BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan mengenai Pelanggaran HAM terhadap Partai Komunis Indonesia PKI dalam Gerakan Tiga puluh September 1965,
maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Bentuk-bentuk pelanggaran HAM terhadap para anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia PKI dalam Gerakan Tiga puluh September 1965 antara
lain: a.
Pendiskreditan secara Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya: yaitu berupa dihapuskannya PKI dari peta perpolitikan Indonesia secara sepihak,
pencabutan hak berpolitik bagi para anggota dan simpatisan PKI, akses yang sangat terbatas untuk bekerja di instansi pemerintahan dan swasta,
pelarangan kembali ke Indonesia bagi sejumlah orang-orang Indonesia baik anggota PKI maupun bukan yang tinggal di negara-negara
Komunis sebelum terjadinya Gerakan Tiga puluh September 1965, pelarangan karya sastra dan seni yang dihasilkan oleh sastrawan-sastrwan
dan seniman-seniman Lekra, serta keharusan pelekatan kata “eks tapol” pada KTP setiap bekas tapol PKI
b. Pembunuhan Massal di berbagai daerah di Indonesia yang dilakukan oleh
militer ataupun oleh sipil yang dikoordinir oleh militer terhadap orang- orang yang diduga terikat keanggotaan dengan PKI ataupun afiliasinya
Universitas Sumatera Utara
c. Penahanan paksa dan penyiksaan para tahanan politik di berbagai kamp
penahanan di Indonesia terkait dengan dugaan hubungan mereka dengan PKI. Hal ini dibuktikan dengan proses penahanan yang sering tanpa
prosedur dan tidak manusiawi, para tapol di tahap pemeriksaan awal banyak mengalamai siksaan yang berat, serta perlakuan di dalam tahanan
yang tidak manusiawi, termasuk pengeksploitasian tenaga para tapol sebagai sumber pendapatan tahanan tanpa kompensasi kepada para tapol
yang jatah makanannya saja sangat tidak layak hanya kisaran 250-750 gram per hari
d. Pelecehan Seksual terhadap para tahanan perempuan yang diduga
merupakan anggota Gerwani 2.
Pengaturan dalam hukum nasional tentang pelanggaran-pelanggaran HAM terhadap para anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia PKI dalam
Gerakan Tiga puluh September 1965 adalah: a.
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang mencakup hak- hak untuk bebas berkeyakinan politik, menyebarkan pendapatnya, hak
untuk bebas dari penyiksaan, hak untuk memilih dan dipilih dlam pemilihan umum, hak untuk turut serta dalam pemerintahan. Dan terhadap
anggota dan simpatisan PKI, Negara justru menjadi aktor utama yang melanggarnya atau paling tidak memberi perlindungan terhadapnya
b. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia yang pada
pasal 9 menyebutkan tentang kejahatan kemanusiaan adalah perbuatan yang dilakukan secara meluas dan sistematik yang berupa: pembunuhan,
Universitas Sumatera Utara
pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
secara sewenang-wenang yang melanggar asas-asas ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan, perkosaan, penganiayaan terhadap
kelompok tertentu yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan lain yang
telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang secara paksa, atau kejahatan apartheid
Pengaturan dalam Hukum internasional tentang pelanggaran-pelanggaran HAM terhadap para anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia PKI
dalam Gerakan Tiga puluh September 1965 adalah: a.
The International Bill of Human Rights yang memuat hak-hak dasar yang menjadi acuan berbagai instrumen internasional tentang HAM
b. Convention against Torture and other Cruel Inhuman or Degrading
Treatment or Punishment atau Konvensi anti penyiksaan c.
Statuta Roma pada pasal 7 tentang kejahatan terhadap kemanusiaan, Piagam Nuremberg pasal 6 c tentang pengertian kejahatan terhadap
kemanusiaan, pengertian yang dirumuskan oleh Komisi Hukum Internasional pada tahun 1951, serta statuta ICTY dan ICTR pasal 3
tentang pengertian kejahatan terhadap kemanusiaan 3.
Implementasi hukum nasional terhadap penyelesaian kasus pelanggaran HAM terhadap PKI dalam Gerakan Tiga puluh September adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Mekanisme Pengadilan HAM ad hoc yang ketentuannya diatur dalam
pasal 43 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia b.
Pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Sedangkan Implementasi hukum internasional terhadap penyelesaian kasus
pelanggaran HAM terhadap PKI dalam Gerakan Tiga puluh September adalah Mekanisme Pengadilan Campuran yang menggabungkan unsur internasional
dan nasional dalam satu pengadilan sehingga bisa menjembatani kurangnya kredibilitas dan kompetensi pada pengadilan nasional dan kurangnya
kewenangan dan mandat pada pengadilan internasional
V.2. Saran