, dikarenakan kalimat tauhid tersebut membedakan mahkluk yang beriman dan yang ingkar di hadapan Allah
SWT. Berikut kutipannya dalam teks RM Dan rupa
a’yān tsābitah itu rupa ilmu Allah dan rupa ilmu Allah dan rupa Allah itu rupa sifat
.
Dan rupa sifat itu rupa dzat Allah akan dia itulah dengan
I’tibar pada hakikat dengan Syūan dzat yakni kelakuan Dzat akan mahkluk. Dan jika
a’yān tsābitah ilmu akan mahkluk itu rupa ilmu Ku ta ala yakni rupa yang maklum
dalam wujud Allah ta ala itulah hakikat mahkluk dengan ilmu Allah dan wajib pada mahkluk itu berjamaah akan diberinya itu
dengan syahadat Allah karena syahadat Allah itu m.k.n.ng agama Allah dan sembahyang dan puasa dan naik haji dan memberi zakat
itulahsekalian itu wajib atas syahadat tiada wajib atas mahkluk akan sekalian itu dan apabila wajib mahkluk itu niscaya wajib atas
kafir akan agama dan melainkan yang wajib atas mahkluk itu syahadat Allah. RM: 7
Islam, iman, tauhid, dan makrifat merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari syahadat. Perumpamaan syahadat dalam tarekat Syattariyah diibaratkan pada anggota tubuh manusia. Tubuh dari manusia merupakan ibarat dari syahadat,
sedang iman pada hati, tauhid pada nyawa, dan makrifat pada kaki manusia. Dalam dunia tarekat banyak permisalan untuk menggambarkan tingkat amalan
commit to user 120
atau ilmu. Hal ini dapat dilihat pada pengibaratan keterbukaan hati seseorang fi’il, ini ditujukan kepada ridhanya memeluk agama Islam, sedang iman
ditujukan mempercayai Asma Allah. Selain itu, tauhid lebih dititikberatkan pada sifat Allah. Makrifat sebagai salah satu unsur penting dalam tasawuf, diibaratkan
sebagai pengenalan dzat Allah. Makrifat menurut Asmaran adalah mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan 2002:104. M.
Zain Abdullah memiliki pandangan lain terhadap makrifat, menurutnya makrifat ialah mengenal Allah, makrifat merupakan “tujuan pokok” dalam ilmui tasawuf
1991:29. Kutipannya dalam teks RM sebagai berikut Dan sekalian
syai
yang wajib itu syahadat Allah karena syahadat itu wajib bercampur dengan anggota mahkluk dan Islam dan iman
dan tauhid dan makrifat itulah wajib bercampur dengan syahadat karena Islam itu pada tubuhku dan iman pada hatiku dan tauhid itu
pada nyawaku dan makrifat itu pada rahasiaku dan aku pun rahasia pada kakiku dengan ilmu Allah. Bermula kenyataan
fi’il itu pada
islam dan kenyataan asma Allah itu pada iman dan kenyataan sifat Allah itu pada tauhid dan kenyataan dzat Allah itu pada makrifat
Allah. RM: 8 Kasyaf artinya terbuka dinding antara hamba dan Tuhannya Aboebakar
Atjeh, 1990:149. Kasyaf menurut Ramli Harun adalah terbukanya mata hati seseorang atas sesuatu yang gaib karena telah terbuka kepada dirinya tabir rahasia
Allah; dengan fana fari sesuatu yang selain Allah, seseorang akan mengetahui bahwa semua yang ada ini masuk ke dalam cahaya kebenaran Allah 1985: 20.
Dalam teks ini. ada tiga jalan kasyaf untuk mendekat kepada Allah yaitu dengan hati yang bersih.Hati yang lalai merupakan salah satu penghambat
dibukanya jalan kasyaf. Kunci pembukanya ialah supaya membuangkan sifat-sifat hati yang lalai tercela oleh syara‟ itu dengan ilmu dan amal. Jalan yang kedua
adalah dengan tafakur akan ilmu Allah, dan yang terakhir adalah dengan
commit to user 121
menumbuhkan cinta pada Allah melebihi segala cintanya pada mahkluk ciptaan Allah murād.
jalan kasyaf kepada haq Ta ala yaitu dengan himah hati kepada wujud alam nur
syuhūd itulah permaianan jalan salik dengan tafakur kepada yang
ma’āni pada Allah Ta ala dan murād tafakur itu karena tiada wujud ku melainkan hanya yang ada wujud
Allah.RM: 8 Setiap tarekat memiliki permisalan tersendiri tentang sifat Allah, hal ini
juga dimiliki oleh tarekat Syattariyah, Wujud Allah dimisalkan dalam insan manusia yang tampak secara maknawiyah. Ada enam nur cahaya sifat Allah
yang diibaratkan pada insan manusia, yaitu nur hayun hidup pada ruh, nur „alam pada hati, nur murid pada fuad akal, nur qādir pada tubuh, nur samī‟ pada
telinga, nur bashīr pada mata, dan mutakalim pada lidah. Kuasa Allah pada manusia yang disebut tsābitah menjadikan insan senantiasa ingat pada Allah.
Dapat dikatakan bahwa insan manusia yang selalu ingat pada Allah maka perbuatan dan segala sikap hidupnya memancarkan cahaya dan reperesentasi dari
sifat Allah. Berikut kutipannya dalam teks RM Bermula yang ada wujud Allah pada tubuh yaitu insan itu dengan
madhhār sifat maknawiyah pada tubuh insan yaitu nur
hayun
pada ruh kita dan nur „alam pada hati kita dan nur murid pada
fuad
kita dan nur
qādir pada tubuh kita dan nur samī’ pada telinga kita dan nur
bashīr pada mata kita dan
mutakalim
pada lidah kita bagaimananya itu tiada wujud ku. Dan tetap
tsābitlah perbuatan kita perbuatan hak ta ala [ak]akan dia “lā fi’lu `l
-laz
ī illa af’ali `l
-
lah” artinya tiada perbuatan mereka itu melainkan hanya perbuatan wujud RM: 9
3. Syarat Baiat dan Talkin Terhadap Guru