commit to user 93
‘azza wa jalla tinggi
: Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia
3. Kata kata arkais
Berhimpunan Beroleh
Bertempil diberbuat
di silubung ladzat-ladzat
lentang memasuk
mengata menilik
mitsalnya
tekeras : berkumpul
: memperoleh
: menampilkan : diberbuat
: di selubung : lezat-lezat
: terlentang : masuk
: berkata : menilik
: misalnya :
commit to user 94
commit to user 94
94
BAB V
ANALISIS DATA A.
Analisis Struktur
Struktur dalam sastra kitab mempunyai karakteristik yang berbeda dengan struktur sastra fiksi pada umumnya. Struktur narasi atau struktur penceritaan
hanya merupakan salah satu unsur struktur keseluruhan teks. Sastra kitab memiliki struktur yang menyerupai struktur kitab agama. Struktur penyajian sastra
kitab pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Siti Chamamah Soeratno
,et.al.
menyatakan bahwa struktur narasi sastra kitab adalah struktur penyajian teks, seperti halnya struktur penceritaan dalam fiksi
yang berupa plot atau alur Siti Chamamah Soeratno,
et. al.
1982: 152. Sama halnya dengan karya sastra kitab yang lain, teks RM memiliki
struktur penceritaan yang lengkap. Struktur narasi atau penceritaan teks RM terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Struktur narasi atau
penceritaan teks RM adalah sebagai berikut.
1. Struktur Penyajian RM.
Struktur penyajian RM menggunakan alur lurus, yaitu teks diuraikan secara berurutan dan sistematis dari pendahuluan, isi, dan penutup. Uraian struktur
penyajian teks RM adalah sebagai berikut. a. Pendahuluan
Adapun sebagian besar dalam karya sastra kitab, permulaan penulisan diawali dengan basmalah
A1. Pembukaan terdiri dari a bacaan basmalah; b bacaan hamdalah; c
commit to user 95
Salawat kepada Nabi Muhammad saw, doa kepada keluarga dan sahabatnya B1. Motivasi penulisan
Penulis teks RM memiliki motivasi ingin memberikan dorongan bagi orang awam untuk mempelajari tarekat syattariyah.
b. Isi
Isi terdiri dari hal-hal sebagai berikut A2.Syarat menjalani tarekat
Seorang salik orang yang menjalani suluk apabila ingin menjalani tarekat, adalah dengan menjalani khalwat dan disertai pula sifat zuhud
harus dimiliki pada diri seorang salik. B2. Syarat seseorang dalam menjalani khalwat
Khalwat merupakan rangkaian persyaratan dalam menjalani tasawuf. Khalwat adalah mengasingkan diri untuk bertapa dan beribadah
kepada Allah SWT. Ada empat syarat yang harus dipenuhi seorang salik untuk berkhalwat, yaitu
a. Selalu melayani gurunya setiap kali ingin beribadah kepada Allah
seperti menyediakan air untuk berwudu. b.
Bertobat kepada Allah SWT c.
Shalat sunah istikharah dan shalat sunah khalwat. d.
Niat yang sejati dan
syuhud
harus dimiliki seorang salik dalam menjalani khalwat.
C2. Uraian tentang sifat Allah, sifat seorang salik, dan penjelasan mengenai tarekat syattariyah.
a. Bahwa Allah merupakan wujud yang mutlak. Dengan kekuasaanya Ia
commit to user 96
dapat membuka tabir ghaib. Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan mengenai larangan bagi salik ketika menjalankan suluk yaitu dilarang
memikirkan kehidupan didunia karena akherat merupakan tujuan hidup yang sebenarnya.
b. A’yan
tsābitah
, m
erupakan sebutan dalam dunia tasawuf untuk menamakan seseorang yang mengejewantahkan sifat Allah dalam
dirinya. c.
Hakikat mahkluk dalam menjalani kehidupan tasawuf harus menyakini keberadaan Allah dengan bersyahadat, salat, puasa, zakat, dan naik
haji. Perumpamaan syahadat dalam tarekat Syattariyah diibaratkan pada anggota tubuh manusia. Tubuh dari manusia merupakan ibarat
dari syahadat, sedang iman pada hati, tauhid pada nyawa, dan makrifat pada kaki manusia.
d. Setiap tarekat memiliki permisalan tersendiri tentang sifat Allah, hal
ini juga dimiliki oleh tarekat Syattariyah, Wujud Allah dimisalkan dalam insan manusia yang tampak secara maknawiyah. Ada enam
nur
cahaya sifat Allah yang diibaratkan pada insan manusia, yaitu nur
hayun
hiduppada ruh, nur „alam pada hati, nur murid pada
fuad
akal, nur qādir pada tubuh, nur samī’ pada telinga, nur bashīr pada
mata, dan
mutakalim
pada lidah. Kuasa Allah pada manusia yang disebut
tsābitah menjadikan insan senantiasa ingat pada Allah. e.
Syarat salik dalam berbaiat terhadap gurunya ketika berdoa harus menghadap kiblat sebelum berdoa kepada Allah, terlebih dahulu
membayangkan rupa syekh atau guru yang membimbingnya dalam
commit to user 97
berkhalwat. Diceritakan dalam teks ini bagaimana Nabi Muhammad dan Syaidina Abu Bakar berkhalwat di gua Jabal Nur selama empat
puluh hari. f.
Selain di atas, syarat berkhalwat adalah senantiasa berzikir kepada Allah dengan kalimat
lā ilāha illa `l
-lahu.
D2. Syarat sempurnanya berkhalwat dan bersuluk a.
Sepuluh syarat sempurna berkhalwat adalah: 1
Seorang salik dilarang makan dan minum secara berlebihan kekenyangan.
2 Seorang salik tidak boleh makan yang enak dan sedap.
3 Tidak boleh memakan buah-buahan.
4 Senantiasa puasa daud, yaitu sehari puasa dan sehari berbuka.
5 Mengingat Allah dengan berdzikir lā illāha illallāh dan bersikap
syuhūd benar-benar memberikan kesaksian terhadap keesaan Allah SWT.
6 Ibadah shalat jum at tidak diwajibkan pada orang yang berkhalwat,
ibadah yang dilkukan adalah sembahyang lima waktu dan sembahyang sunah
wudhū’. 7
Menghindari keramaian kota atau mengasingkan diri untuk tafakur pada Allah SWT.
8 Tidak mencampur kepercayaan hati I’tikad dari tarekat sufi ini ke
paham yang lain. Dijelaskan, bahwa tarekat sufi dimisalkan seperti bayang-bayang matahari diatas air.
commit to user 98
9 Kefanaan dapat dicapai apabila salik mengikuti jalan Allah dan
Rasul Muhammad. 10
Sampai akhir hayatnya, seorang salik harus selalu bersuluk,memahami hakikat hidup dengan jalan makrifat pada
Allah SWT. b.
Tiga syarat sempurna bersuluk yaitu: 1.
Pertama zuhud yaitu mengekang akan nafsu dunia yang biasanya dihiasi kenikmatan semu.
2. syuhūd, berati selalu mengingat keberadan Allah dimanapun
berada. 3.
Selalu berzikir pada Allah dan senantiasa berpikir
tafkiri
akan kehidupan akhirat kelak.
c. Penutup
Penutup terdiri dari hal-hal sebagai berikut. A3: Kata
Tamma
B3: Judul Karangan Skema struktur penyajian teks RM adalah sebagai berikut
I II
A1 a-b-c-d B1 A2- B2a-b-c-d C2a-b-c-d-e-f D2a-b
III A3 B3
2. Gaya Penyajian
Setiap pengarang memiliki gaya yang berbeda dalam menuangkan pikiran dan pendapat dalam karyanya. Hal ini menjadikan suatu karya sastra memiliki
gaya penyajian yang berbeda pada setiap karya sastra. Gaya penyajian teks RM
commit to user 99
menggunakan bentuk
interlinier
. Puji-pujian kepada Allah SWT dan salawat kepada Nabi Muhammad saw dijelaskan dalam bahasa Arab kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Begitu juga ungkapan dalam bahasa Arab, ayat-ayat Alqur an, Hadis, sampai dengan bagian yang menerangkan hal-hal
mengenai tulisan tersebut. Gaya penyajian tersebut dapat dilihat pada beberapa kutipan berikut.
Al-hamdu li 1-
lāhirabbi `l
-
‘ālamīn wa `sh
-
shalātu wa `s
-
salāmu ‘alā rasūiī `1
-lahi shalla `l-
lāhu ‘alaihi wa sallam. Segala puji-pujian bagi Allah yang menunjukkan jalan yang
betul kepada jalan Allah yakni dengan
washitah
Nabi kita Muhammad
shala `lāhu ‘alaihi wasallam.RM:1 Pada bagian isi, setiap masalah diuraikan satu per satu sedetail mungkin.
Penyajian dimulai dari syarat-syarat masuk dalam tarekat Syattariyah. Syarat- syarat tersenut diawali dengan syarat masuk tarekat syattariyah, syarat seorang
salik, syarat baiat dan talkin terhadaap gurunya, syarat dalam menjalankan khalwat hingga syarat sempurnanya salik dalam berkhalwat dan bersuluk.
Kesemuanya dijelaskan secara jelas. Selain itu, isi naskah juga terdapat Hadis yang dalam bentuk penyajianya bersifat interlinier. Interlinear maksudnya bahwa
kutipan ayat Hadis yang dikemukakan dalam bahasa Arab dan diikuti terjemahannya dalam bahasa Melayu.
Dan apabila
m
ajā
ni
dengan akhirat dan akhirat itu menilik pada ketika suluk karena jadi dinding Tuhan dengan akhirat dan
sekalian itu hijab dengan Tuhan firman Allah ta ala “
addunya h
arāmun ‘ala `l
-akhirati wa `l-ahi ratu h
arāmun ‘alā ahli `d
-
dunyā wahumā
h
arāma ni ‘alā ahli `l
-
Lahi ta’ala” Katanya bermula dunia itu haram isinya orang yang berkehendak akan
akhirat dan akhirat itu haram isinya orang yang berkehendak akan dunia dan keduanya itu haram isinya orang yang
berkehendak dzat Allah itulah semata-[se]mata itu haram akan keduanya pada ketika suluk. RM: 5
Tidak hanya itu, bentuk interlinier terdapat juga dalam kutipan ungkapan
commit to user 100
dalam bahasa Arab yang berupa doa niat salat. Ungkapan dalam bahasa Arab tersebut disajikan dengan bahasa Arab kemudian diikuti terjemahannya.
Dan sembahyang sunah istikharah [i] itu lafalnya niat “
ushalli
raka’ati
sunata
`
l-istiharah Lillahi
ta ala
” artinya” kusembahyangkan sunah istikharah karena Allah taala. Dan dua
rakaat kusembahyang khalwat dan lafal niatnya “
ushalli
raka’ati sunnata khalwati lillahi ta ala Allahu Akbar artinya”
kusembahyang sunah khalwat dua rakaat karena Allah taala dan pada sembahyang…RM: 3
Berdasarkan contoh-contoh pada kutipan di atas, dapat diketahui bahwa cara penyajian teks RM menggunakan bentuk interlinier. Secara sistematis, teks
RM dimulai dengan kalimat atau ungkapan berbahasa Arab diikuti dalam bahasa Melayu
3. Pusat Penyajian