3. Untuk mengetahui sejauh mana hukum nasional dan hukum internasional
dapat diimplementasikan untuk penyelesaian kasus pelanggaran HAM terhadap PKI dalam Gerakan Tiga puluh September
Sedangkan yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini adalah: 1.
Manfaat Teoritis: Sebagai kontribusi di bidang ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu hukum internasional, tentang perlindungan Hak Asasi Manusia
HAM terhadap para anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia PKI sebagai manusia yang sama martabatnya dan hak alamiahnya dengan
manusia lainnya serta sebagai warga Negara yang berhak mendapat perlindungan dari Negara terkait stigma keterlibatan mereka dalam Gerakan
Tiga puluh September 1965 2.
Manfaat Praktis: Agar masyarakat mengetahui arti pentingnya perlindungan HAM bagi setiap orang tanpa terkecuali, termasuk para anggota dan
simpatisan Partai Komunis Indonesia PKI, yang terlepas dari stigma sebagai dalang Gerakan Tiga puluh September dilekatkan kepada mereka,
telah dilanggar hak-haknya sebagai manusia dan sebagai warga negara serta untuk menemukan langkah-langkah konkrit apa yang dapat dilakukan sesuai
jalur hukum nasional dan internasional untuk memulihkan hak-hak korban yang telah dilanggar
I.4. Keaslian Penulisan
Adapun Skripsi yang berjudul “Pelanggaran HAM terhadap Partai Komunis Indonesia PKI dalam Gerakan Tiga Puluh September 1965” ini adalah
Universitas Sumatera Utara
tulisan yang masih baru dan belum ada tulisan lain dalam bentuk skripsi yang membahas tentang hal ini sebelumnya. Khusus untuk perbandingan dengan
Skripsi yang ada di lingkup Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pengesahan dari pihak administrator Departemen
Hukum Internasional yang menyatakan bahwa tidak ada judul yang sama dengan Judul Skripsi ini.
I.5. Tinjauan Kepustakaan
Hukum Internasional secara umum dapat diartikan sebagai himpunan dari peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur
hubungan antara Negara-negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat internasional.
10
Hukum Internasional yang pada awalnya hanya memasukkan Negara sebagai satu-satunya subjek hukum internasional
11
1. Negara yang berdaulat dan merdeka sebagai subjek hukum internasional
yang utama ,
dalam perkembangannya mulai memasukkan unsur lain sebagai subjeknya, yaitu:
2. Palang Merah Internasional
3. Tahta Suci Vatikan di Roma yang dikepalai oleh Paus
4. Organisasi Internasional
10
Dr. Boer Mauna. 2008. Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global. Bandung: PT. Alumni. Halaman 1
11
Pendapat dari Hackworth, Emmerich de Vattel, dan Ian Brierly yang hampir senada mengatakan bahwa hukum internasional adalah sekumpulan aturan-aturan yang mengatur
hubungan antara Negara-negara
Universitas Sumatera Utara
5. Individu yang dengan syarat-syarat tertentu diakui oleh masyarakat
internasional sebagai subjek hukum internasional Hukum Internasional sendiri, berdasarkan Statuta Mahkamah Internasioanl
dalam pasal 38, bersumber pada: 1.
Perjanjian Internasional 2.
Kebiasaan Internasional 3.
Asas-asas umum hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab 4.
Keputusan-keputusan Hakim dan ajaran-ajaran para ahli hukum internasional dari berbagai Negara sebagai alat tambahan untuk menemukan hukum
Menurut Black’s Law Dictionary, Hak asasi Manusia ialah kebebasan, kekebalan, serta keuntungan-keuntungan yang mana menurut nilai-nilai modern
terutama dalam tataran internasional, memungkinkan semua umat manusia untuk mengakuinya sebagai hak dalam masyarakat di mana mereka tinggal.
12
12
Bryan A. Garner Editor in Chief. 1999. Black’s Law Dictionary Seventh Edition. USA: West Group. Halaman 745
Sedangkan UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dalam pasal 1 angka 1 dan UU No. 26 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia dalam pasal 1
angka 1 menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia adalah: “Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”. Secara sederhana Hak Asasi Manusia dipahami sebagai hak dasar asasi yang dimiliki oleh
manusia, hak asasi manusia keberadaannya tidak tergantung dan bukan berasal
Universitas Sumatera Utara
dari manusia, melainkan dari zat yang lebih tinggi daripada manusia. Oleh karena itu, hak asasi tidak bisa direndahkan dan dicabut oleh hukum positif manapun,
bahkan dengan prinsip demikian hak asasi wajib diadopsi oleh hukum positif.
13
Hak Asasi Manusia sendiri secara historis dimulai ketika lahirnya Magna Charta Piagam Agung 1215, Glorious Revolution 1688, Pemikiran Trias
Politika yang dikemukakan oleh Montesquieu, Deklarasi Kemerdekaan Amerika, hingga ke Kontrak Sosial. Sebelum lahirnya Perserikatan Bangsa-bangsa PBB,
yang akhirnya mengesahkan Universal Declaration of Human Rights Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, gagasan tentang Hak Asasi Manusia telah mulai
dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat ke-32 Franklin Delano Roosevelt dalam gagasannya yang terkenal yaitu The Four Freedoms yang berisi tentang
Kebebasan Berbicara dan Berekspresi freedom of speech. Kebebasan beragam Freedom of Worship, kebebasan dari kemelaratan freedom from want, dan
kebebasan dari rasa rakut freedom from fear.
14
13
Pendapat Dadang Juliantara seperti dikutip M. Afif Hasbullah dalam bukunya. 2005. Politik Hukum Ratifikasi Konvensi HAM Indonesia Upaya Mewujudkan Masyarakat Yang
Demokratis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 17
14
Bambang Sunggono dan Aries Hariyanto. 2001. Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia. Bandung: Mandar Maju. Halaman 76. Seperti dikutip Ibid. Halaman 22
Keempat gagasan ini mempengaruhi pembentukan The International Bill of Human Rights yang terdiri
atas Universal Declaration of Human Rights pada tahun 1948, Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya The International Covenant on
Economic, Social, and Cultural Rights, dan Kovenan Internasional Hak sipil dan politik International Covenant on Civil and Political Rights.
Universitas Sumatera Utara
Hak Asasi Manusia itu sendiri sangat berhubungan erat dengan Hukum internasional. Ini dibuktikan dari perlindungan HAM yang lahir dari Instrumen
internasional, demikian pula sebaliknya banyak fenomena HAM yang pada akhirnya melahirkan berbagai instrumen internasional di bidang perlindungan
HAM, seperti The International Bill of Rights dan Convention on the elimination of all forms of discrimination against women CEDAW yang lahir dari keadaan
terkukungnya dan tertindasnya hak-hak dasar manusia. Sebaliknya, lahirnya DUHAM juga membuat Negara-negara di dunia sebagai subjek hukum
internasional menyadari pentingnya penghargaan terhadap hakikat dan martabat manusia sebagai sesama pemegang hak dasar tersebut sehingga hal ini juga
membuat Negara-negara mentransformasikan berbagai instrumen ini ke dalam hukum nasional masing-masing. Di Indonesia sendiri ketentuan-ketentuan tentang
perlindungan HAM muncul dalam berbagai peraturan perundang-undangan seperti dalam UUD RI 1945, UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Pelanggaran HAM diartikan dalam pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun
1999 sebagai: “….setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk
aparat Negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak
akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku”.
Dalam pasal 1 angka 2 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat
Universitas Sumatera Utara
adalah pelanggaran hak asasi manusia yang termasuk dalam undang-undang tersebut, yaitu yang termasuk dalam pasal 7 yaitu kejahatan genosida dan
kejahatan terhadap kemanusiaan.
I.6. Metode Penulisan