spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu sekarang Medan Tenggara atau Menteng orang membakar batu bata
yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.
Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni : Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan Oktober sd
bulan Desember sedang Maksima Tambahan antara bulan Januari sd September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4
mmjam.
Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk
yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli.
Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.
4.1.2 Profil Kota Medan
Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara
regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah
daerah.
Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota
Universitas Sumatera Utara
negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar
barangjasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian
juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan
keuangan regionalnasional.
4.1.3 Gambaran Kota Medan
Secara umum ada 3 tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, 1 faktor geografis, 2 faktor demografis dan 3 faktor sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut
biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan penanaman modal investasi.
4.1.3.1 Kota Medan Secara Geografis
Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional maupun nasional. Bahkan
sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dan tolok ukur dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara geografis,
Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kotanegara yang lebih maju seperti Pulau
Penang, Kuala Lumpur Malaysia dan Singapura. Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada tahun
1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 Tanggal 29 September 1951 yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha yang meliputi 4 kecamatan dengan 59
kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66IIIPSU tanggal 21 September 1951 agar daerah Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
diperluas menjadi 3 tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973, Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang
terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 1402271PUOD tanggal 5 Mei 1986,
Kota Medan melakukan pemekaran kelurahan menjadi 144 kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.222772.K1996 tanggal
30 September 1996 tentang pendefinitipan 7 kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1992 tentang
Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, Kota Medan dimekarkan kembali menjadi 21 kecamatan dengan 151 kelurahan dan 2.001 lingkungan.
Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 3°30’ - 3°43’ Lintan Utara dan 98°35’ - 98°44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km2. Sebagian besar wilayah Kota
Medan merupakan dataran rendah dengantopografi yang cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Di samping
itu, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut dan secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka
2. Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang
3. Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang
4. Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang
4.1.3.2 Kota Medan Secara Demografis
Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman plural adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter
sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin
menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fakir masyarakat dan perubahan social ekonominya. Di sisi lain
adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkatkematian.
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian
tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak factor, antara lain perubahan pola berfikir
masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya
gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.
Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak
berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai
dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran fertilitas dan tingkat kematian mortalitas,
meningkatnya arus perpindahan antar daerah migrasi dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik commuters, mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.
Universitas Sumatera Utara
Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak
banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika sosial
yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun cultural. Menurunnya tingkat kelahiran fertilitas dan tingkat kematian mortalitas, meningkatnya arus perpindahan
antar daerah migrasi dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik commuters, mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.
Tabel 4.1 Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2005 – 2007
Tahun Jumlah
Penduduk Laju
Pertumbuhan Penduduk
Luas Wilayah KM²
Kepadatan Penduduk
JiwaKM² [1]
[2] [3]
[4] [5]
2005 2.036.185
1,50 265,10
7.681 2006
2.067.288 1,53
265,10 7.798
2007 2.083.156
0,77 265,10
7.858
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : Angka Sementara Pertengahan Tahun 2007
Kota medan secara kultural sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku etnis, dan
agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai – nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan,
sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan
Universitas Sumatera Utara
modernisasi, dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman
suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di
Kota Medan. Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya,
tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.
Kondisi sosial Kota Medan yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat
untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya. Demikian juga halnya dengan kemiskinan,
dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai
faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas
ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan
secara bermartabat.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Statistik Sosial Pembangunan Kota Medan Tahun 2005 - 2007 No
Indikator Satuan
Tahun 2005
2006 2007
1. Jumlah Penduduk
Jiwa 2.036.185 2.067.288 2.083.156
2. Pertumbuhan Penduduk
Persen 1,50
1,53 0,77
3. APK
- SDMI Persen
104,28 111,51
112,18 - SMPMTs
Persen 99,79
94,53 98,36
- SMAMA Persen
89,04 81,09
89,34 4.
APM - SDMI
Persen 91,36
91,04 91,79
- SMPMTs Persen
78,49 73,83
76,18 - SMAMA
Persen 71,90
62,91 64,71
5. APS
- 07-12 Persen
99,06 99,15
99,31 - 13-15
Persen 95,04
92,19 94,04
- 16-18 Persen
78,11 72,17
79,21 - 19-24
Persen 24,09
22,90 24,19
6. Pendidikan
- Penduduk Minimal Tamat SLTA Persen
47,57 48,69
49,78 - Buta Huruf
Persen 0,62
0,91 0,82
7. Angka Kelahiran Total TFR
Persen 2,19
2,16 2,13
8. Umur Harapan Hidup
Tahun 70,7
71,10 71,10
9. Angka Kematian Bayi IMR
15,84 15,10
13,80 10. Rata-rata Anak Lahir Hidup
Orang 1,50
1,39 1,34
11. Rata-rata Anak Masih Hidup Orang
1,44 1,33
1,29 12. Anak Kesakitan Umum
Persen 15,81
20,43 20,13
13. TPAK Persen
66,91 62,21
58,62 14. TPT
Persen 12,46
15,01 14,49
15. IPM -
75,4 74,60
75,80 16. Penduduk Miskin
Persen 8,62
7,77 7,09
Sumber BPS Kota Medan dan Instansi terkait Keterangan :
- Angka Perbaikan - Angka Sementara
4.1.3.3 Sosial Ekonomi Kota Medan
Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan PDRB, membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari
ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing return to scale relasi positif,
Universitas Sumatera Utara
antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.
Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat
pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi, relatif
tetap. Perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural dan didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya
dalam komposisi permintaan agregat produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap
PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2005-2007 menunjukkan, pada tahun 2005 sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 70,03 persen, sektor sekunder sebesar
26,91 persen dan sektor primer sebesar 3,06 persen. Lapangan usaha dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34 persen, sub sektor
transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen dan sub sektor industri pengolahan sebesar 16,58 persen.
Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2006. Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 68,70 persen,
sekunder sebesar 28,37 pesen dan primer sebesar 2,93 persen. Masing masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran sebesar 25,98 persen, sektor
transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen, industri jasa pengolahan sebesar 16,58 persen dan jasa keuangan 13,41 persen.
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga pada tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar 69,21 persen, disusul sektor sekunder sebesar 27,93 persen dan
sektor primer sebesar 2,86 persen. Masing-masing lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar 25,44 persen dari lapangan usaha
perdaganganhotelrestoran, lapangan usaha transportasil telekomunikasi sebesar 19,02 persen dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 16,28 persen.
Pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode yang sama, meningkat rata- rata di atas 7,77 persen. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai, selain relatif tinggi juga
menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil.
Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2005 – 2007 Sektor Lapangan Usaha
2005-2006 2006-2007
1. Pertanian 0,37
5,14 2. Pertambangan Penggalian
-6,05 -10,14
3. Industri Pengolahan 6,59
6,08 4. Listrik, Gas dan Air Bersih
5,39 -2,81
5. Kontruksi 11,01
6,43 6. Perdagangan, Hotel Restoran
6,15 5,94
7. Transportasi Telekomunikasi 13,34
10,61 8. Keuangan jasa Perusahaan
5,08 12,81
9. Jasa-jasa 6,34
6,83 PDRB
7,76 7,78
Sumber : BPS Kota Medan
4.1.4 Penyelenggaraan Pemerintahan
Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota. Saat ini, jabatan walikota Medan dijabat oleh Rahudman Harahap dengan jabatan wakil walikota dijabat oleh Dzulmi
Eldin. Wilayah Kota Medan dibagi menjadi 21 kecamatan dan 151 kelurahan.
•
Medan Tuntungan
Universitas Sumatera Utara
•
Medan Johor
•
Medan Amplas
•
Medan Denai
•
Medan Area
•
Medan Kota
•
Medan Maimun
•
Medan Polonia
•
Medan Baru
•
Medan Selayang
•
Medan Sunggal
•
Medan Helvetia
•
Medan Petisah
•
Medan Barat
•
Medan Timur
•
Medan Perjuangan
•
Medan Tembung
•
Medan Deli
•
Medan Labuhan
•
Medan Marelan
•
Medan Belawan
Dalam upaya lebih memberikan arah pembangunan yang dicita-citakan di Kota Medan, Secara umum arah dan agenda pembangunan kota mengacu kepada visi:
Universitas Sumatera Utara
•
Jangka Panjang Visi 2025 → Perda Nomor 8 Tahun 2009 : Kota Medan yang
maju, sejahtera, religius dan berwawasan lingkungan Indikasi : Income perkapita Rp 72 Juta tahun
•
Jangka Menengah Visi 2015 : Kota Medan menjadi Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera
•
Jangka Pendek Tahun 2011 : Mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang semakin dinamis dan berkualitas guna menciptakan kesempatan kerja yang luas,
mengurangi kemiskinan, meningkatkan mutu pelayanan public dan kesejahteraan masyarakat Indikasi : Income perkapita menjadi Rp 41,3 Juta dari
Rp 36 Juta Tahun 2010
Misi Pemerintah Kota Medan Tahun 2011
Melaksanakan percepatan dan perluasan pembangunan kota terutama pada 6 enam aspek dasar, yaitu :
1. Pelayanan pendidikan baik akses, kualitas maupun manajemen pendidikan
yagng semakin baik, sehingga dapat menciptakan lulusan yang unggul. 2.
Perbaikan infrastruktur, utamanya perbaikan jalan kota, jalan lingkungan, taman kota dan drainase serta penataan pasar tradisional secara simultan.
3. Pelayanan kesehatan, baik akses, mutu maupun manajemen kesehatan yang
semakin baik. 4.
Peningkatan pelayanan administrasi public terutama pelayanan KTPKKAkte kelahiran dan perizinan usaha.
5. Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil PNS untuk meningkatkan kapasitas
dan prestasi kerjanya, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
6. Menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan. Catatan : Misi ini tidak
ringan dan pencapaiannya akan dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Untuk itu, kita harus bekerja lebih efektif.
Rencana Capaian Sasaran Pembangunan Kota Tahun 2011
1. Pencapaian PDRB menjadi sebesar Rp 85,85 Trilyun dari Rp 73,16 Trilyun
Tahyn 2010. Oleh karena itu, dunia usaha harus bekerja berdasarkan target PDRB, bukan volume APBD yang hanya sebesar Rp 2,9 Trilyun
2. Income per kapita sebesar Rp 41,3 Juta dari Rp 36 Juta Tahun 2010. Hal in
akan mendorong kemampuan berkomunikasi masyarakat dapat lebih meningkat sehingga kesejahteraannya semakin tinggi
3. Pertumbuhan ekonomi mencapai 7,5-7,7 lebih tinggi dari target propinsi
6,5 dan nasional 6,2. kita sebenarnya harus lebih berani, mematok target menjadi 8-8,5 untuk menciptakan lapangan kerja lebih luas.
4.1.5 Potensi Daerah