diperluas menjadi 3 tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973, Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang
terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 1402271PUOD tanggal 5 Mei 1986,
Kota Medan melakukan pemekaran kelurahan menjadi 144 kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.222772.K1996 tanggal
30 September 1996 tentang pendefinitipan 7 kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1992 tentang
Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, Kota Medan dimekarkan kembali menjadi 21 kecamatan dengan 151 kelurahan dan 2.001 lingkungan.
Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 3°30’ - 3°43’ Lintan Utara dan 98°35’ - 98°44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km2. Sebagian besar wilayah Kota
Medan merupakan dataran rendah dengantopografi yang cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Di samping
itu, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut dan secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka
2. Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang
3. Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang
4. Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang
4.1.3.2 Kota Medan Secara Demografis
Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman plural adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter
sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin
menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fakir masyarakat dan perubahan social ekonominya. Di sisi lain
adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkatkematian.
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian
tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak factor, antara lain perubahan pola berfikir
masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya
gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.
Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak
berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai
dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran fertilitas dan tingkat kematian mortalitas,
meningkatnya arus perpindahan antar daerah migrasi dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik commuters, mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.
Universitas Sumatera Utara
Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak
banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika sosial
yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun cultural. Menurunnya tingkat kelahiran fertilitas dan tingkat kematian mortalitas, meningkatnya arus perpindahan
antar daerah migrasi dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik commuters, mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.
Tabel 4.1 Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2005 – 2007
Tahun Jumlah
Penduduk Laju
Pertumbuhan Penduduk
Luas Wilayah KM²
Kepadatan Penduduk
JiwaKM² [1]
[2] [3]
[4] [5]
2005 2.036.185
1,50 265,10
7.681 2006
2.067.288 1,53
265,10 7.798
2007 2.083.156
0,77 265,10
7.858
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : Angka Sementara Pertengahan Tahun 2007
Kota medan secara kultural sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku etnis, dan
agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai – nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan,
sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan
Universitas Sumatera Utara
modernisasi, dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman
suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di
Kota Medan. Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya,
tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.
Kondisi sosial Kota Medan yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat
untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya. Demikian juga halnya dengan kemiskinan,
dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai
faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas
ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan
secara bermartabat.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Statistik Sosial Pembangunan Kota Medan Tahun 2005 - 2007 No
Indikator Satuan
Tahun 2005
2006 2007
1. Jumlah Penduduk
Jiwa 2.036.185 2.067.288 2.083.156
2. Pertumbuhan Penduduk
Persen 1,50
1,53 0,77
3. APK
- SDMI Persen
104,28 111,51
112,18 - SMPMTs
Persen 99,79
94,53 98,36
- SMAMA Persen
89,04 81,09
89,34 4.
APM - SDMI
Persen 91,36
91,04 91,79
- SMPMTs Persen
78,49 73,83
76,18 - SMAMA
Persen 71,90
62,91 64,71
5. APS
- 07-12 Persen
99,06 99,15
99,31 - 13-15
Persen 95,04
92,19 94,04
- 16-18 Persen
78,11 72,17
79,21 - 19-24
Persen 24,09
22,90 24,19
6. Pendidikan
- Penduduk Minimal Tamat SLTA Persen
47,57 48,69
49,78 - Buta Huruf
Persen 0,62
0,91 0,82
7. Angka Kelahiran Total TFR
Persen 2,19
2,16 2,13
8. Umur Harapan Hidup
Tahun 70,7
71,10 71,10
9. Angka Kematian Bayi IMR
15,84 15,10
13,80 10. Rata-rata Anak Lahir Hidup
Orang 1,50
1,39 1,34
11. Rata-rata Anak Masih Hidup Orang
1,44 1,33
1,29 12. Anak Kesakitan Umum
Persen 15,81
20,43 20,13
13. TPAK Persen
66,91 62,21
58,62 14. TPT
Persen 12,46
15,01 14,49
15. IPM -
75,4 74,60
75,80 16. Penduduk Miskin
Persen 8,62
7,77 7,09
Sumber BPS Kota Medan dan Instansi terkait Keterangan :
- Angka Perbaikan - Angka Sementara
4.1.3.3 Sosial Ekonomi Kota Medan